Bab 31 Misteri Kematian
Karena sekali menjadi pengkhianat, selamanya akan tetap menjadi pengkhianat.
👑👑👑
Rekaman dari kamera tersembunyi di kamar Andres terputar kembali tepat sehari sebelum kematiannya. Layar itu menampilkan suasana kamar Andres dan aktifitasnya yang tidak mencurigakan.
Gustav melihat dengan seksama video rekaman tersebut. Dahinya berkerut, matanya fokus mencari sesuatu yang mungkin bisa dijadikan senjata untuk membuat Selir Alma mengakui bahwa dia memang membunuh Raja Andres.
Pengawal pribadi raja itu harus segera menemukan bukti secepatnya karena dia juga harus mengumumkan bahwa Raja Gallardina, Beren Andres Montague La Corsiva De Gallardino telah meninggal dunia.
Tiba-tiba matanya menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Tubuhnya pun tergerak agak maju mendekati layar. Berulang kali dia memutar gambar yang memperlihatkan bahwa ada pelayan istana memasuki kamar Andres tepat tengah malam.
Saat itu video menunjukkan bahwa Andres sedang berada di kamar mandi, lantas, bagaimana bisa pelayan istana itu masuk tanpa Andres membukakan pintu untuknya? Karena peraturan istana jelas-jelas tertulis bahwa dilarang memasuki kamar raja tanpa seizinnya kecuali keluarga raja itu sendiri.
Mata Gustav fokus kepada pelayan istana yang memasuki kamar Andres, dia membawa sebuket bunga yang diduganya buket bunga itu dari Lady Sofia. Sekali lagi Gustav mencoba melihat wajah pelayan istana itu dengan dahi berkerut. Cukup lama dia menatap wajah pelayan istana itu di layar laptopnya lalu senyuman tipis tersungging di kedua sudut bibirnya.
Gustav terkekeh kemudian menyandarkan punggungnya ke belakang. Dia menghembuskan napas pelan. “Jadi begitu,” gumamnya, “aku tahu kau tak keluar dari kamarmu hingga pagi, tapi pelayan itu, aku melihatnya keluar dari kamarmu saat tengah malam.” Lagi-lagi Gustav terkekeh. “Kena kau, Selir Alma!”
Gustav lalu menyimpan video tersebut dalam flashdisk kemudian mematikan laptopnya. Dia beranjak dari duduknya, kini saatnya dia mengumumkan kematian Raja Andres ke seluruh penjuru negeri Gallardina.
Ada sedikit perasaan lega, setidaknya dia memiliki pelayan istana itu sebagai bukti bahwa selir Alma memiliki kaki tangan. Gustav yakin jalang berbisa itu telah memerintahkan sesuatu pada pelayan istana itu, dia juga yakin pelayan istana itu adalah kaki tangan selir Alma.
Baru saja Gustav hendak membuka pintu ruang keamanan, seseorang yang tidak diduga telah membuka pintunya terlebih dahulu.
“Aku memiliki bukti bahwa orang yang kau curigai telah membunuh Raja Andres, lebih dari itu, dia juga mengakui telah membunuh Ratu Alla dan Raja Ignatius,” ucapnya dingin.
Gustav mengkerutkan dahinya. “Kenapa aku harus percaya padamu?”
“Karena aku memberikanmu buktinya,” jawabnya sambil menyerahkan flashdisk kepada Gustav.
“Bagaimana aku yakin kalau bukti ini tidak direkayasa?” Gustav akhirnya mengambil flashdisk tersebut.
“Kau boleh mendengarkan jika kau tidak percaya. Bukti ini tidak direkayasa.”
“Apa motifmu memberikan bukti ini padaku?” tanya Gustav yang masih tidak habis pikir pria di hadapannya ini rela menyerahkan bukti yang akan memberatkan selir Alma. Gustav yakin bukti dari pria ini adalah bukti yang dibutuhkannya.
“Well...” Pria itu mendekati Gustav. “Apa kau pernah mendengar istilah pengkhianat yang menjadi pahlawan?” tanyanya berbisik.
Gustav lalu sedikit memundurkan tubuhnya. Dia terkekeh. “Baiklah, akan aku selidiki bukti darimu.” Dia lalu menepuk pelan pundak pria itu. “Tapi kau, belum tentu menjadi pahlawan. Karena sekali menjadi pengkhianat, selamanya akan tetap menjadi pengkhianat,” lanjutnya berbisik.
👑👑👑
Kematian Raja Andres jauh lebih menggemparkan seluruh dunia daripada kematian Raja Ignatius. Bagaimana tidak? Raja Andres yang baru saja dilantik menjadi Raja secara resmi dan mengumumkan bahwa sebentar lagi akan menikah tiba-tiba saja diberitakan telah meninggal dunia dalam tidurnya seperti ibunya, mendiang Ratu Alla.
Tentu saja kenyataan sebenarnya tidak seperti itu, namun Gustav memutuskan untuk tak memberitahukan secara rinci bagaimana tubuh Andres meregang nyawa di atas tempat tidurnya. Gustav tak ingin membuat kecurigaan apalagi kini dia yakin Selir Alma ada dibalik kematian Raja Andres.
Bukan tanpa alasan Gustav tak ingin membuat Selir Alma menyadari bahwa dirinya mencurigai kematian Raja Andres, apalagi sampai membuat Selir Alma berpikir bahwa dirinya mengetahui jalang berbisa itu telah membunuh Raja Andres. Dia tak ingin jalang berbisa itu melarikan diri dari Gallardina. Memang baru kemungkinan, karena Gustav akan menginterogasi pelayan itu secara diam-diam dan menyelidiki bukti yang diberikan padanya dari seorang pria yang sangat dekat dengan wanita itu.
Prosesi pemakaman Raja Andres dilakukan seminggu setelah pengumuman kematiannya. Seperti saat pemakaman kedua orang tuanya, ribuan rakyat gallael berkumpul di jantung kota Burgundy, lebih tepatnya di depan Chapel Kathedral dan Istana Fuchsia. Sungguh sebuah duka yang mendalam bagi Gallardina kehilangan Raja Muda yang mereka cintai. Karena luka akan kematian Raja dan Ratu mereka sebelumnya setelah bertahun-tahun belum sepenuhnya pulih.
Putri Mahkota Audrina tampak tidak hadir di acara pemakaman kakaknya. Audrina kembali mengalami trauma yang sempat hilang, namun kini, trauma itu menghantui dirinya. Jika dulu bayang-bayang ayahnya tewas tergantung menguasai dirinya, kini bayang-bayang kakaknya yang tewas dengan mata terbuka dan mulut penuh busa menjadi mimpi buruknya.
Rakyat gallael tak mempertanyakan ketidakhadiran putri mahkota Audrina. Mereka paham dengan apa yang sudah dialami Audrina dan justru kasihan padanya. Karena seluruh Gallardina bahkan dunia tahu jika Raja Andres dan adiknya, Putri Audrina, saling menyayangi. Kedua kakak beradik itu sangat terikat erat setelah kematian kedua orang tua mereka. Tak menghadiri pemakaman kakaknya mungkin adalah hal terbaik dan mendoakan Audrina agar baik-baik saja.
Putri mahkota Audrina berkali-kali kehilangan kesadarannya, tubuhnya lemah dan setelah seminggu Andres dimakamkan, Audrina baru memiliki sedikit kekuatan atas tubuhnya. Dia lalu beranjak dari tempat tidurnya dan hendak keluar dari kamarnya. Saat itu, Jasper tidak berada di kamarnya. Namun, bukan Jasper yang dicarinya.
Satu-satunya yang ada di pikiran Audrina saat dirinya bisa menggerakkan tubuhnya untuk keluar dari kamarnya adalah kakaknya. Maka, kakinya pun melangkah menuju kamar Andres. Namun, alangkah terkejutnya Audrina ketika melihat tak ada kakaknya di sana. Dia lalu menuju ruang utama istana di mana kakaknya biasa berada di sana untuk mengurusi pekerjaannya. Lagi-lagi Audrina tak menemukan kakaknya.
Dan pilihan terakhirnya kini menemui Gustav, pengawal pribadi kakaknya di ruang keamanan.
“Gustav! Di mana kakakku!?” Audrina bertanya dengan tegas begitu masuk ruang keamanan.
“Salure, Celentina.” Gustav menunduk.
“AKU TANYA DI MANA KAKAKKU!!!”
Gustav langsung menegakkan kepalanya begitu mendengar Audrina menghardik dirinya. “Celentina…..”
“Apa kau tidak bisa menjawab Gustav!?” Kini napas Audrina memburu penuh emosi lalu dialihkan pandangannya ke arah Jasper yang ada di samping Gustav. “Apa kau juga tidak bisa menjawab!?” Kemudian Audrina mendecak melihat sekeliling ruang keamanan dan menatap satu persatu pengawal pribadi yang ada di sana. “Apa tak ada satu pun dari kalian yang bisa menjawab di mana keberadaan kakakku!?”
Gustav, Jasper dan para pengawal hanya bisa terdiam. Bagaimana mengatakan pada putri mahkota jika kakaknya kini sudah di dalam peti mati terkubur jauh di bawah tanah?
“JAWAB PERTANYAANKU GUSTAV!!! INI PERINTAH!!!” Audrina berteriak tepat di depan muka pengawal pribadi itu.
“Aras auffarlae, Celentina.” Gustav meneguk salivanya. “Beren Andres sudah dimakamkan seminggu yang lalu.”
Audrina memasang muka datar sejenak lalu dahinya berkerut. “Apa kau bilang? Dimakamkan?” tanyanya tak percaya. “Siapa yang memberi perintah untuk memakamkan kakakku? Bagaimana bisa kau memakamkannya tanpa diriku? Tunggu dulu…” Audrina terdiam sejenak seolah berpikir. “Memangnya kakakku sudah meninggal? Dia masih hidup Gustav! KAKAKKU MASIH HIDUP!” Audrina mulai histeris dengan napas memburu.
Jasper yang menyadari kondisi Audrina mulai memburuk berusaha untuk menenangkannya.
“GARSIN!!!” Audrina mendorong Jasper dan menatap nanar kepadanya. “Apa kau juga berpikir bahwa kakakku sudah meninggal, Jas!?” tanyanya penuh emosi dan amarah. Airmata jatuh dari kedua pelupuk matanya.
Jasper hanya bisa menatap sendu putri mahkotanya. Sakit! Itulah yang dirasakannya, setiap kali Audrina menangis, setiap kali Audrina tak bisa mengendalikan dirinya karena tekanan batin akan trauma yang dialaminya. Jasper merasakan sakit lebih dari yang dibayangkan. Ingin sekali dirinya bisa menyembuhkan luka yang dirasakan Audrina yang tak akan pernah sembuh, karena luka itu selalu menjadi mimpi buruk putri mahkotanya.
Seketika, tubuh Audrina ambruk dan untungnya Jasper sudah menangkap tubuhnya sebelum jatuh menyentuh lantai.
👑👑👑
“Salure, Lady Sofia,” Gustav memberi salam. “Terima kasih sudah menerima pesan saya dan datang ke istana.”
Sofia sedikit menundukkan kepalanya. “Tidak masalah, aku sendiri berencana untuk menjenguk Audrina. Apa dia sudah boleh dijenguk?”
“Tentu saja, My Lady. Celentina sudah boleh dijenguk. Mungkin ada baiknya juga jika kau menghubungi Sir Alland untuk menjenguknya,” jawab Gustav.
“Memangnya Alland belum menjenguk Audrina?”
“Beberapa hari yang lalu Sir Alland sempat ingin menjenguknya. Namun kondisi Celentina belum bisa memungkinkan dirinya untuk dijenguk. Kematian kakaknya sungguh membuatnya harus pingsan berkali-kali dan membuat tubuhnya menjadi lemah.”
Sofia terdiam sejenak. Dia menundukkan kepalanya sambil menyeka airmata yang jatuh di pipinya. Sudah sebulan kematian Andres, namun dirinya masih belum bisa mengendalikan airmatanya jatuh setiap kali mengingat pria yang dicintainya itu.
“Lady Sofia? Kau baik-baik saja?” Gustav bertanya bukan tanpa alasan, dia tahu hubungan Raja Andres dengan wanita di hadapannya ini.
Sofia mendongakkan kepalanya. Terlihat jelas matanya sembab. “Aku… aku… merasa bersalah Gustav. Aku merasa… karena dirikulah Andres bunuh diri.”
Ekspresi Gustav berubah menjadi serius. “Kenapa kau berpikir kalau Raja Andres bunuh diri? Bukankah jelas dikatakan kalau Yang Mulia meninggal dalam tidurnya?”
“Ayolah Gustav.” Sofia mendecak. “Seluruh Gallardina bahkan dunia berspekulasi bahwa Andres meninggal bunuh diri. Apa yang masuk akal jika kau meninggal dalam tidurmu kalau itu bukan karena bunuh diri?”
Gustav menghela napas perlahan. “Lalu, kenapa kau berpikir bahwa kau adalah penyebab Raja Andres bunuh diri?”
Sofia terdiam sejenak menatap Gustav dengan serius. “Malam di saat pesta ulang tahun Audrina, aku bertengkar dengannya. Dia memberi perintah padaku untuk menemuinya saat tengah malam di kamarnya, tapi aku tak menemuinya. Aku mengirimnya sebuket bunga fuchsia sebagai tanda maafku kepada salah satu pelayan istana.”
Gustav mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Sofia. Kepalanya mengangguk perlahan dan bibirnya tersenyum tipis. Pantas saja Beren Andres tak mengunci kamarnya, karena dia sedang menunggu Sofia dan pantas saja pelayan istana itu bisa dengan mudah masuk ke dalam kamar raja setelah keluar dari kamar Selir Alma, saat tengah malam di malam kematian Raja Andres.
Dia menautkan alisnya dan kedua tangannya saling mengepal. Berpikir harus secepatnya menginterogasi pelayan istana itu dan pria itu! Ya! Dia akan memanggil pria itu untuk menyelidiki bukti yang diberikan kepadanya.
Lalu Gustav membuka laci di bawah mejanya dan mengeluarkan sebuah flashdisk kemudian menyerahkan benda itu kepada Sofia. “Beberapa hari sebelum Raja Andres meninggal. Dia memerintahkan saya untuk menyerahkan ini kepada anda.”
Sofia lalu mengambil benda kecil itu dari atas meja. “Apa ini?” tanyanya penasaran.
Gustav tersenyum tipis. “Sebuah rahasia antara Raja Andres dan dirimu. Yang Mulia ingin kau menyimpannya sebagai kenangan darinya.”
Dengan wajah sedikit terkejut, Sofia bertanya. “Ja-jadi, kau juga mengetahuinya?”
Gustav mengangguk. “Tentu saja aku mengetahuinya. Namun, demi kehormatan Beren Andres, hal itu akan menjadi rahasia yang akan aku bawa sampai mati.”
Sofia sedikit menghela napas dan tersenyum. “Granisa.”
“Satu hal lagi, Lady Sofia. Kau tak perlu merasa bersalah.” Sofia mengkerutkan dahinya. “Raja Andres, tidak meninggal karena bunuh diri!” lanjut Gustav dengan tegas.
👑👑👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top