16. Belum Siap Menerima
Setelah mengetahui pernyataan dari Radit, Erika belum ada niatan untuk bertanya pada Jackson. Dia memiliki sisi lain di mana masih berharap jika Radit sebenarnya berbohong. Namun, jika dituntut lagi, kalung semahal itu mungkin juga bukan pemberian kekasihnya.
"Jack, kemarin nontonnya gimana?" tanya Erika membuka percakapan.
"Ow, kemarin? Kita nggak jadi nonton."
Mendengarkan jawaban dari Jackson membuat Erika sedikit kaget. "Kenapa nggak jadi nonton? Terus kalian ke mana?"
"Filmnya bukan kami banget, jadi dibatalkan. Jalan-jalan aja di mall."
"Apa, jalan-jalan aja?" tanya Erika sedikit tersulit emosi setelah mengetahui mereka nggak jadi nonton, tetapi malah jalan bareng.
"Iya, ada yang salah?"
Erika bangkit dari kursi seakan ingin memberitahu jika perbuatan kekasihnya salah. "Kamu nggak salah, cuma aku yang bodoh udah kasih kamu kesempatan keluar dengan Kinara."
Mendengar kata Kinara disebut, dia bangkit dari tempatnya terduduk. Menempelkan telapak tangan kanannya pada dahi Erika. Seakan yang dia hadapi bukan kekasihnya yang manis dan manja seperti hari-hari lalu.
"Apa kamu sakit? aku tidak pernah melihat kamu seperti ini."
"Iya, aku sakit karena kamu bohongi terus," sahut Erika seketika membuat semua mata tertuju padanya.
Jackson menarik tangan kanan Erika untuk dibawanya keluar kelas agar perdebatan itu tidak menjadi tontonan teman-temannya. Erika pun pasrah, sekarang mereka berada di taman sekolah, tanpa ada banyak mata yang mengawasinya.
"Kapan aku bohongi kamu?"
Erika seketika menarik kalung berliontin bintang untuk ditunjukkan pada kekasihnya. "Ini! jawab jujur Jack, ini bukan pemberianmu, 'kan?"
Semua sudah terbukti, yang selama ini Jackson tutupi akan terbongkar. Dia tahu selama ini sikapnya salah, dengan terus diam bukan membuat masalah terurai, malah membuatnya seperti bom waktu yang sekarang menyerangnya.
"Benar, itu bukan pemberianku," ucap Jackson tertunduk seperti menyesali kebohongannya.
Erika naik pitam mendengarkan pengakuan Jackson. "Apa? Jadi benar ini bukan darimu? Tapi kenapa selama ini kamu nggak jujur? Kenapa hanya diam aja?"
"Aku sebenarnya mau cerita, tapi dilarang oleh Kinara karena selama ini sebenarnya kamu ingin kalung itu, tapi aku belum ada uang buat beli."
"Kinara lagi? Kamu lebih mengikuti kata Kinara daripada kata hatimu?" sergap Erika mulai muak dengan hadirnya Kinara yang selalu sok tahu dalam hubungan mereka.
"Bukan begitu, aku pikir apa yang Kinara maksud karena di hari bahagiamu, aku nggak mau membuatmu kecewa."
"Tapi, bukan berarti mengakui barang yang bukan pemberianmu."
"Aku nggak pernah mengakui jika itu dariku, tiap kali kamu tanya aku hanya diam," papar Jackson memberikan pembelaannya.
"Aku lebih respek melihat kejujuranmu, nggak kayak gini," ungkap Erika sambil menarik kalung berliontin bintang lalu menyerahkannya pada Jackson.
"Erika, sebenarnya aku kasih kamu novel romantis yang dulu pernah kamu inginkan. Nggak tahunya novel itu hilang dan berubah kalung ini."
"Bullshit, semua udah terlambat. Aku paling benci dibohongi!"
Erika tidak ingin lagi mendengarkan penjelasan dari kekasihnya. Dia meninggalkan Jackson yang masih mematung di halaman taman sekolah. Semua perdebatan itu disaksikan oleh Radit, sambil tersenyum sinis dia bertepuk tangan tanpa ada yang mengetahui.
Langkahnya sejauh ini untuk membuat hubungan Erika dan Jackson terguncang sudah terlampaui. Sekarang tinggal bagaimana meyakinkan Erika, jika Jackson tidak sebaik yang dia pikirkan agar meninggalkan kekasihnya dan kembali padanya.
Di ruang kelas, mereka duduk bersebelahan, tetapi tidak ada percakapan. Erika yang selalu ceria mendadak kaku. Jackson tidak ingin membuat mood Erika semakin anjlok, dia memutuskan untuk diam.
🌻🌻🌻
Tidak ada lagi rutinitas menjemput Jackson. Hatinya masih kecewa dengan sikap kekasihnya itu. Erika tipe gadis yang sekali tersakiti akan sangat sulit memaafkan.
Dua hari berlalu tanpa adanya percakapan intens membuat banyak teman mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Namun, teman sekelas itu juga paham mungkin karena ada percekcokan yang sering terjadi sebagai bumbu sebuah hubungan. Nanti pasti akan terbuka sendiri apa yang sebenarnya tentang permasalahan itu.
"Aku mau kursi, dong," keluh Erika pada Yoga agar mau berpindah posisi duduk dengan Jackson.
"Kenapa mendadak banget? apa kalian lagi berantem?" tanya Yoga yang merasa hubungan Jackson dan Erika terlihat tidak sehat lagi.
"Nggak, cuma mau situasi baru. Dari tempat duduk lamaku papan tulisannya kurang terlalu terlihat," ungkap Erika berusaha memberikan alasan yang masuk akal.
"Oke, deh," sahut Yoga tidak ingin memperpanjang alasan Erika, dia bangkit dari kursinya sambil membawa tasnya untuk bertukar posisi dengan Erika.
Jackson yang datang dibuat kaget lantaran Yoga tengah duduk di bangku Erika, di samping tempat duduknya. "Yog, kenapa kamu duduk sini? Ini tempat Erika."
"Sorry, tapi Erika yang mau seperti ini. Katanya kalau di bangku sini nggak bisa lihat tulisan di papan tulisan dengan baik."
Jackson hanya diam sambil melihat ke arah Erika yang asyik membaca buku. Dia jadi sadar bagaimana ditinggalkan karena ketidakjujuran yang selama ini ditutupi. Akhirnya Jackson duduk di tempatnya. Rasanya sedikit sulit memahami, tempat lama, tapi dengan rasa baru.
Kinara yang sudah datang sedari awal mengetahui detail perpindahan Erika. Namun, dia belum mau berbicara karena mungkin saja hubungan Jackson dan Erika mulai ada perselisihan karena dirinya.
"Eh, ngomong-ngomong Jack, nanti aku mau nembak Kinara.Ingatkan waktu itu aku nggak jadi nembak dia karena kamu sakit. Hari ini waktu yang tepat, aku nggak mau nunggu lebih lama lagi."
Seketika pernyataan dari Yoga membuat Jackson seperti batok kepalanya terhantam palunya Thor. Entah ada angin apa Yoga bisa mengucapkannya. "Kamu yakin mau nembak Kinara?"
🌻🌻🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top