Bab 32 Tersangka
Selir Alma Lucrecia, anda dinyatakan bersalah telah membunuh Yang Mulia Ratu Allanira, Yang Mulia Raja Ignatius dan Yang Mulia Raja Andres!
👑👑👑
Beberapa Agen Khusus Kerajaan Gallardina atau biasa disingkat GARPA (Gallardina Royal Private Agent) tengah memasuki istana fuchsia. Ditemani dengan beberapa polisi dari Centra de Polisia Gallardina yang merupakan pusat dari seluruh kepolisian yang tersebar di Gallardina, yakni, Polisia de Burgundy, Polisia de Amethyst, Polisia de Boreale dan Polisia de Dorado. Terlihat berjalan di paling depan seorang detektif ternama yang sudah teruji kredibilitasnya, detektif Ferdinand Alonso La Calladine.
Para agen khusus itu menerima panggilan darurat dari pengawal pribadi mendiang raja Andres yang sekaligus juga merupakan kepala keamanan kerajaan di istana fuchsia. Kedudukan Gustav Emiliano sebagai kepala keamanan kerajaan dan pengawal pribadi kerajaan jelas lebih tinggi dari status yang dimiliki detektif Ferdinand sebagai ketua GARPA ataupun kepolisian dan militer di Gallardina. Hal itu sesuai dengan deskrit yang dititahkan pendiri kerajaan Amuria De Gallardine yang sudah berusia hampir tiga ratus tahun.
Detektif Ferdinand tentu tak bisa dan tak boleh menolak panggilan darurat dari Gustav. Pasalnya dia menyadari panggilan darurat ini pertanda ada sesuatu yang terjadi di istana fuchsia dan pastinya sangat penting untuk menjadi prioritas utama. Detektif Ferdinand menjadi sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi? Insting detektifnya mengatakan ini berhubungan dengan kematian Raja Andres tiga bulan lalu. Dia meyakini kematian sang Raja sangat tidak wajar terlebih lagi Gustav tampak menyembunyikan sesuatu.
Tapi mengapa Gustav menyembunyikan sesuatu kepadanya? Dan setelah tiga bulan berlalu, Gustav baru menghubunginya seakan kematian Raja Andres sesuai dengan dugaannya?
Gustav sendiri memiliki alasan kenapa baru menghubungi pemimpin GARPA itu setelah tiga bulan kematian Raja Andres. Dia ingin situasi di istana kembali tenang terlebih dahulu karena Celentina Audrina masih dalam keadaan terguncang. Gustav benar-benar ingin memastikan bahwa Celentina sudah dalam kondisi yang membaik untuk mengetahui bahwa kakaknya dibunuh oleh wanita yang sudah dianggapnya sebagai Ibu.
Alasan lainnya tentu saja, Selir Alma! Gustav tak ingin Alma mencurigai dirinya tengah melakukan penyelidikan atas wanita itu. Alma sendiri tak melarikan diri dari istana. Entah dia akan merencanakan sesuatu lagi atau memang dia tak menyadari sedang diselidiki, namun Gustav bersyukur setidaknya wanita itu tak melarikan diri. Hanya saja Gustav yakin, Alma sedang merencanakan sesuatu yang buruk untuk putri mahkota. Mengingat, sang putri mahkota kini satu-satunya keturunan De Gallardino dari Raja Ignatius yang masih hidup.
“Salure, Gus.” Ferdinand menyalami Gustav.
“Salure, Ferd.” Gustav membalasnya lalu mempersilahkan anak asuh sekaligus sahabat lamanya itu duduk.
Kini, dua orang dengan kedudukan paling tinggi dalam urusan keamanan negara itu tengah duduk berhadapan dan berbicara empat mata di ruang kerja pribadi si pengawal pribadi, Gustav Emiliano.
Ferdinand mengerutkan dahinya ketika melihat Gustav dengan serius. Tampak pria di hadapannya ini yang merupakan mentor juga guru yang sangat dihormati, raut wajahnya semakin menua dengan ekspresi lelah dan sisa-sisa raut kesedihan terlihat jelas. Ferdinand tahu betul bahwa Gustav sangat terpukul dengan kematian sang Raja.
Siapa yang tidak akan terpukul jika kau diberikan tugas negara dengan tanggung jawab tinggi, melindungi seorang raja juga putranya yang juga menjadi raja, tapi justru keduanya tewas? Bukan hanya sedih, tapi kau pasti merasa tidak berguna!
Ingin sekali Ferdinand menanyakan keadaan gurunya itu dan menghiburnya namun dia tahu waktunya sangat tidak tepat!
Ferdinand berdehem. “Jadi, ada apa, Gus? Kenapa kau memerlukan bantuanku?” Sudah pasti Ferdinand bertanya seperti itu karena bukan hal main-main jika GARPA dipanggil darurat ke istana. “Apa ini berhubungan dengan kematian Raja Andres?” tanyanya curiga.
Gustav agak terkejut mendengarnya lalu kemudian terkekeh. “Aku tahu kau sudah curiga sejak awal.”
“Well, aku curiga karena kau tampak menyembunyikan sesuatu padaku.”
“Maaf, bukan maksudku menyembunyikannya darimu. Hanya saja, aku tak ingin tersangkanya kabur dari istana.”
“Istana?” Ferdinand menautkan kedua alisnya dan menatap Gustav dengan serius. “Jadi benar? Raja Andres dibunuh?” Gustav mengangguk tegas. “Tapi… apa kau memiliki buktinya? Dan.. siapa tersangkanya?”
Gustav menghembuskan napas pelan. Kedua tangannya terkepal saling menyatu di atas meja lalu dia mencondongkan tubuhnya ke depan mendekati Ferdinand. “Aku memiliki buktinya dan tersangka itu, dia sangat dekat dengan putri mahkota.”
Ferdinand seketika terbelalak. “Jangan bilang…..”
Gustav kembali mengangguk tegas. “Dan aku benar-benar butuh bantuanmu.”
👑👑👑
Aurora tampak gelisah duduk sendirian di ruangan yang tampak kecil baginya. Dia masih belum mengerti kenapa dirinya mendapat surat perintah penangkapan oleh kepala keamanan kerajaan. Berkali-kali dia meremas jari-jarinya cukup keras dan menggigit bibir bawahnya.
Tentu saja pelayan istana itu gelisah bukan main karena siapapun yang mendapat surat perintah penangkapan dari kepala keamanan kerajaan pastinya sudah melakukan tindak kriminalitas di istana fuchsia. Beberapa pelayan saja sudah bergonjang-ganjing saat Aurora berjalan melewati mereka menuju ke ruang keamanan tadi.
“Selamat sore, Nona Aurora?”
Aurora hanya mengangguk sambil menatap pria yang kini duduk di hadapannya. Cukup lama Aurora menatap serius pria itu yang sedang membuka dan membaca map di atas meja. Rasa penasarannya pun membuncah.
“Ma-maaf, kenapa saya mendapat surat perintah penangkapan?”
Pria itu, Ferdinand, menghentikan aktifitasnya membaca map di atas meja lalu mendongakkan kepalanya melihat Aurora. Si pelayan istana yang masih berusia dua puluh tahun, yang baru saja diketahuinya bahwa pelayan itu adalah pelayan baru di istana fuchsia dan bertugas menjadi pelayan pribadi Selir Alma.
Ferdinand tersenyum ramah mencoba untuk tidak mengintimidasi saksi mata di hadapannya ini. Saksi mata yang akan membawanya kepada bukti yang akan memberatkan tersangka yang telah membunuh Raja Andres.
“Anda sungguh tidak tahu kenapa bisa mendapat surat perintah penangkapan?” tanya Ferdinand.
Aurora terlihat mengkerutkan dahinya. Berpikir keras. Namun, sekeras apapun dia berpikir tetap tak menemukan alasan kenapa dirinya mendapat surat itu. Dia pun menggeleng pelan.
“Anda, adalah saksi mata atas kematian Raja Andres.”
“Sa-saya? Tapi... bagaimana mungkin?”
“Tentu saja mungkin.” Ferdinand lalu memainkan tab-nya kemudian dia memutar sebuah video dan menunjukkan kepadanya. “Anda... orang terakhir yang meninggalkan kamar raja sebelum kematiannya, membawa sebuket bunga fuchsia dari Lady Sofia.” Aurora tampak terkejut. “Aku penasaran, apa anda tahu tentang peraturan siapapun tidak boleh memasuki kamar keluarga kerajaan tanpa izin kecuali keluarga kerajaan itu sendiri?”
Aurora dengan wajah terkejutnya hanya bisa terbata-bata. “Sa-saya…..”
“Saya tanya sekali lagi Nona Aurora, apakah anda tahu mengenai peraturan itu?”
“Sa-saya mengetahuinya.” Aurora menunduk. “Ta-tapi pada saat itu, pintu kamar raja tidak terkunci dan selir Alma, dia memberi perintah kepada saya untuk memberikan sebuket bunga fuchsia itu kepada raja Andres apapun yang terjadi.”
Ferdinand mendesah. “Jadi kau tetap memasukinya tanpa izin raja meski tahu peraturan itu?”
Aurora mengangguk perlahan. “Ini kesalahan saya,” lirihnya.
“Tentu saja ini kesalahanmu. Kesalahan yang sangat fatal! Bisa saja kau yang menjadi tersangka bukan saksi mata!” Seketika Aurora mendongakkan kepalanya dan menatap Ferdinand dengan sorot mata ketakutan. “Tapi, kenapa Selir Alma memberi perintah padamu untuk menyerahkan sebuket bunga fuchsia itu kepada raja Andres apapun yang terjadi?”
Raut wajah Aurora berubah menjadi bingung. “Saya tidak mengerti maksud anda?”
“Ceritakan pada saya, semuanya, dari sebelum anda menerima sebuket bunga fuchsia itu.”
Lalu Aurora menceritakan semuanya. Bahwa dia diperintahkan selir Alma untuk mengawasi raja Andres dan memberitahunya informasi apapun itu. Aurora mengetahui bahwa raja Andres menunggu Lady Sofia di kamarnya tepat tengah malam. Awalnya selir Alma menyuruhnya untuk membawa teh herbal ke kamar raja Andres, tidak penting jika dia meminumnya atau tidak. Namun, saat selir Alma tahu bahwa Lady Sofia mengirim sebuket bunga fuchsia untuk raja Andres sebagai permintaan maaf karena tidak bisa menemuinya tengah malam, selir Alma memberi perintah padanya untuk membawa sebuket bunga fuchsia itu ke kamar raja Andres apapun yang terjadi.
Ferdinand mendengarkan cerita Aurora dengan seksama. Dia mendesah perlahan dan mengkerutkan dahinya. Masih ada kejanggalan menurutnya, Aurora hanya membawakan sebuket bunga fuchsia itu ke kamar raja lalu pergi begitu saja. Dia tak melakukan apapun. Sedangkan di video itu terlihat jelas, beberapa jam setelah raja Andres membaca surat dari lady Sofia, dia mengalami kejang-kejang seakan kesulitan bernapas. Sang raja berusaha mengambil obat penenang lalu meminumnya dalam dosis tinggi. Itulah yang menyebakan kematiannya. Overdosis!
“Baiklah, Nona Aurora. Terima kasih sudah menceritakan semuanya kepada saya.” Ferdinand menatap lekat wanita di hadapannya. Kegelisahan jelas terlihat di wajah Aurora. “Apa masih ada hal lain yang ingin anda ceritakan?”
Aurora menatap Ferdinand ragu-ragu. “Sa-saya belum menceritakan semuanya.”
Ferdinand memasang ekspresi seakan-akan terkejut. “Belum semuanya?” Aurora mengangguk ketakutan. “Kalau begitu, ceritakanlah semuanya. Jika tidak, anda bisa dianggap kaki tangan pengkhianat.”
Sekali lagi Aurora mengangguk ketakutan. “Se-sebelum saya membawa sebuket bunga fuchsia itu ke kamar raja, saya menemui selir Alma terlebih dahulu. Saat itu, selir Alma memeriksa buket bunga tersebut.” Ada keraguan untuk melanjutkan sebelum akhirnya Aurora menceritakannya sampai tuntas. “Sa-saya tidak terlalu jelas melihatnya, karena pada saat itu selir Alma membelakangi saya. Namun saya yakin sekali, selir Alma menyemprotkan salah satu parfumnya ke buket bunga tersebut. Bahkan sampai sekarang saya masih merasakan bau dari semprotan salah satu parfum itu.”
Ferdinand mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. “Apa kau melihat botol parfum itu?”
“Ti-tidak, saya tidak melihatnya.”
“Anda bilang, anda masih merasakan bau parfum tersebut?”
Aurora mengangguk tegas. “Bau parfum itu masih menggerayangi kepala saya, bahkan setelah tiga bulan ini. Karena setelah saya mengantarkan buket bunga fuchsia itu, saya tidak bisa tidur sampai pagi karena rasa pusing yang hebat.”
“Benarkah? Jadi anda masih mengenali bau parfum itu?”
Sekali lagi Aurora mengangguk tegas.
“Dan anda bilang, anda mengalami pusing yang hebat?”
“Ya! Itu berlangsung hingga pagi. Anehnya rasa pusing itu seperti membuat saya berhalusinasi. Saya merasa belum meminum obat, tapi nyatanya setelah pusing menghilang, saya menyadari sudah meminum obat.”
Ferdinand menyeringai. Pantas saja Beren Andres bisa overdosis, mungkin dia berhalusinasi belum meminum obatnya, padahal kenyataannya dia sudah terlalu banyak menelan pilnya. Akhirnya sang detektif tahu senjata pembunuh yang digunakan selir Alma. Senjata pembunuh yang sangat langka! Jika kau bukan rakyat Gallardina, kau pasti tidak akan tahu senjata ini. Dibalik mitos dan cerita legenda yang mengikutinya, senjata pembunuh ini sesungguhnya benar-benar ada.
Ya! Senjata ini adalah racun dari hama tangkai bunga fuchsia. Hama ini pernah menghancurkan seluruh bunga fuchsia di Gallardina selama bertahun-tahun. Bukan hanya itu, selama bertahun-tahun itu pula hama ini menyebakan kegilaan karena halusinasi yang menyebakan rakyat Gallardina bunuh diri. Hama ini pernah menyerang Gallardina begitu dahsyatnya meski hanya sekali itu saja, berabad-abad lalu, hingga kisah hama ini menjadi sebuah legenda dan mitos di Gallardina.
Sebuah legenda, mitos dan cerita rakyat Gallardina yang memberikan pesan kepada rakyat Gallael untuk harus merawat, menyayangi dan mencintai bunga fuchsia. Jika tidak, monster hama akan merenggut jiwa tiap-tiap rakyat Gallael secara perlahan hingga kematian menjemputnya.
Seiring zaman berkembang, akhirnya ditemukan pestisida yang bisa memusnahkan hama tangkai bunga fuchsia ini. Namun, hama ini juga dengan mudah bisa diciptakan. Cukup hanya membiarkan bunga fuchsia itu dalam keadaan lembab di suatu ruangan tanpa matahari dan hama itu akan muncul setelah tujuh hari.
Memang efek dari racun hama tangkai bunga fuchsia ini tidak langsung menyebabkan kematian. Tapi siapapun yang terpapar racun ini akan mengalami halusinasi, sesak napas, kejang-kejang hingga kematian.
Efek yang ditimbulkan bermacam-macam sesuai takaran racun yang terpapar. Jika kau hanya terpapar racun itu sekilas, kau tak akan mengalami apa-apa atau hanya akan mengalami pusing dan sedikit halusinasi seperti yang dialami Aurora. Lain jika kau terpapar berjam-jam tanpa mengetahui dirimu sudah keracunan. Lain juga jika kau mengkonsumsi racun tersebut secara perlahan sedikit demi sedikit, bertahun-tahun, akan mengakibatkan kematian mendadak! Itulah yang dialami Ratu Alla, karena dia mengonsumsi racun itu yang terdapat di dalam teh herbal kesukaannya dan apa yang dialami Raja Ignatius, hampir sama dengan yang dialami Raja Andres. Mereka terpapar racun itu selama berjam-jam tanpa mengetahuinya.
“Terima kasih, Aurora. Terima kasih sekali! Saya akan pastikan anda mendapatkan perlindungan saksi mata dari pengawal keamanan kerajaan.” Ferdinand tersenyum menenangkan Aurora.
“Te-terima kasih.” Aurora merasa lega.
Ferdinand lalu bergegas ke luar ruangan dan memberi isyarat kepada Aurora untuk menunggu.
Beberapa saat kemudian Ferdinand kembali masuk ke dalam ruangan. “Nona Aurora, anda sebaiknya ikut saya sekarang juga.”
Tanpa bertanya apapun, Aurora mengikuti Ferdinand yang ternyata menuju kamar selir Alma. Di sana sudah ada Gustav dan beberapa agen dari GARPA. Terlihat beberapa polisi berjaga di luar pintu kamar selir Alma.
“APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN? SEENAKNYA MASUK KAMARKU DAN MENGGELEDAHNYA! APA KALIAN MEMILIKI SURAT PERINTAH!?” hardik selir Alma.
“Tenanglah, selir Alma. Kami tidak butuh surat perintah untuk menggeledah kamarmu,” tegas Gustav dengan nada dingin.
Tepat pada saat itu, Ferdinand masuk ke kamar selir Alma bersama Aurora. “Gustav, saya membawa saksinya.”
Perlahan Aurora muncul dari belakang tubuh Ferdinand yang seketika membuat selir Alma terkejut. “Aurora? Apa yang kau lakukan di sini?”
Aurora hanya terdiam dan menunduk tak berani menatap selir Alma. Lalu Gustav memberi kode kepada Ferdinand untuk menyelidiki senjata pembunuhnya. Jika senjata itu ditemukan di kamar ini, Gustav bisa mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk selir Alma.
Ferdinand kemudian membawa Aurora ke meja rias selir Alma yang dipenuhi puluhan botol parfum di atasnya. Alma baru saja akan menahan Aurora, namun, dirinya sudah lebih dulu ditahan oleh beberapa agen dari GARPA. Agen-agen tersebut mengunci pergelangan Alma agar dia tidak bisa ke mana-mana.
Aurora tampak ketakutan ketika dirinya membuka dan menghirup satu persatu botol parfum milik selir Alma. Dia mencoba berkonsentrasi, menajamkan indera penciumannya dan ingatan di kepalanya. Barulah ketika dia membuka dan menghirup sebuah botol berwarna ungu kebiruan, dahinya berkerut. Dia diam sejenak lalu dihirupnya kembali berkali-kali sampai akhirnya dia sangat yakin bahwa bau parfum di botol tersebut persis dengan ingatannya.
“Apa kau yakin ini adalah bau parfum yang sama?”
“Ya! Saya yakin sekali!”
Ferdinand lalu memanggil salah satu anak buahnya. “Periksa cairan di dalam botol ini, pastikan kau berhati-hati! Karena ini adalah barang bukti!” Kemudian dia melirik Gustav dan mengangguk kepadanya.
Selir Alma tampak tak terintimidasi dan berani menatap Gustav yang mendekatinya. Pria itu lalu melayangkan sebuah surat perintah penangkapan ke wajah jalang berbisa itu.
“Selir Alma Lucrecia, anda dinyatakan bersalah telah membunuh Yang Mulia Ratu Allanira, Yang Mulia Raja Ignatius dan Yang Mulia Raja Andres!”
Tubuh Alma seketika menegang. Dia hanya terdiam tak memberontak sama sekali. Percuma saja jika dia membela dirinya, karena senjata pembunuh yang tadinya masih berada di atas meja riasnya kini sudah dibawa menjadi barang bukti.
“Seharusnya aku langsung memusnahkan racun itu setelah membunuh raja Andres,” desis Alma menatap sengit ke arah Gustav sambil menyeringai.
Dibutakan dendam yang sudah menggerogoti hatinya, Alma membiarkan racun itu tetap berada di tempatnya. Niatannya ingin dia gunakan untuk putri mahkota. Namun dia tidak sadar, misi balas dendamnya yang sudah menyatu di dirinya semakin membuatnya terobsesi untuk menghancurkan garis keturunan De Gallardino, yang kini membuatnya menjadi tersangka sekaligus pengkhianat kerajaan.
👑👑👑
------------------------------------------------------
Polis/Polisia : Kepolisian.
Centra de Polisia Gallardina : Kepolisian pusat Gallardina.
Polisia de Burgundy : Kepolisian Burgundy.
Polisia de Amethyst : Kepolisian Amethyst.
Polisia de Boreale : Kepolisian Boreale.
Polisia de Dorado : Kepolisian Dorado.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top