12. Kepingan Masa Lalu

Dokter mengizinkan Jackson untuk pulang dengan berbagai pertimbangan yang mengarah ke kondisi Jackson lebih baik. Sebenarnya wacana operasi bisa saja terjadi ketika kondisi dari jantung Jackson semakin memburuk. Tetapi, jika pola hidup Jackson lebih sehat dan bisa istirahat dengan baik dipastikan untuk waktu dekat tidak perlu menjalani operasi.

Mendengar kabar itu Davina dan Erika sedikit lebih tenang. Sekarang PR terbesar mereka adalah menjaga bagaimana Jackson bisa menjalani pola hidup sehat dan selalu memiliki pikiran yang positif karena secara tidak langsung akan membuat kondisinya tetap terjaga. Sangat terlihat walaupun Erika masih siswa SMA, dia terlihat dewasa dengan berjanji akan terus menjaga Jackson.

"Saya pesan sama kamu jangan terlalu sedih dan jangan terlalu bahagia, semuanya sesuai porsi saja agar pemukul di jantungmu tidak meledak."

"Apa? Jackson memiliki bom waktu di jantungnya?" Tanya Erika kaget dengan penjelasan yang Papanya sampaikan.

"Itu hanya istilah saja, kalau di jantungnya ada sesuatu yang bisa saja berakibat buruk untuk diri Jackson jika menjalani hidup terlalu berlebihan."

"Intinya aku nggak boleh bikin Jackson marah dan juga nggak bisa bikin Jackson terlalu bahagia. Apakah begitu, Pa?"

Ferdi mengangguk mendengarkan ucapan putrinya.

"Jadi kamu nggak boleh selingkuh kalau mau aku hidup lebih lama lagi," sahur Jackson bergurau menggoda Erika.

Erika memanyunkan bibirnya, coba dipastikan hal buruk itu tidak akan pernah terjadi dalam hubungan percintaannya. "Aku nggak akan pernah selingkuh darimu dan aku bukan tipe orang yang suka selingkuh," ungkap Erika dengan sangat ketus.

Jackson tersenyum sambil menggenggam erat tangan kekasihnya itu. Erika membalas genggaman itu lebih erat lagi seakan tidak ingin terlepas walau sedetik saja. Ferdi dan Davina yang melihat kedua anak mereka hanya saling melempar senyum sambil berharap semua akan baik-baik saja.

"Tambahan, bukan hanya mengenai mood, tapi juga Jackson harus menjalani pola hidup sehat."

"Pasti, aku akan menjaga dengan baik dan memastikan kalau Jackson akan hidup lebih baik dari hari ini," timpal Erika dengan sangat percaya diri.

"Aku nggak terlalu yakin, biasanya kamu cuma semangat diawal ditengah sampai akhir akan kembali ke mode pabrik."

"Dipikir aku robot kembali ke mode pabrik? Serius aku janji akan berusaha terus jaga kamu biar memiliki pola hidup sehat."

"Jadi cuma aku aja yang menjalani pola hidup sehat?" tanya Jackson terus mencari celah agar Erika terus tersudutkan.

"Iya, nggak, aku juga ikut pola hidup sehat. Jadi kita sama-sama menjalani pola hidup sehat," papar Erika penuh semangat.

Jackson hanya tersenyum sinis melihat kekasihnya begitu menggebu ingin menjalankan pola hidup sehat karena dirinya. Devina hanya bisa pasrah dengan segala yang terjadi saat ini. Setidaknya dia masih memiliki waktu yang cukup untuk mengumpulkan uang, jika saja hal terburuk terjadi pada putra semata wayangnya.

Sesi konsultasi pada dokter Ferdi telah berakhir dan memutuskan Jackson bisa pulang. Erika mengantar Jackson pulang sambil terus ada di sampingnya dan berusaha selalu ada untuk kekasihnya itu. Davina yang ngelihat anaknya semakin tumbuh dewasa, memiliki kekasih yang bucin hanya tersenyum memahami cinta masa muda mereka.

Di dalam mobil saat Erika dan Jackson duduk di jok penumpang, dia bertanya tentang permintaan maaf yang Jackson ajukan di ruang rawat. Dia masih bingung dengan hal tersebut. Lantaran selama ini Erika tidak pernah merasa Jackson berbuat salah kepadanya. Sehingga hanya saja tidak pernah berbuat salah, tetapi meminta maaf.

"Jack, apa maksudmu tadi pagi minta maaf padaku?"

Jackson mencari alasan yang tepat agar pacarnya tidak bertanya macam-macam lagi. "Aku merasa sering aja ngerepotin kamu, sampai hari ini aja harus bolos, kan, nggak enak."

"Yang mau aku, nggak usah ngerasa bersalah lagi, ya, malah bikin beban di hatiku."

"Terima kasih Erika, sejauh ini kamu pacar terbaik yang aku punya."

"Ya, karena pacar kamu cuma aku aja, emang kamu punya pacar yang lain?" tanya Erika dengan nada sedikit mengejek.

Seketika Jackson menggeleng. Sepertinya pembahasan ini jika terlalu jauh akan membuka kedok dirinya yang sebenarnya. Jackson berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menyebut pemandangan bunga di luar jendela cantik seperti kekasihnya yang ada di samping dirinya saat ini.

"Lihat deh bunga bunga tulip itu tumbuh dengan cantik, seperti kamu," puji Jackson pada Erika sambil tersenyum manis padanya.

"Apaan, sih, kalau ngegombal bisa aja, basi banget," sahut Erika bukannya tersipu malah mengolok yang tidak-tidak.

Sepanjangan perjalanan pulang ke rumah Jackson, mereka saling melempar candaan satu sama lain. Rasanya indah dan dunia hanya milik mereka berdua, yang lainnya hanya numpang. Namun, jika Erika mengetahui yang sebenarnya terjadi pagi tadi, pasti hatinya terkoyak. Untung saja Davina juga tidak membahas tentang Kinara jika di depan Erika. Mungkin wanita tiga puluh delapan tahun itu ingin menjaga hati dari pacar anaknya.

🌻🌻🌻

Setibanya di rumah setelah mengantar Jackson pulang, Erika dikagetkan dengan sosok pemuda yang berdiri di depan pintu rumahnya. Sosok itu sepertinya sangat dia kenal, tetapi dia tidak ingin mengambil kesimpulan sebelum mengetahui wajah dari pemuda itu. Semakin dekat semakin jelas bayangan masa lalu yang kembali hadir dalam harinya saat ini.

Erika turun dari mobil dan buru-buru menghampiri pemuda tersebut. Tanpa berpikir panjang dia sudah bisa menebak dengan tepat. "Ngapain kamu di sini?" sergap Erika tanpa salam pertemuan.

"Nggak mau mempersilahkan aku masuk dulu?"

"Nggak perlu, ngomong aja di sini."

"Sepertinya nggak sopan juga kalau ada tamu, tapi ngomongnya di depan pintu," sahutnya berlagak sedikit sombong.

"Beda kasus dengan tamu yang tidak diundang. Bebas pemilik rumah mau ngelakuin apa aja."

Pemuda itu tersenyum tipis, tidak menyangka Erika masih ketus padanya. "Jangan marah, semalam aku sudah izin Tante Maya untuk menemuimu. Nyatanya waktu aku datang ke sini kamunya nggak mau ketemu sama aku."

"Benarkan apa dugaanku, untung aja kemarin aku nolak waktu Mama bilang kalau ada orang yang mau bertemu denganku."

"Yakin kamu bisa melupakanku begitu saja?" pemuda itu meraih tangan kanan Erika, seketika gadis itu melakukan perlawanan.

"Lepaskan! Kita sudah nggak punya hubungan apa-apa jangan ganggu aku dan pergi sekarang juga!"

"Kita masih bisa bersahabat, 'kan?"

Tanpa berpikir panjang Erika menggigit tangan kanan dari pemuda itu yang seketika melepaskan genggamannya pada tangan Erika. "Itu jawabanku untuk pertanyaanmu!"

Erika segera membuka pintu dan menutup dengan rapat. Seakan tidak membiarkan pemuda itu memiliki kesempatan untuk hadir dalam hidupnya lagi. Rasanya lebaran kisah masa lalu yang kelam masih terus menghantui dirinya sampai tidak ingin bertemu dengan tamu yang tidak diundang itu.

"Tenang aja Erika, aku bakal terus menunggumu sampai akhirnya hatimu akan kembali memilihku!" teriak pemuda itu penuh semangat.

"Jadi orang pede banget sih, kenapa juga aku harus ketemu dia lagi?" gerutu Erika dari balik pintu setelah mendengarkan pernyataan konyol dari pemuda itu.

🌻🌻🌻






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top