Bab 28 Felicas Fucaria, Celentina!

Selamat ulang tahun, putri mahkota!

👑👑👑

Audrina dan Jasper kini berada di depan pintu sebuah rumah yang sangat sederhana. Audrina menggenggam jemari Jasper seraya tersenyum kepadanya. Sekali lagi Audrina mengetuk pintu rumah tersebut.

“Kita sedang berada di rumah siapa?” tanya Jasper berbisik.

“Ini rumah sahabat kecilku, kau harus bertemu dengannya.” Audrina balas berbisik.

Jasper menaikkan sebelah alisnya. “Sahabat kecil?” gumamnya. Jasper tampak bingung karena ini pertama kalinya dia tak mengetahui sahabat Audrina. Baginya, tak ada yang tak diketahuinya mengenai sahabat-sahabat Audrina dan ini sungguh mengusiknya. “Apakah dia laki-laki?” tanyanya menyelidik.

Audrina tertawa kecil. “Jangan bilang kau cemburu?”

“Cemburu? Ah tidak! Aku hanya bertanya apa sahabat kecilmu ini laki-laki?” elak Jasper.

Lagi-lagi Audrina tertawa. “Kau akan menyukainya, Jas!”

Pintu rumah terbuka tepat pada saat Audrina akan mengetuk lagi, tampak seorang wanita paruh baya di ambang pintu membelalakkan matanya melihat siapa yang mengetuk pintu rumahnya.

Salure, Celentina.” Wanita itu, Zilda, memberi salam.

“Zilda!” Audrina langsung memeluk wanita paruh baya itu. “Aku merindukanmu,” bisiknya.

Celentina,” gumam Zilda, lalu dia membalas pelukan erat Audrina.

“Ah, aku membawa seseorang mengunjungimu.” Audrina melepaskan pelukannya kemudian mengenalkan Jasper. “Dia pengawal pribadiku.”

Zilda memberi salam lalu mempersilahkan Audrina dan Jasper masuk ke dalam.

“Kau pasti ingin bertemu Ariana?” tanya Zilda.

Audrina mengangguk dengan cepat. “Apakah dia ada? Aku ingin menepati janjiku padanya.”

“Dia sedang keluar dengan ayahnya, tunggulah! Sebentar lagi mereka akan kembali.” Zilda mengusap lembut punggung tangan Audrina. “Apa kau tidak merindukan Raul?”

“Tentu saja aku merindukannya, aku juga ingin menemuinya.” Audrina mengerucutkan bibirnya.

Zilda terkekeh lalu dia melirik Jasper, hatinya mengatakan bahwa Jasper bukan sekedar pengawal pribadi bagi putri mahkotanya. Kemudian dia kembali menatap Audrina. “Maaf jika harus menunggu, aku akan menyiapkan jamuan untukmu. Apa kau mau furae?”

“Aku mau sekali!” pekik Audrina. “Dan… garballo,” bisiknya.

Zilda mengusapkan tangannya ke pipi Audrina. “Akan aku siapkan, Celentina.” Audrina mengangguk lalu dia duduk bersama Jasper di sofa ruang tamu rumah itu.

“Apakah Ariana yang kau maksud sahabat kecilmu?” bisik Jasper bertanya. Belum hilang rasa penasarannya tentang sahabat kecil putri mahkota.

Audrina melirik Jasper lalu memasang senyum bahagia. “Kau akan menyukainya Jasper.”

“Bagaimana jika dia menyukaiku?” Jasper bermaksud menggoda Audrina.

“Hmm, tidak apa-apa.” Audrina memasang ekspresi pura-pura tidak peduli.

“Kau tidak akan cemburu?” Jasper bertanya dan dia ingin sekali tahu jawaban Audrina.

Audrina memutar tubuhnya menghadap Jasper. “Untuk apa aku cemburu? Kau kan milikku, Jas! Kau sendiri yang selalu mengatakan, kalau aku selalu memilikimu.” Dengan cepat Audrina mengecup singkat bibir Jasper.

Jasper tersenyum tipis lalu perlahan dia mencium bibir Audrina dengan lembut dan penuh perasaan. “Rasanya aku tak peduli jika ada wanita mana pun menyukaiku. Mengetahui bahwa aku selalu menjadi milikmu, itu sudah cukup bagiku,” ucapnya.

Zilda melihat semua itu dari balik tirai dan dia tersenyum. Benar ternyata, mereka saling mencintai. Lalu raut mukanya berubah sendu. Seandainya kau bukan putri mahkota, pasti kau akan bahagia bersamanya.

Dan setelah beberapa jam kemudian di saat Audrina, Jasper dan Zilda sedang bercengkerama sambil menikmati furae dan garballo, Raul dan putrinya, Ariana, kembali.

Betapa senangnya Ariana dikunjungi putri mahkota, terlebih lagi sang putri akan menepati janjinya. Mengajak Ariana ke istana untuk menginap dan merayakan ulang tahunnya.

Felicas fucaria, Celentina Audrina Rosemary La Corsiva De Gallardino.” Ariana memberi hormat kepada Audrina dengan etiket kebangsawanan. “Murae granisa, sudah mengizinkanku menginap di istana dan merayakan pesta ulang tahunmu.” Raut mukanya tiba-tiba menjadi sendu. “Vi auffar, Celentina. Aku… tidak bisa memberikanmu apa-apa sebagai hadiah.” Ariana menunduk dalam.

Audrina mendekati Ariana lalu berjongkok agar sejajar dengan tubuh gadis kecil itu kemudian diangkat dagunya. “No ficare, Ariana. Kau adalah tamu spesialku, jadi kau tak perlu membawa hadiah apa-apa.”

“Benarkah? Sungguh tidak apa-apa?” Mata Ariana sedikit berbinar-binar.

Audrina mengangguk lalu dia menghembuskan napas perlahan kemudian berdiri. “Sekarang mari kita ke istana! Hmm, mungkin ayahmu bisa mengantarkan kita dengan vicallo-nya?”

Raul dengan cepat menunduk. “Sesuai perintah, Celentina.”

Audrina dan Jasper lalu permisi kepada Zilda, wanita paruh baya itu memeluk Audrina, mengecup dahi putrinya kemudian memberi pesan kepada suaminya agar berhati-hati.

Di perjalanan, Jasper berbisik pada Audrina. “Benar katamu, aku menyukainya. Ariana, dia gadis kecil yang sangat manis.” Audrina hanya tersenyum mendengarnya dan mengeratkan pelukannya di lengan Jasper.

Ariana sendiri tak menyadari dirinya sedang dibicirakan karena dia duduk di depan bersama ayahnya. Sesekali dia menoleh ke belakang dan kedua sudut bibirnya tertarik ke atas melihat putri mahkota tampak bahagia di pelukan pengawal pribadinya itu.

👑👑👑

Keesokan harinya, istana terlihat sangat ramai dipadati penduduk Gallardina yang ingin ikut serta merayakan ulang tahun putri mahkota, tepat pukul sepuluh pagi, acara pun dimulai. Berbagai makanan, minuman dan pertunjukkan musik disajikan oleh pihak istana. Rakyat gallael pun bersorak sorai penuh suka cita.

Salure, celentina!

Felicas fucaria, Audrina!

Selamat ulang tahun, putri mahkota!

Audrina sendiri sedang memandangi dirinya di cermin. Dia menyadari telihat sangat cantik dengan balutan gaun bergaya Victorian Modern dari karya Alexander McQueen.

Setelah tiga bulan, akhirnya dia bisa memakai gaun yang dipesan khusus langsung dari desainer terkenal itu.

Ma herem-illa, Audri,” Andres berbisik dari belakang tubuh Audrina sambil memegang bahu adiknya itu. Kedua matanya memandang cermin dan matanya bertatapan dengan mata Audrina. “Kau sudah siap? Kau harus menyambut rakyat gallael yang sudah datang ke istana untuk merayakan ulang tahunmu.”

Audrina menatap kedua mata kakaknya cukup lama lalu mengangguk kemudian tanpa berkata apapun dia beranjak dari hadapan cermin.

Andres mengkerutkan dahinya. Dia menyadari Audrina sedang mengacuhkannya dan dia tidak suka dengan sikap adiknya yang seperti itu.

“Audri...” Andres menahan tangan Audrina. “Katakanlah sesuatu.”

Audrina berbalik menatap kakaknya. “Tenanglah Andres, malam ini aku akan menentukan pilihanku.”

Raut muka Andres berubah menjadi serius. “Kau tahu bukan itu yang sedang aku bicarakan.”

“Tapi kau ingin kepastian bukan? Aku sudah menentukan pilihanku dan aku tidak akan melarikan diri. Aku tidak akan mengecewakanmu.”

“Audri…..”

“Sudahlah, mari kita sambut rakyat gallael.” Ingin rasanya Audrina menangis dan mengeluarkan emosinya saat itu namun dia sadar itu tak ada artinya.

“Tunggu dulu.” Andres kembali menahan Audrina. “Kau tahu itu bukan keputusanku, tapi ini memang sudah ditakdirkan kepada kita sebagai garis keturunan De Gallardino.”

Audrina memejamkan matanya dan mengangguk perlahan. “Aku tahu, tapi aku kecewa padamu Andres. Kau benci sekali pada Jasper karena aku jatuh cinta kepadanya. Apa salahnya? Aku yang jatuh cinta kepadanya! Kau beruntung, Sofia dari kelas bangsawan. Kalau saja kau belum menerima lamaran dari Eleanor. Aku akan setuju kau bersama sahabatku.”

Andres melepaskan genggaman tangannya di lengan Audrina begitu mendengar adiknya menyebut nama Sofia dan Eleanor. Dua wanita yang sudah menjadi takdir dan cinta sejatinya.

👑👑👑

Menjelang malam, Audrina mempersiapkan dirinya untuk pesta ulang tahun yang baginya sangat sakral. Sesuai tradisi De Gallardino, putri mahkota akan menentukan pilihannya di ulang tahun yang ke tujuh belas. Pilihannya akan menjadi pasangan seumur hidupnya, yang tentu saja sudah disetujui oleh petinggi dan keluarga kerajaan.

Andres menjemput Audrina di kamarnya, bersama-sama mereka menuju aula utama istana di mana pesta ulang tahun yang bersifat sangat kebangsawanan akan segera dimulai, pada pesta di malam hari, para tamu undangan yang hadir bukanlah tamu sembarangan. Mereka dari kalangan kerajaan dan bangsawan dari negara lain bahkan tidak ketinggalan ada beberapa kepala negara yang hadir.

Media internasional yang meliput juga bukan sembarangan, tentu saja pihak istana hanya memilih media internasional seperti BBC, CNN dan E! yang diizinkan meliput secara langsung pesta ulang tahun yang sangat elite itu. Ketiga media itu akan menyiarkan ke seluruh dunia.

Penduduk Gallardina bahkan seluruh dunia tak sabar ingin mengetahui siapa pilihan putri mahkota juga calon ratu masa depan Gallardina yang tidak lain adalah tunangan raja Andres, Lady Eleanor.

Andres dan Audrina duduk di singgasana utama, tampak di paling depan telah hadir Lady Eleanor duduk bersama keluarganya, sepupu dari kerajaan Monako. Lalu di belakang mereka juga telah hadir ketiga calon pendamping hidup putri mahkota duduk bersama keluarga mereka.

Audrina tersenyum kepada Alland ketika dia melihatnya dengan jelas, Alland sedikit menundukkan kepalanya. Kemudian dia menaruh sebuket rangkaian bunga fuchsia di atas meja sambil mengedip ke arah Audrina.

Tampak Audrina semakin melebarkan senyumannya melihat rangkaian bunga fuchsia itu, sangat indah dan dirinya sangat ingin sekali memegang bunga itu. Audrina tampak berbinar-binar, tanpa dia sadari Jasper memandangnya dari kejauhan dengan perasaan yang seharusnya bahagia meski sebenarnya tidak.

Jasper tahu siapa yang akan menjadi pilihan Audrina, Jasper juga sadar bukan haknya meminta Audrina menarik kembali janjinya. Karena Jasper sepenuhnya sudah merelakan  bahwa bukan takdirnya memiliki putri mahkota.

Dan ketika acara dimulai, Andres memegang tangan Audrina mengajaknya turun ke lantai dansa karena mereka akan memulai ritual kerajaan di mana raja dan ratu akan memulai sebuah pesta dengan tarian tradisional Gallardina, Galaya.

Perlahan Andres membimbing Audrina untuk mengikuti dirinya, diiringi musik tradisional Gallardina. Baik Andres maupun Audrina tampak sempurna menarikan tarian Galaya. Sudah seharusnya keturunan De Gallardino menguasai tarian tersebut. Dan hal ini juga yang akan dipelajari calon istri Andres, dia harus belajar menarikan Galaya.

Andai saja Andres sudah memiliki ratu sebagai istrinya. Tentu dia akan berdansa bersama ratunya. Tapi bagi Andres, berdansa bersama adiknya di ulang tahunnya yang ke tujuh belas adalah hal yang sangat diinginkannya daripada berdansa bersama ratunya.

Karena bagi Andres, adiknya Audrina, bukan hanya permata Gallardina namun berlian di hatinya.

Setelah menyelesaikan ritual dimulainya sebuah pesta kerajaan, Audrina kembali duduk di singgasana utama sedangkan Andres berjalan mendekati Eleanor. Dia akan mengenalkan Eleanor sebagai calon istri dan ratu Gallardina.

Sesaat sebelum Andres mengajak Eleanor ke lantai dansa, matanya menangkap sosok Sofia tidak jauh darinya. Mata mereka bertemu. Terlihat ada semburat kerinduan di antara kedua mata mereka dan perasaan tak terucap yang keduanya paham bahwa rasa itu adalah cinta yang tak akan saling memiliki.

Sofia memalingkan wajahnya saat dirasanya tak tahan lagi memandang Andres.

Kenapa kau menghindari tatapanku, Sofia? Andres memejamkan mata kemudian menatap Eleanor. Perlahan tangan kanannya terulur di hadapan wanita itu. “Maukah kau berdansa denganku? Calon istriku sekaligus ratu Gallardina di masa depan, Lady Athalia Eleanor Saint-Mary Cardellia?” tanyanya dengan lantang dan tegas.

Tanpa ragu Eleanor menyambut tangan Andres bersamaan dengan tepuk tangan dari para tamu undangan yang ikut berbahagia. Andres secara resmi bertunangan dengan Eleanor dan mengabarkan rencana pernikahan mereka yang akan di selenggarakan tiga bulan berikutnya.

Audrina kemudian berdiri setelah Andres kembali duduk di singgasana utama. Audrina mempersiapkan hatinya, dia menoleh untuk melihat Andres sejenak lalu matanya mencari-cari sosok Jasper yang memandangnya dengan senyuman, pria itu menganggukkan kepalanya tanda bahwa dirinya sudah merelakan siapapun pilihan Audrina.

Audrina memejamkan mata dan menghembuskan napas perlahan. Dengan langkah mantap dia berjalan menuju di mana Sir Alland sedang duduk.

“Boleh aku meminta rangkaian bunga fuchsiamu, Sir Alland?” tanya Audrina dengan sopan. Tentu saja bukan hanya Alland yang membawa rangkaian bunga fuchsia, tapi juga dua calon lainnya, Julian Garcia La Corsiva dan Edmund Ramirez La Clementine.

Tapi melihat Audrina meminta rangkaian bunga fuchsia milik Alland, menandakan sang putri mahkota sudah menentukan pilihannya kepada Allandrio Maximus La Calladine.

“Hmm, kenapa kau meminta rangkaian bunga fuchsiaku?” tanya Alland.

Audrina mengkerutkan dahinya, tak menyangka Alland justru mengeluarkan pertanyaan seperti itu. “Jika kau tidak tahu, aku memilihmu untuk menjadi pendamping hidupku kelak.”

“Apa kau jatuh cinta padaku, putri mahkota?” Alland masih tidak memberikan rangkaian bunga fuchsianya.

Audrina tersenyum tipis. “Apa aku harus jatuh cinta padamu?”

Kini Alland yang tersenyum tipis. “Tidak, tentu saja tidak. Tapi aku ingin kau jatuh cinta padaku.”

Audrina melangkahkan kakinya semakin mendekati Alland yang sedang duduk. “Buat aku jatuh cinta padamu. Ajari aku bagaimana mencintaimu. Apa kau bersedia?”

Alland perlahan menggeser bangkunya lalu berdiri kemudian menyerahkan rangkaian bunga fuchsia kepada Audrina. “Tentu saja aku bersedia dan aku pastikan kau akan jatuh cinta padaku,” ucapnya tersenyum tipis.

Audrina membalas senyuman Alland dengan mengambil rangkaian bunga fuchsia yang ada di tangan Alland. Dia lalu mengajak pria itu berdansa di lantai dansa. Tepukan tangan dari para undangan kembali terdengar sebagai tanda mereka turut bahagia dengan pilihan putri mahkota.

Di tengah-tengah dansanya dengan Alland, putri mahkota menyadari kepergian Jasper lewat pintu belakang. Hatinya kembali terluka, sedih, sekaligus marah. Tanpa sadar air mata sudah menetes di pipinya. Dia lalu menghentikan dansanya dan melepas pelukannya dari Alland.

“Audrina?” Alland tampak bingung namun tanpa jawaban Audrina berlari menuju pintu belakang mengejar Jasper.

Audrina terus berlari tanpa peduli Alland yang memanggil dan ikut mengejarnya.

“Jasper!!!” panggil Audrina ketika melihat Jasper di lorong yang menuju kebun belakang istana.

Jasper menghentikan langkahnya namun dia tak membalikkan badannya.

“Aku mohon berbaliklah, Jas.”

Jasper menggeleng. “Tidak, aku tidak bisa.”

Audrina menatap nanar punggung Jasper. Matanya sudah sembab dengan air mata. “Baiklah, kalau begitu jangan berbalik. Tapi dengarkan aku…” Terdengar helaan napas. “Hatiku selalu memilihmu, Jasper Emiliano. Sejak awal hatiku sudah menjadi milikmu. Hatiku memilihmu.”

Seketika suasana menjadi hening. Jasper berdiri membelakangi Audrina dengan mata terpejam dan tangan terkepal sedangkan Audrina masih saja memandang punggung Jasper berharap Jasper mau memutar tubuhnya dan memandangnya atau mungkin memeluknya.

Tapi Jasper, memilih tak memutar tubuhnya. Dia memilih untuk menjaga kehormatan putri mahkotanya. “Jika sudah tidak ada yang akan kau katakan lagi, aku akan pergi, Celentina.” Dengan cepat dia melangkahkan kakinya menjauhi Audrina.

Sekujur tubuh dan kaki Audrina lemas, dia pun jatuh terduduk di lantai. Menangis sambil menatap kepergian Jasper yang semakin menjauh lalu menghilang di ujung lorong.

Tangisan Audrina terdengar menyakitkan bagi Alland yang bersembunyi di balik dinding dan tanpa sengaja melihat juga mendengar pengakuan putri mahkota. Anehnya dia tak merasa cemburu atau marah, dia justru merasa bersalah seakan dirinya adalah penghalang cinta sejati sang putri mahkota.

Bukannya Alland tidak tahu bahwa selama ini Audrina jatuh cinta kepada pengawal pribadinya. Tapi melihat bagaimana tersiksanya Audrina memendam cinta terkutuk yang tak mungkin dimilikinya itu, membuat Alland merasa di antara dirinya dan putri mahkota kini tidak akan sama lagi.

Mengetahui penghalang cinta sejati dari orang yang kau cintai adalah dirimu sendiri, bukankah itu sangat menyakitkan?

👑👑👑

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top