Bab 5 Festivale Fiorales
Festival bunga dalam rangka menyambut mekarnya bunga fuchsia.
Akhir musim semi adalah waktu yang sangat dinantikan rakyat gallael. Karena pada saat itu Gallardina merayakan festival fiorales, sebuah festival bunga dalam rangka menyambut mekarnya bunga fuchsia. Empat tahun sudah berlalu semenjak kematian Ratu Alla, rakyat gallael mulai menerima kepergian ratu mereka.
Festival fiorales juga dirayakan rakyat gallael sebagai hari ulang tahun putri Audrina, yang kini berusia tujuh tahun tepat pada 21 juni. Raja Ignatius memberi perintah untuk mempersiapkan pesta ulang tahun putri mahkota, dia juga berencana memberi titah kepada putra pengawal pribadinya, Gustavo Emiliano.
“Salure, Fura Magista.”
“Salure, Gustav.”
“Apakah ada hal penting yang ingin kau bicarakan kepadaku, Yang Mulia?”
Raja mengangguk. Dia dengan hormat dan penuh wibawa mempersilahkan Gustav duduk di hadapannya. “Gustav, kau ingat apa yang aku bicarakan empat tahun lalu?”
“Empat tahun lalu?”
“Tentang putramu, Jasper Emiliano.”
Gustav menatap Raja, kini dia ingat. “Ya, tentu saja aku ingat Yang Mulia.”
“Aku mengatakan jika saatnya tiba, putramu akan menjadi pengawal pribadi putri mahkota.” Raja berhenti sejenak. “Aku rasa inilah saatnya. Aku ingin Jasper Emiliano, mulai saat ini menjadi pengawal pribadi putri Audrina. Tentu dia sudah siap bukan?”
“Baik, Yang Mulia.” Gustav menundukkan kepalanya. “Putraku sudah siap kapan pun Yang Mulia Raja memberi titah.”
“Hmm.” Raja mengangguk. “Sekarang tegakkan kepalamu dan persiapkan pesta ulang tahun putri Audrina di istana. Kita akan mengundang seluruh rakyat gallael dan bersama-sama kita akan merayakan ulang tahun putri mahkota juga festival fiorales!” perintahnya.
“Baik, Yang Mulia. Perintah segera dilaksanakan!”
“Tunggu dulu, Gustav. Berapa usia putramu kini?”
“Delapan belas tahun Yang Mulia.”
“Bisa kau panggil dia untukku? Aku ingin melihatnya secara langsung.”
“Sesuai perintah Yang Mulia, aku akan memanggilnya.”
Raja kemudian memberi izin kepada Gustav untuk keluar memanggil putranya, Jasper. Dan beberapa saat kemudian, selir Alma yang sedari tadi mendengar percakapan raja dan pengawal pribadinya itu memasuki ruangan utama kerajaan yang berada tepat di tengah-tengah istana fuchsia.
“Salure, Fura Magista.”
“Salure, Alma. Apa yang membuatmu kemari?”
“Maaf kelancanganku Yang Mulia, tapi aku tak sengaja mendengar percakapan Yang Mulia Raja dengan Gustav.”
Raja melirik Alma. “Lalu?”
“Maaf Yang Mulia, mungkin pendapatku tidak penting, tapi apakah Jasper tidak terlalu muda untuk menjadi pengawal pribadi putri mahkota?”
Raja meletakkan kedua tangannya di atas meja. Dia menatap intens kepada Alma dan baru disadarinya wanita itu masih berdiri karena belum dipersilahkan duduk, sedangkan Alma tampak salah tingkah karena raja tak menjawab pertanyaannya dan hanya menatapnya.
“Selir Alma, duduklah di hadapanku.”
Alma kemudian duduk di hadapan raja, dia merasa sesuatu ada yang salah dengan perlakuan raja terhadap dirinya.
“Sebenarnya, apa yang ingin kau katakan Alma? Apakah kau meragukan klan Emiliano sebagai pengawal pribadi kerajaan?”
Alma tampak terkejut dengan pertanyaan raja. “Tidak, tentu saja tidak Yang Mulia. Aku sama sekali tidak meragukan kesetiaan, pengabdian dan kredibilitas generasi Emiliano sebagai pengawal pribadi kerajaan.”
“Kalau begitu, semuanya jelas. Aku sama sekali tak meragukan Jasper sebagai penerus klan Emiliano. Dia sudah dipersiapkan sejak kecil, terlepas usianya yang masih delapan belas tahun, Jasper Emiliano mulai saat ini akan menjadi pengawal pribadi putri mahkota!” ucap raja tegas.
“Aras endirae, Fura Magista.” Alma menundukkan kepalanya. Kembali dia teringat kata-kata kakaknya tentang Gustavo Emiliano, yang tidak lain adalah ayahnya Jasper Emiliano. Sial! Ini akan menyusahkanku! Jasper pasti tidak bodoh! Tidak, aku harus bisa mempengaruhi putri mahkota! Aku harus tetap menjalankan rencanaku! Malam ini, semuanya akan dimulai. Aku akan mengendalikan kehidupan putri mahkota!
“Tegakkan kepalamu, Alma. Pergilah temui putri mahkota dan bawa dia ke hadapanku.”
“Baik, Yang Mulia.” Alma permisi kepada raja dan tepat pada saat itu dia berpapasan dengan Jasper yang baru saja memasuki ruangan. Untuk sesaat mereka saling bertatapan kemudian Alma berlalu begitu saja saat Jasper hendak menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepadanya.
“Salure, Fura Magista.”
“Salure, Jasper.” Raja memperhatikan Jasper yang kini sudah menjadi remaja tampan dengan tubuh tegap juga berdada bidang. “Kemarilah! Duduk di hadapanku!” perintahnya, “tentu kau sudah dengar dari ayahmu bukan?”
“Ya, Yang Mulia. Itu suatu kehormatan bagiku.”
“Kau tentu tidak masalah menjadi pengawal pribadi putri mahkota?”
“Tentu saja tidak masalah Yang Mulia, itu suatu kebanggaan.”
Raja mengangguk. “Kau harus bertemu dengan putriku Jasper, kau harus mengenalnya sebagai bagian dari pekerjaanmu. Ingat, ini adalah tugas kerajaan.” Dia menekankan pada kata tugas kerajaan.
“Aras endirae, Fura Magista.”
“Ayah, apa kau ingin menemuiku?” Putri Audrina masuk menghampiri ayahnya.
Raja Ignatius mengelus pipi Audrina dengan sayang. “Ma miras herem, carlae. Bagaimana? Kau sudah siap untuk pesta ulang tahunmu?” Putri Audrina mengangguk dan tersenyum senang.
“Kemarilah sayang.” Raja menarik Audrina mendekatinya. “Ayah ingin memberimu hadiah, perkenalkan, dia Jasper Emiliano. Dia akan menjadi pengawal pribadimu, pengawal setiamu. Dia juga akan menjadi milikmu putri mahkota.”
Audrina menatap Jasper dengan tatapan berbinar-binar, lalu Jasper menundukkan kepalanya. “Salure ausfirae, celentina Audrina.”
“Jasper, jangan menundukkan kepalamu karena aku tidak bisa melihat wajahmu.” Jasper lalu menegakkan kepalanya dan menatap wajah cantik sang putri. “Kau dengar kata ayahku, kan? Kau adalah hadiah untukku dan kau kini milikku,” lanjutnya.
Putri Audrina tersenyum senang kepada Jasper, senyumnya sangat cantik hingga tanpa sadar Jasper jatuh hati dan mengagumi senyum cantik sang putri mahkota.
Lalu Jasper berdiri di hadapan Audrina dan Raja. Kepalanya kembali tertunduk dalam dan dia berkata dengan lantang. “Saya, Jasper Emiliano. Mulai saat ini, Saya bersumpah akan setia, mengabdi dan melindungi putri mahkota hingga akhir hayat hidup saya.”
Ϫ Ϫ Ϫ
Suasana riuh yang didominasi dengan musik tradisioal dan bunyi-bunyian dari camparetta menggema di seluruh penjuru negeri Gallardina. Rakyat gallael bersenang-senang menikmati festival fiorales dan tentu saja merayakan ulang tahun putri mahkota Audrina.
Sebagian penduduk kota Burgundy memadati halaman depan istana fuchsia yang luas di mana raja Ignatius telah mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untuk sang putri. Orang-orang bersorak-sorai gembira di depan istana sambil memainkan camparetta dan menikmati hidangan torga juga garballo.
Salure ausfirae, Fura Magista!
Felicas fucaria, Celentina!
Audrina sendiri sedang berada di kamarnya, dengan mengenakan gaun satin berwarna perak yang dihiasi beberapa motif bunga fuchsia, sang putri terlihat bak bidadari yang turun dari surga.
“Ma miras herem-illa, celentina!”
“Granisa, Alma.”
“Aku ingin memberikanmu hadiah,” Alma kemudian membuka kotak antik yang dibawanya. “Ini adalah pemberian ibumu, aku rasa kau berhak memilikinya.” Audrina melihat sebuah kalung indah berwarna perak dengan berlian di tengah-tengahnya dan hiasan bunga fuchsia di sekelilingnya.
“Indah sekali.” Audrina terpesona pada kalung tersebut.
“Biar aku pasangkan.” Alma memasangkan kalung tersebut di leher Audrina lalu mereka berdua memandang cermin di depan. “Sempurna sekali, Audrina!” ujar Alma bersandiwara.
Audrina menyentuh kalung di lehernya sambil menatap ke cermin. “Alma, kalung ini sungguh pemberian ibu?”
“Ye, carlae.”
“Tapi aku tak mengenal ibuku, Alma.” Sorot mata Audrina kini berubah sendu.
Alma tersenyum licik. Tentu saja kau tak mengenal ibumu, dasar putri mahkota bodoh! Karena aku sudah menghapus semua ingatan itu selama empat tahun ini!
“Jangan menjilat adikku dengan barang pemberian ibuku, Alma!”
Pangeran Andres! Pangeran kecil yang masih berusia sepuluh tahun, berani sekali dia berbicara seperti itu kepadaku! Alma menundukkan kepalanya. “Aras auffarlae, Fura Magista.”
“Andres! Dia hanya memberiku hadiah!” Audrina tampak tak terima. “Jangan menunduk Alma! Aku tidak suka!”
“Dia menjilatmu Audrina! Apa kau tidak tahu sebutan yang diberikan untuk dirinya? Jalang berbisa!” Andres menatap tajam Selir Alma.
“Aku tak pernah menyebutnya seperti itu!” Audrina menegaskan.
“Vi auffar,” Alma menyela perdebatan kedua anak raja tersebut. “Lebih baik aku permisi.” Dengan sopan dia keluar dari kamar putri Audrina, tepat di depan pintu langkahnya terhenti.
“Aku tidak suka kau selalu mengunjungi Putri Mahkota di kamarnya, Alma! Aku akan membicarakan ini pada Ayah!” tegas Andres.
Alma hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Andres kemudian berlalu keluar.
“Andres, kenapa kau tidak suka pada Alma?”
“Karena aku menyayangimu, Adikku.” Andres mengelus pipi Audrina dengan lembut dan tersenyum kepadanya dengan tatapan penuh kasih sayang. “Felicas fucaria, Audrina.”
Ϫ Ϫ Ϫ
“Dengan segala hormat Yang Mulia, acara akan segera di mulai dan putri mahkota harus segera keluar untuk menemui rakyat gallael yang sudah memadati istana fuchsia.”
“Hmm.” Audrina menggeleng dan tersenyum. “Kau harus menemukanku terlebih dahulu.” Jasper mengernyitan dahinya tak mengerti. “Tutup matamu dan hitunglah sampai sepuluh!” perintah Audrina.
“Yang Mulia, tapi….”
“Tutup matamu, Jasper!”
Jasper kebingungan, ini bukan saatnya bermain-main karena pesta ulang tahun putri Audrina akan segera dimulai. Dia pun akhirnya menuruti Putri Mahkota, mungkin ini tidak akan memakan waktu lama.
Putri Audrina lalu keluar dari kamarnya begitu melihat Jasper menutup matanya dan mulai berhitung. Dia berlari-lari kecil sambil bersenandung senang. Kau harus menemukanku, Jasper!
Langkah-langkah kaki sang putri menembus lorong istana yang megah menuju kamar utama kerajaan. Dia hendak bersembunyi di kamar tidur ayahnya. Pelan-pelan Audrina membuka pintu, setelah dirasanya tak ada siapapun, dia pun memasukinya. Berjalan pelan sambil berjinjit-jinjit agar tak menimbulkan suara, melihat-lihat sekitar mencari tempat untuk bersembunyi.
Namun, tatapannya berhenti pada satu titik pemandangan mengerikan yang pernah dia lihat. Dengan ekspresi sangat terkejut, Audrina menengadahkan kepalanya sambil berjalan mundur perlahan. Kedua matanya terbelalak tak percaya, mulutnya terbuka lebar, seketika dia pun menjerit.
Ϫ Ϫ Ϫ
------------------------------------------------------
Ye : Iya
Granisa : Terima kasih
Aras Endirae : Hamba mengerti.
Carlae : Sayang.
Ma Miras Herem : Kamu cantik sekali.
Ma Miras Herem-illa : Kamu terlihat cantik sekali.
Felicas Fucaria : Selamat ulang tahun.
Vi Auffar : Saya minta maaf.
Celentina : Putri/Putri mahkota.
Salure : Salam.
Salure Ausfirae : Salam sejahtera.
Fura Magista : Yang Mulia.
Aras Auffarlae : Hamba meminta maaf.
Camparetta : Alat musik tradisional Gallardina yang terbuat dari kayu, berbentuk bulat dikelilingi lonceng-lonceng kecil. Cara memainkannya dengan ditepuk-tepuk seperti memainkan trambolin (Campa artinya lonceng dalam bahasa italia dan tretta artinya kayu dalam bahasa Gallea).
Torga : Makanan khas Gallardina, tortilla yang dimasak di atas garkin (bara api).
Garballo : Sate sosis bakar, makanan khas Gallardina.
Furae : Minuman khas Gallardina yang terbuat dari sari bunga fuchsia yang dicampur dengan anggur (nirae).
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top