19. Ada Luka

"Sendirian aja?"

"Emang kamu buta?" Erika terlihat tidak nyaman dengan pertanyaan itu.

"Tidak ramah, bintang satu," sahut Radit sambil mencolek bahu mantan kekasihnya.

"Apaan sih, tangannya nggak usah nyolek-nyolek!"

"Dulu kamu paling suka kalau aku perlakukan kayak gini," goda Radit tertawa puas.

"Dulu dan sekarang sudah beda, nggak usah nyama-nyamain."

Erika terlihat kesal dengan apa yang Radit dilakukan padanya. Gadis itu berusaha kabur dari mantannya, tetapi sepertinya sulit karena Radit memiliki muka tebal yang ingin terus menempel pada Erika.

"Yang berbeda hanya situasinya aja, tapi aku tetap sayang kamu," timpal Radit mengedipkan mata kanannya.

Erika semakin dibuat eneg oleh sikap cowok itu. Dia berjalan pergi menghindar, nyatanya malah melihat Kinara dan Jackson mengobrol di teras kantin. Hatinya semakin dongkol lantaran seharusnya Jackson memperjuangkan hubungan mereka yang hampir kandas bukan malah enak-enak main sama Kinara.

"Apa aku bilang, Jack bukan cowok baik-baik buktinya dia malah berduaan sama Kinara saat hubungan kalian di ujung tanduk." Radit memanas-manasi Erika, situasi yang riskan membuat gadis itu mungkin berpikir di luar nalar.

"Serah!"

Erika berlari ke arah kamar mandi. Radit tidak lagi mengikutinya, dalam hati pemuda itu tertawa puas melihat hubungan Erika akan segera kandas. Di dalam kamar mandi Erika mengunci pintu, menyalakan keran air, lalu menangis sejadi-jadinya. Dia tidak pernah menyangka orang yang sangat dicintai tidak benar-benar menaruh hati padanya.

"Jack, gimana hubunganmu dengan Erika?"

"Ya, masih belum tahu lanjut atau nggak," jawab Jackson santai sembari menyeruput teh hangat.

"Mending kamu minta maaf atau apalah, jangan bikin Erika merasa salah paham seperti itu."

"Bukankah ide nggak mau mengakui kalung itu bukan pemberianku adalah keinginanmu?"

"Iya, awalnya, nggak tahunya kalung itu pemberian Radit. Ya, auto Erika marah dong merasa dibohongi."

"Jadi yang salah siapa?"

"Aku Jack," sahut Kinara menampol ringan pundak sahabatnya.

Mereka terlihat semakin dekat dari hari ke hari. Hubungan Jackson bersama Erika seakan semakin renggang lantaran Jackson membiarkan begitu saja tanpa mau konfirmasi atau sekadar kroscek hubungan ke depannya nanti.

Dua kutub itu terlihat jelas, di kelas dan di mana saja. Tidak ada lagi bucin Jackson sebab Erika lebih banyak diam. Dia seperti kecewa pada Jack, tahu sendiri Jack tidak jujur sedangkan di masa lalu Erika dan Radit putus karena ketidakjujuran Radit, seperti terulang kembali. Ini yang membuat Erika semakin sakit.

🌻🌻🌻

"Jack, tumben nggak datang bareng Erika?"

"Dokter Ferdi, Erika sedang ada ekstrakurikuler di sekolah," jawab Jackson sambil bersalaman dengan Papa Erika.

"Ow, saya pikir kalian berantem. Tumben aja kok nggak bareng dia."

"Nggak berantem, Dok, Erika selalu baik sama saya."

"Syukurlah kalau begitu," sahut dokter Ferdi puas.

"Terima kasih juga sudah diberi resep obat yang bikin aku nggak sering ngerasain sesak lali."

"Nggak masalah yang penting kamu sehat. Oh, iya, untuk hasil cek up nanti saya kabari langsung, ya."

"Iya, Dok, sebelumnya terima kasih banget selalu dukung kesembuhan saya."

"Itu tugas dokter dan juga ayah dari anak pacarnya," gurau dokter Ferdi mencairkan suasana sebelum Jackson melakukan serangkaian pemeriksaan.

Jackson hanya tersenyum tipis. Dia bingung ingin mengekspresikan seperti apa jika hubungan dengan anaknya sedang tidak baik-baik saja. Memang seharusnya Jackson punya nyali untuk memperbaiki semuanya. Biar jelas dan tidak ada salah paham lagi.

Selesai melakukan serangkaian tes cek up, Kinara datang membawa nasi kotak. Jackson cukup kaget karena tidak memberi tahu Kinara kalau sedang ada cek up di rumah sakit, eh, malah datang menghampiri.

Kinara melambangkan tangan memberi tanda pada Jackson yang baru keluar dari ruang dokter Ferdi. "Jack! Aku di sini!"

Jackson tersenyum sambil menunggu Kinara datang menghampirinya. Mereka sekarang bertemu dan berjalan bersama menuju taman rumah sakit. Sekali lagi Jack mengajak Kinara melihat crown shyness berharap bisa menjalankan semuanya.

"Tadi sebelum ke sini aku beli nasi kotak ayam bakar kesukaanmu. Semoga enak, ya," ucap Kinara sembari membuka kotak nasi itu.

"Aku pikir emang enak, ayamnya gede banget."

"Aku tahu kalau kecil pasti nanti kamu bakalan cerewet," sahut Kinara sedikit sewot.

"Ya begitulah manusia hidup, selau pengen dapat yang enak-enak aja."

"Udah nggak usah ngomong terus, makan, gih!" perintah Kinara sambil membuka plastik kerupuk lalu memberikan pada sahabatnya.

"Kamu nggak makan?"

"Nanti aja, lagian lihat kamu makan dengan rakus gitu aku udah kenyang."

"Ya, udah, lapar ya tanggung sendiri," timpal Jackson melirik sahabatnya.

Jackson memakan menu nasi kotak dengan sangat lahap. Dia seperti orang kelaparan yang sudah tidak makan berhari-hari. Entah hanya untuk membuat Kinara senang atau memang benar-benar lapar, lantaran Jackson memang tidak serakus itu.

"Kamu tahu dari mana aku ada di rumah sakit?"

"Tante Davina, tadi aku ambil pesanan bunga untuk mamaku, sekalian tanya kok kamu nggak masuk sekolah, terus diceritain kalau kamu di rumah sakit."

"Ih, Mama, padahal hanya cek up biasa."

"Tadi Tante Davina juga bilang kalau mau nemenin kamu, tapi karena banyak pesanan jadi berangkat sendiri."

"Nggak Malasah, cuma ke rumah sakit belum ke Mars."

"Aku selalu berdoa yang terbaik untukmu, Jack."

"Emang aku kenapa? Aku juga nggak akan mati besok," ucap Jackson santai tanpa menyadari Kinara menghapus air matanya.

Kinara menempelkan telunjuk tangan kanannya. Dia tidak ingin lagi mendengarkan Jackson ngomong ngaco. Rasanya sakit mendengar ucapakan putus asa dari sahabatnya.

Nyatanya setiap adegan yang terjadi di bawah crown shyness terekam oleh Erika. Tanpa mereka tahu Erika sedari tadi mengawasi dari jauh. Semakin dibuat sakit hati lantaran Jackson lebih memilih bersama Kinara daripada dirinya.

"Sudah, ya, belum tentu apa yang kamu lihat itu benar-benar yang terjadi," papar Ferdi memeluk putrinya.

"Papa nggak tahu bagaimana hancurnya hatiku," timpal Erika menangis pada pelukan papanya.

"Maafkan Papa, nggak tahu kalau ternyata kalian sedang ada perselisihan."

"Seharusnya Papa nggak usah kasih tahu aku kalau Jackson cek up, kalau akhirnya aku mengetahui kenyataan buruk ini "

🌻🌻🌻



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top