Bab 6 Berita Menggemparkan
Kematian sang raja yang membawa nama Gallardina hingga ke penjuru dunia.
Jasper seketika membuka matanya ketika mendengar teriakan. Putri mahkota! Dia pun langsung berlari menuju asal jeritan itu yang dia yakini berasal dari kamar utama kerajaan.
Suara jeritan masih terdengar ketika Jasper berlari di lorong istana, bahkan orang-orang di luar istana samar-samar mendengarnya dan mereka bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
Itu jeritan dari dalam istana!
Sesuatu yang buruk sedang terjadi!
Audrina masih menjerit berkali-kali dengan mata terpejam hingga akhirnya dia merasa tak memiliki tenaga untuk bersuara dan tubuhnya terasa lemas sekali. Dia membuka matanya perlahan dan pemandangan mengerikan itu tampak jelas melalui kedua matanya.
Ayahnya, raja Ignatius, tergantung di langit-langit kamar. Tubuhnya sedikit terayun-ayun tak bernyawa, kedua matanya terbuka sayu, wajahnya kaku terlihat tak ada kehidupan ketika sedikit terpapar sinar matahari dari sudut jendela. Dengan sisa tenaga yang dimiliki Audrina, dia tetap mencoba melihat wajah ayahnya yang terbujur kaku dengan sebuah tali terikat di lehernya.
"Ayaaaaaaah!" Audrina berteriak memanggil ayahnya lalu tubuhnya ambruk.
Tepat pada saat itu, Jasper yang baru memasuki kamar langsung menangkap tubuh Audrina sebelum menyentuh lantai. "Putri Mahkota!"
Audrina yang masih setengah sadar menatap Jasper dengan air mata berlinang. "Ayah, ayah, ayah," gumamnya berkali-kali.
Jasper hampir tak bisa bernapas ketika melihat buliran air mata jatuh di pipi putri mahkota. Hatinya sakit melihat putri mahkota tercinta dan berharga menangis di hadapannya. Dia langsung memeluk erat tubuh sang putri dan matanya langsung terbelalak kaget melihat raja Ignatius sudah tewas tergantung di hadapannya.
Audrina dengan sisa kesadarannya merasa hancur sekaligus hatinya terasa hangat dipeluk Jasper. Entah bagaimana, dia seketika merasa tenang dipeluk pria yang sebelas tahun lebih tua darinya itu, yang merupakan pengawal pribadinya.
Sang putri menghirup aroma tubuh Jasper dalam pelukannya, dia menyukainya dan seakan-akan aroma itu menghangat di hatinya. Perlahan Audrina memeluk Jasper dan mencengkeram lengan kekarnya. "Jasper, aku takut," ucapnya lirih.
Jasper semakin erat memeluk Audrina. "Tenanglah putri, Aku di sini. Aku tidak akan ke mana-mana. Semua akan baik-baik saja," bisiknya.
Hati Audrina berdesir mendengar bisikan Jasper, mungkin sang putri masih belum menyadari bahwa dirinya telah jatuh kepada Jasper karena sebuah pelukan dari seorang pria selain Ayah dan kakaknya yang untuk pertama kali baginya mampu membuatnya nyaman.
"Apa yang terjadi?" tanya Gustav yang memasuki kamar beserta beberapa pengawal . "Astaga! Yang Mulia Raja Ignatius!" Dia terkejut melihat tubuh tak bernyawa sang raja. "Kalian! Cepat turunkan tubuh raja!" Gustav memberi perintah kepada para pengawal.
"Ayah! Audrina yang pertama kali menemukan raja!" ucap Jasper yang masih dalam keadaan memeluk Audrina yang kini sudah tidak sadarkan diri.
Gustav melihat putri mahkota dengan iba. "Jasper, bawa Audrina ke kamarnya dan temani dia."
"Baik ayah."
Gustav dan beberapa pengawal lalu memindahkan tubuh raja yang sudah tak bernyawa ke atas tempat tidur. Beberapa kali dia memeriksa tubuh raja. Gustav kemudian tampak menghubungi seseorang.
Tak beberapa lama, seorang pengawal menghampiri Gustav. "Pak, apa kita harus menghentikan perayaan?"
Gustav terlihat berpikir sejenak. "Sebaiknya jangan. Tidak ada yang boleh tahu apa yang terjadi pada raja hingga perayaan selesai."
"Maaf, tapi..." Salah seorang pengawal lainnya mendekati Gustav. "Rakyat gallael sudah mengetahui kematian raja."
Gustav tampak terkejut. "Bagaimana bisa? Ini bahkan belum satu jam dari semenjak kita menemukan tubuh sang raja sudah tak bernyawa!"
"Salah seorang pelayan istana melihat kematian raja dan dia berlari ketakutan sambil mengatakan bahwa raja telah tewas."
Gustav mengembuskan napas pelan. "Berarti kita harus segera mengkonfirmasi kematian raja. Sepertinya, dinding istana ini tidak bisa menutupi apa yang sedang terjadi di dalamnya."
Baru saja Gustav hendak keluar kamar, pangeran Andres memasuki kamar diikuti selir Alma di belakangnya. "Gustav! Apa yang terjadi?" Dia mendekati tubuh ayahnya yang sudah terbujur kaku di atas tempat tidur. "Ini... tidak mungkin Ayah, kan? Ayah! Ayah!" Sang pangeran mengguncang tubuh Ayahnya berkali-kali.
Selir Alma tampak terkejut. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu mendekati Andres. "Putra mahkota! Tenanglah!"
"Minggir kau jalang berbisa!" Andres mendorong tubuh Alma hingga terjatuh dan menatapnya nanar.
Alma tampak kesakitan. "Vi auffar," ucapnya menunduk dengan senyum licik di sudut bibirnya. Lihat saja pangeran kecil! Kematian ayahmu akan memulai kehidupanmu di neraka!
Andres melirik Gustav. "Di mana adikku?" Dia teringat adiknya.
"Putri mahkota yang pertama kali menemukan ayahnya, Yang Mulia. Dia kini sedang berada di kamarnya."
"Apa Audrina baik-baik saja?"
"Putri tak sadarkan diri, Yang Mulia, tapi dia baik-baik saja. Jasper sedang menemaninya."
Andres mengalihkan pandangannya ke tubuh kaku ayahnya lalu melirik Alma yang masih menunduk. "Syukurlah, setidaknya adikku sedang tidak bersama seorang jalang berbisa."
Alma yang masih menunduk paham sekali bahwa dirinyalah yang dibicarakan sang pangeran, tapi dia tetap menunduk dengan senyum licik yang tersembunyi sempurna.
Rakyat gallael kembali berduka setelah empat tahun kematian sang ratu, bahkan duka itu belum benar-benar hilang bagi penduduk Gallardina. Mereka kembali harus kehilangan pemimpin, seorang raja yang dicintai, tepat di tengah-tengah perayaan yang selalu mereka rayakan dengan suka cita.
Mereka juga merasa iba dan kasihan dengan putri mahkota. Bagaimana tidak? Di hari ulang tahunnya, dia harus melihat kematian ayahnya. Festivale fiorales kini menjadi sebuah perayaan menyambut mekarnya bunga fuchsia sekaligus perayaan mengantarkan kepergian sang raja untuk selama-lamanya.
Ϫ Ϫ Ϫ
Kematian raja Gallardina menjadi berita menggemparkan ke penjuru dunia. Stasiun TV internasional berlomba-lomba menyiarkan berita yang mengejutkan ini.
SEORANG RAJA DARI NEGARA GALLARDINA
DITEMUKAN TEWAS GANTUNG DIRI.
Begitulah judul Headline News dari beberapa stasiun TV berita internasional seperti CNN, BBC, FOX, FOXASIA, Al-JAZAIR hingga berita entertainment seperti E! News.
Berita menggemparkan penuh duka cita ini dalam sekejap membawa nama Gallardina terkenal. Masyarakat dunia yang tadinya tidak tahu ada sebuah negara bernama Gallardina kini mengetahuinya bahkan kebanyakan penasaran seperti apa negara tersebut. Mereka semua pun terfokus pada berita ini.
Peti mati raja Ignatius kini sudah berada di dalam kathedral Amuria De Gallardine. Pemakaman akan diadakan hari ini. Seluruh penduduk Gallardina memadati jalan raya utama Burgundy. Seperti pemakaman sang ratu, hamparan karangan bunga fuchsia terlihat di sepanjang jalan utama kota Burgundy dan di setiap pintu rumah penduduk Gallardina.
Tanpa diduga, orang-orang membludak saat pemakaman raja, karena bukan hanya penduduk Gallardina saja yang memadati jalur yang akan dilewati vicallo kerajaan yang membawa peti mati sang raja menuju pemakaman, tapi banyak wisatawan yang tiba-tiba datang ke Gallardina tidak mau melewati moment ini.
Stasiun TV internasional dari berbagai negara memadati sepanjang jalan yang akan dilewati iring-iringan peti mati raja dan keluarga kerajaan. Kesibukan bukan hanya terjadi di luar Istana Fuchsia tapi juga di dalam istana. Sebuah perdebatan sedang terjadi antara pangeran Andres dengan para dewan dan pejabat kerajaan mengenai haruskah putri mahkota ikut mengantarkan peti mati ayahnya.
Mengingat sang putrilah yang pertama kali menemukan mayat sang raja dan dirinya kini dalam keadaan terguncang.
Putri Audrina sendiri sedang terduduk di kamarnya. Tatapannya sendu, hampa, kosong, sekilas dia terlihat seperti mayat hidup. Jasper setia menemaninya. Hatinya sakit melihat kondisi putri Audrina yang hanya terdiam dan sesekali buliran air mata jatuh di pipinya.
"Salure, Fura Magista." Salam Jasper begitu melihat pangeran Andres memasuki kamar putri mahkota bersama Gustav di belakangnya.
"Salure," balas Andres datar lalu dia menghampiri Audrina yang masih terlihat terguncang. "Audri, aku tak akan memaksamu ikut mengantar Ayah, tapi... ini adalah penghormatan terakhir kita untuknya."
Audrina menggeleng dan tersenyum tipis. "Aku ingin mengantar Ayah, Andres."
"Apa kau sungguh tidak apa-apa, Audri?"
Audrina mengangguk. "Kau akan bersamaku, kan?"
"Iya Audri, aku akan bersamamu. Aku akan selalu ada untukmu." Andres kemudian menggenggam tangan Audrina dengan erat dan mengajaknya menuju chapel kathedral di mana peti mati ayahnya berada di sana.
Salure ausfirae, fura magista!
Para bangsawan di dalam kathedral memberi salam kepada putra dan putri mahkota. Andres dan Audrina mendekati peti mati ayahnya. Mereka berdua meletakkan sekuntum bunga fuchsia di dada ayahnya di dalam peti mati.
Iring-iringan peti mati raja Ignatius keluar dari Kathedral. Andres dan Audrina berjalan pelan tepat berada di belakang vicallo kerajaan yang membawa peti mati ayahnya. Audrina tertunduk sambil menggenggam erat tangan Andres, rambut hitamnya menutupi sebagian wajahnya, dia tak bisa menahan air matanya. Sedangkan Andres berjalan dengan tetap menegakkan kepalanya, dia sama sekali tak menangis, tapi hatinya hancur, sangat hancur. Andres teringat kata-kata ayahnya yang menyuruhnya untuk tetap menegakkan kepala sehancur apapun hatinya.
Vicallo kerajaan berjalan pelan menuju pemakaman kerajaan. Raja Ignatius akan dimakamkan tepat di samping makam istrinya, Ratu Alla. Rakyat gallael menangis dan memberi penghormatan terakhir kepada sang raja. Sebuah pemandangan yang langka terjadi sepanjang sejarah monarki sebuah kerajaan di zaman modern. Di mana rakyat terlihat sangat mencintai dan sangat kehilangan raja mereka.
Felicas bulla, fura magista!
Nara aumarae, fura magista!
Orang-orang melempar sekuntum bunga fuchsia ketika vicallo kerajaan yang membawa peti mati sang raja lewat di hadapan mereka, banyak yang menangis tersedu-sedu. Audrina perlahan mengangkat kepalanya untuk melihat rakyat gallael yang memberi penghormatan terakhir untuk Ayahnya.
Jangan bersedih, putri mahkota!
Tegarlah, putri Audrina!
Audrina dengan mata sendu tampak tersenyum mendengar teriakan orang-orang untuk dirinya. Wajah cantik sang putri, meski terlihat sendu namun tak membuatnya kehilangan pesona dan senyumannya meski hanya sedikit di sudut bibirnya cukup membuat keanggunannya terlihat bak putri kerajaan sejati.
Pada moment itu, wajah Audrina tertangkap sempurna oleh para fotografer dari stasiun TV internasional dan dalam hitungan menit, wajah cantik nan sempurna putri Audrina sudah tersebar di berita-berita internasional dan media sosial.
Keadaan semakin menggila di dunia maya, bahkan, belum sehari selesai pemakaman ayahnya, sang putri mahkota sudah memiliki penggemar di penjuru dunia dan puluhan fanbase di jejaring sosial seperti twitter, instagram dan facebook yang terus bertambah.
Wajah cantik nan sendu dan keanggunan yang sempurna dengan pesona bak putri kerajaan, Audrina Rosemary La Corsiva De Gallardino, putri mahkota Gallardina yang masih berusia tujuh tahun itu sukses membuat jutaan pasang mata di dunia berdecak kagum dan jatuh hati.
Ϫ Ϫ Ϫ
------------------------------------------------------
Salure : Salam
Salure Ausfirae : Salam sejahtera.
Fura Magista : Yang mulia.
Felicas Bulla : Selamat tinggal
Nara Aumarae : Kami mencintaimu.
Vicallo : Alat tranportasi tradisional Gallardina, sebuah kereta kuda (Vicar berarti kereta dalam bahasa Gallea dan Caballo berarti kuda dalam bahasa Spanyol).
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top