15. Rahasia Liontin Bintang

Nyatanya acara keluarga yang membuat Erika membatalkan pergi nonton bareng Jackson, Kinara, dan Yoga bukanlah sesuatu yang penting. Lantaran dalam jamuan makan malam itu ada Radit. Memang acara makan malam itu adalah ide dari Mama Maya yang membicarakan bisnis bersama keluarga Radit dan pastinya mau melihat Erika kembali akur dengan mantannya.

Gadis itu memasang wajah jutek. Radit tidak peduli Erika memasang wajah cuek karena bisa melihat sedekat itu, sesuatu yang luar biasa. Tidak hentinya pemuda delapan belas tahun itu memasang wajah bahagia sambil tersenyum tiap kali diajak berbicara.

"Pa, aku izin pulang duluan, ya?"

"Kamu mau ngapain pulang duluan?" tanya Ferdi bingung dengan sifat putrinya yang mendadak ingin pulang lebih cepat.

"Aku lupa ada tugas yang belum dikerjakan. Besok deadline, kalau telat aku remidi. Lagian project karya tulis ekstrakurikuler juga belum aku kerjakan," ucap Erika dengan berbagai alasan agar diizinkan pulang lebih cepat.

"Ya, sudah, biar diantar Radit aja. Dit, kamu bisa antar Erika pulang?" tanya Mama Maya sambil mengedipkan mata kiri agar Radit mau mengikuti keinginannya.

Senang hati Radit mengangguk tanda setuju dengan permintaan Mama Maya. "Tentu, siap dong antar Erika ke mana aja."

"Iya, Rika, Radit itu laki-laki yang kuat pasti bisa jaga kamu, kalau pulang sendiri takut ada begal," kata Mama Radit mendukung putranya kembali dekat dengan Erika.

"Nggak perlu, Tante, aku bisa pulang sendiri. Lagian naik mobil bukan naik sepeda yang harus takut kena begal," elak Erika tidak ingin Radit mengantarnya.

"Erika yang sopan sama Mama Radit," bentak Mama Maya berusaha mendidik Erika agar tidak berbicara ngelantur di depan orang tua.

Papa Ferdi setuju dengan pendapat istrinya. Dia berusaha meyakinkan putrinya agar mau diantar Radit. "Ini sudah malam, apa yang Mama kamu katakan benar, lebih baik Radit yang antar daripada terjadi hal buruk di jalan."

Karena Papa Ferdi yang memintanya untuk menyetujui diantar Radit, Erika menerima dengan berat hati. "Oke, aku mau diantar," ucap Erika sambil bangkit dari tempatnya terduduk lalu menyalami semua tamu yang hadir dalam jamuan makan malam sebelum meninggalkan meja. "Permisi semuanya, saya duluan."

Diikuti Radit yang melakukan hal yang sama. Setelahnya dia pergi mengejar Erika yang beberapa menit lebih cepat sampai parkiran mobil. Wajah datar Erika menjelaskan jika dia muak melihat Radit yang selalu mencari muka di depan dirinya dan keluarga.

"Akhirnya kamu mau aku antar pulang." Radit menunjukkan nada sombong dalam setiap ucapannya.

"Aku terpaksa, lebih lama ikut acara makan malam keluarga bikin aku makin stress."

"Kalau stres makin cantik," goda Radit sambil membukakan pintu mobil untuk mantan kekasihnya.

"Hanya orang gila yang suka sama cewek stres," timpal Erika sambil masuk mobil dan duduk di jok belakang.

"Kamu bisa duduk di depan sambil nemenin aku."

"Mending aku naik taksi online daripada duduk depan sama kamu," sahut Erika ketus memasang wajah sinis.

"Oke, kali ini aku ngalah, yang penting kamu udah mau satu mobil sama aku, rasanya dua hanya milik berdua."

Tidak ada balasan dari Erika, Radit tahu gadis itu sedang kesal pada dirinya. Dia buru-buru menutup pintu mobil dan menyalakan mesin. Dari spion kemudi terlihat jelas wajah Erika yang yang jutek, tapi tetap terlihat cantik natural.

Sepanjang perjalanan Erika tidak membuka mulut kecuali ditanya. Rasa malasnya naik berkali-kali lipat, bahkan mencium aroma parfum dari Radit membuatnya semakin muak.

"Kita mau ke mana? Yakin pulang kerumah atau ke bioskop buat nyusul Jackson dan kawan-kawanmu?"

"Kamu tahu dari mana kalau mereka lagi di bioskop?"

"Yoga itu sepupuku, kalau hal sekecil ini aku nggak paham, rasanya hidup begitu menakutkan."

Erika semakin kesal dengan kesombongan Radit yang menjadi-jadi. Dia juga baru paham kalau Yoga adalah sepupu dari Radit. Selama ini hubungan itu tidak terendus oleh Jackson ataupun dirinya, ini semacam duri dalam daging. Takut saja kalau Yoga mata-mata dari Radit.

"Bagus dong, semakin mudah kamu bisa ngawasin aku dan Jackson. Kamu tahu kan kalau tidak salah pacarku?"

"Tentu, seantero sekolah juga tahu kalau kalian pacaran. Saking bucinnya kamu ngelakuin semuanya untuk Jackson. Bahkan, bolos sekolah hanya demi nemenin pacarmu di rumah sakit."

"Pastinya, aku akan terus menjaga Jackso."

"Oh, iya?" tanya Radit dengan nada mengejek.

"Bahkan menjadi bucinnya pun, tak masalah, karena aku tahu rasanya disia-siakan itu sangat sakit," ungkit Erika memasang wajah sinis untuk mengingatkan Radit pada kisah cinta mereka yang kandas karena perselingkuhan Radit.

"Iya, aku percaya kok, nggak penting juga ngomongin Jackson di sini membuat suasana menjadi rusak."

"Dari awal suasana ini sudah rusak," timpal Erika sambil membenarkan posisi liontin bintangnya.

Radit melirik Erika dari spion tengah, dia tersenyum melihat mantannya mengenakan kalung itu. "Kamu makin cantik dengan liontin bintang itu," puji Radit tertawa bahagia.

"Pastinya, ini hadiah ulang tahun dari Jackson. Dia tahu apa yang aku mau," papar Erika penuh percaya diri sambil memperhatikan liontin bintangnya.

Radit tertawa terbahak-bahak mendengarkan pernyataan dari Erika. Dia tidak menyangka jika mantan kekasihnya masih belum sadar jika kalung dan liontin bintang pemberian darinya, bukan Jackson. Melihat gelagat aneh Radit, Erika mulai tidak nyaman.

"Erika Sayang, kamu dasar nggak kalung itu bukan dari pacarmu, tapi dari aku."

Seketika Erika bagai tersambar petir di malam hari. Dia tidak percaya begitu saja dengan mulut manis dari Radit. "Nggak mungkin, jangan asal ngomong!"

"Nggak asal ngomong, itu memang kalung pemberian dariku. Jackson hanya memberi beberapa novel romantis, yang nggak selevel dengan seleramu."

"Jangan ngaco deh!"

"Coba kamu tanya Jackson dari hati ke hati, apakah benar kalung itu pemberian dirinya atau Jackson hanya mengakuinya aja?" Radit memberikan perintah pada Erika yang sekita membuat wajahnya cemas.

🌻🌻🌻




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top