11. Fenomena Hubungan Ini
Erika sengaja bolos sekolah untuk menemani Jackson di rumah sakit. Hatinya masih kesal karena percekcokan semalam dengan Mamanya. Gadis berwajah cantik itu membawa beberapa snack kesukaan Jackson dan novel-novel yang dia sukai sebagai teman di rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit Erika segera masuk ke ruang rawat Jackson, tetapi kekasihnya tidak ada di sana. Ranjangnya juga terlihat rapi dengan selimut terlipat di atasnya. Terlebih tidak ada barang-barang Jackson di sana. Niatnya membuat surprise, tapi Erika sendiri yang kena. Dia bingung kemana Jackson pergi padahal seharusnya dia belum pulang hari ini.
"Sus, pasien di kamar ini sudah pulang atau kemana ya?" Tanya Erika pada suster yang sedang mengambil botol infus yang masih tertinggal.
"Maaf, tadi pasien izin mau keluar sebentar."
"Aku pikir udah pulang, tapi, kok, udah dibersihkan, ya?"
"Rencananya nanti siang atau sore setelah diperiksa dokter dan hasil observasi keluar, pasien memutuskan rawat jalan."
Erika kaget dengan pernyataan yang diucapkan oleh perawat itu. Dengan kondisi Jackson yang harus dioperasi, tetapi memutuskan untuk rawat jalan, pasti ada sesuatu yang sengaja disembunyikan.
"Suster tahu pasien pergi ke mana?"
"Tidak," jawab si perawat sambil izin untuk meninggalkan ruang, "Permisi, saya duluan."
Erika meletakkan barang bawaannya di atas ranjang Jackson. Setelahnya keluar untuk mencari keberadaan pacarnya itu. Menyusuri lorong rumah sakit yang sedikit ramai, hati Erika dibuat risau.
"Kenapa kamu ngajak aku buat main di belakang rumah sakit sepagi ini?"
"Ada keajaiban yang mau aku kasih tahu."
"Nggak usah ngadi-ngadi, emang ada keajaiban pagi ini?
"Ada dong," jawab Jackson sambil menunjuk ke arah puluhan pohon-pohon pinus.
"Aku nggak lihat keajaiban itu," elak Kinara sambil menggelengkan kepala tanda tidak paham dengan apa yang Jackson ucapkan.
"Coba lihat pelan-pelan, enggak usah pakai urat, tapi pakai mata dan hati," ungkap Jackson menikmati udara segar di hutan kecil berisi pinus-pinus hijau.
"Lha, iya, udah aku lihat, belum juga paham keajaibannya apa?" timpal Kinara cuek sambil mendorong kursi roda sahabatnya.
"Dasar! lihat ke atas, kamu sadar nggak, sih, kita serasa dipayungi pucuk-pucuk pohon."
Kinara menuruti keinginan Jackson untuk mendongak melihat pola-pola indah dari dahan-dahan pinus. Dia tersenyum seakan bisa memahami apa maksud dari pohon-pohon pinus itu.
"Oh, iya, aku baru sadar kalau dahan-dahan pohon pinus yang menjulang ke atas menghasilkan pola yang indah."
"Seperti payung alam, memayungi kita dari teriknya matahari," tambah Jackson sambil mengamati pola-pola cantik itu. "Kamu tahu nama fenomena itu?"
"Nggak, aku malah baru sadar dahan-dahan pohon pinus yang menjulang ke langit memiliki pola cantik." Kinara terlihat kagum dengan pemandangan yang ada di atas kepalanya.
Belum sempat Jackson menjelaskan fenomena alam itu, terlihat Erika berjalan ke arah mereka. Senyum Erika sangat jelas merona dan penuh semangat keceriaan. Kinara yang juga melihat Erika melepaskan genggaman tangannya dari pegangan kursi roda Jackson.
"Jack ku Sayang, kamu itu masih sakit. Ngapain ke sini? Kinara juga di sini? Bolos juga?" Erika memberondong mereka dengan berbagai pertanyaan.
"Iya, tadi aku antar tetangga yang mau lahiran, eh, mampir ke Jackson sekalian," jawab Kinara sambil terus menggosok ujung hidungnya yang tidak gatal.
Jackson hanya diam, tetapi sorot matanya menunjukkan kebingungan. Nyatanya Kinara tidak datang karena mengantar tetangganya yang mau melahirkan, tetapi memang tidak pulang dari semalam karena membantu menjaga Jackson. Pasalnya Tante Davina mendadak mendapatkan pesanan bunga untuk hari ini.
"Oh, gitu? tapi, tetanggamu nggak apa-apa, kan?"
"Iya, udah lahir, kok, cowok." Kinara terlihat kaku saat menjawab pertanyaan Erika.
"Syukurlah kalau begitu, Jack, ayo masuk kamar lagi. Kamu belum sembuh benar, lo." Erika menghampiri Jackson lalu mendorong kursi rodanya. "Biar aku aja yang dorong Jackson," pinta Erika sembari tersenyum manis pada Kinara.
"Silakan." Kinara mundur perlahan. Dia hanya memandangi Jackson di atas kursi rodanya yang didorong Erika.
"Tadi aku bawakan sarapan nasi goreng jawa, aku masak sendiri," papar Erika dengan bangga.
"Wah, nggak sabar mau habisin nasgor buatanmu."
"Yuk!" Erika semakin kencang mendorong kursi roda Jackson untuk segera tiba di ruang rawat 406.
Sekali lagi Kinara hanya bisa mengikuti dari belakang. Rasanya ada sesuatu yang berbeda tengah membuat hatinya risau. Bimbang antara percaya Jackson bersikap manis padanya hanya sebatas sahabat atau memang ada rasa yang terpendam dalam hati.
Di ruang rawat, Erika mempersiapkan sarapan untuk Jackson. Dia dengan telaten menyuapi pacarnya. Rasanya kekecewaan yang semalam hadir karena cekcok dengan Mamanya seketika hilang ketika melihat senyum Jackson. Iya, Jackson adalah candu untuk Erika.
"Enak nggak masakanku?"
"Enak banget malahan, kalau nggak enak pasti aku lepeh."
"Senang banget, aku siap masakin kamu sarapan tiap hari."
"Iya, kali, makan nasgor tiap pagi. Kering dong tenggorokanku."
"Ih, nggak gitu, kamu bisa bisa kok request menu sarapan. Entah nasgor atau mie."
"Sama aja, bikin tenggorokan kering," timpal Jackson dengan senyum sinisnya.
"Karena cinta, Erika yang awalnya nggak bisa masak, belajar masak sampai jago dong."
"Aamiin ...," sahut Erika dengan kencang.
"Kan sekarang udah deh Erika, aku pulang dulu, ya."
"Kok pulang sih? Nanti aja pulangnya bareng aku."
"Makasih Erika, nggak enak takut ganggu."
"Nggak ada yang ganggu," sahut Jackson seakan tidak ingin Kinara pulang.
"Iya, di sini aja dulu," cegah Erika yang tidak ingin Kinara pulang lebih cepat.
"Nggak, makasih, aku nggak mau jadi obat nyamuk, have fun ya kalian," ucap Kinara sambil menenteng ransel coklat tanpa menatap Jackson, dia pergi begitu saja.
Kinara meninggalkan ruang rawat Jackson dengan hati galau. Tidak seharusnya rasa itu menyeruak dalam hatinya sebab Jackson miliki Erika. Mereka hanya bersahabat, jangan sampai mengharapkan sesuatu yang lebih karena berarti menghancurkan hati cewek lain.
"Kinara kenapa, sih? nggak biasanya dia kayak gitu."
"Mungkin lagi PMS, kayak nggak pernah PMS aja."
"Mungkin, eh, kata suster nanti siang atau sore kalau hasil observasi udah keluar, boleh pulang?"
"Iya, benar, aku nggak betah lama-lama di rumah sakit."
"Ya, udah, bakal aku temanin sampai pulang."
Jackson menatap wajah Erika dengan lembut. Sekelebat rasa bersalah mulai menyeruak memenuhi pikirannya. Tidak seharusnya Kinara datang diwaktu yang salah atau mungkin selama ini Jackson yang tidak bisa menjaga hati?
"Maafkan aku, Erika."
"Maaf untuk apa?" Erika bingung dengan permintaan maaf yang Jackson ajukan.
🌻🌻🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top