Bab 27 A Gift And Promise

Karena meski hati sudah menetapkan. Namun jika takdir telah lebih dulu menuliskan kepada siapa belahan jiwa kita, bahkan semesta pun tak akan bisa menentangnya.

👑👑👑

Jasper berdiri menyandarkan punggungnya ke dinding menghadap pintu kamar Audrina. Matanya terus menatap ke arah pintu sedangkan otaknya berpikir keras. Bagaimana caranya membuat Audrina menetapkan pilihannya besok malam? Padahal Jasper sendiri tahu, Audrina sudah menetapkan hatinya sejak awal kepada dirinya.

Jika saja Audrina bukan putri mahkota dan Jasper bukanlah pengawal pribadinya, tentu saja dia sudah memiliki Audrina. Karena bagi Jasper, Audrina sudah memiliki dirinya tanpa harus meminta persetujuannya. Dan Andres, Rajanya yang dia hormati sekaligus kakak Audrina membuatnya berjanji; Apapun caranya, asal tidak menyakitinya.

Tak menyakiti Audrina? Yang benar saja Andres! Meminta Audrina untuk membuat pilihan yang tidak sesuai hatinya itu sudah cukup menyakitinya!

Audrina sedikit kaget melihat Jasper ada di depan pintu kamarnya saat dia keluar. “Jas? Kau sudah menunggu lama?” tanyanya semringah.

Jasper berjalan mendekati Audrina dan tersenyum. “Tidak begitu lama.” Dia langsung merengkuh tubuh Audrina ke dalam pelukannya. “Vi aumarae, Celentina,” bisiknya.

Audrina tak berkata apa-apa. Dia hanya membalas pelukan Jasper dengan erat. Dia tersenyum bahagia, di ulang tahunnya yang ke tujuh belas, seorang Jasper Emiliano adalah hadiah yang terindah untuknya. Meski hanya untuk satu hari. “Granisa, Andres,” gumamnya. Dan mensyukuri bisa memiliki kakak seorang Andres Montague La Corsiva De Gallardino.

Jasper melepaskan pelukannya dan beralih menggenggam jemari Audrina. Dia mengajaknya ke lift darurat yang menuju jalan rahasia, lebih tepatnya terowongan bawah tanah yang menembus chapel kathedral.

Audrina mengkerutkan dahinya sambil menunggu lift terbuka. “Kenapa kita ke sini?” tanyanya.

Jasper menoleh dan tersenyum licik. “Karena aku akan menculikmu hari ini.”

Audrina mendecih. “Mana ada penculik yang mengatakan niatnya sejak awal.”

“Tentu saja ada.” Jasper mengusap hidungnya. “Penculik berkelas sepertiku harus mengatakan niatnya sejak awal, karena yang aku culik bukan wanita sembarangan.”

Audrina tertawa. “Jadi menurutmu aku ini bukan wanita sembarangan karena aku adalah putri mahkota? Begitu?”

Seketika raut mata jasper menjadi sendu. Tangannya terulur menyentuh pipi Audrina. “Bukan, bukan karena kau adalah putri mahkota.” Jemari Jasper bermain mengelus pipi Audrina. “Sudah berapa kali aku katakan? Bagiku, kau adalah Audrina dan kau bukan wanita sembarangan.”

“Kenapa bagimu aku bukanlah wanita sembarangan, jika kau melihatku hanya sebagai seorang Audrina?”

“Karena aku tak akan pernah bisa memilikmu.”

“Jas.. jangan membuatku sedih, baru saja aku bahagia sekali bisa memilikimu seutuhnya meski hanya satu hari.” Audrina merasakan dadanya memanas dan genangan air di pelupuk matanya.

“Kau selalu memilikiku Audrina, selalu.”

Tepat pada saat itu lift terbuka, Audrina menoleh dan memasukinya bersama Jasper. Dia juga menyeka airmatanya yang terjatuh tanpa izinnya. Jasper menyadari Audrina menangis, ingin rasanya dia memeluk wanita itu namun dia rasa lebih baik tak melakukan apapun.

Lift bergerak turun menuju ruang bawah tanah, tak ada alarm tanda bahaya berbunyi karena Jasper menggunakan kartu keamanannya.

“Kenapa kita tak melewati gerbang istana saja?” Audrina mensejajarkan langkahnya dengan Jasper dan merangkul lengannya menembus terowongan bawah tanah.

“Sudah aku katakan, aku sedang menculikmu Audri.”

“Jasper! Aku serius!”

Jasper terkekeh lalu menahan langkah Audrina. Keduanya terhenti kemudian Jasper menatap Audrina dengan lekat. “Jika melewati gerbang istana, kau tak akan bisa merangkulku seperti ini.” Audrina terdiam. “Kau adalah putri mahkota dan aku adalah pengawal pribadimu. Apa kau mau seperti itu?” Jasper mengangkat dagu Audrina yang tertunduk. “Maafkan aku, kita harus menembus kegelapan agar bisa menghapus segala status dan gelar hanya untuk satu hari saja.”

Audrina menatap Jasper penuh arti lalu mengangguk perlahan. Untuk satu hari ini saja Audrina, jangan mengacaukannya!

Dan untuk hari itu, Audrina akan menuruti semua perkataan Jasper, karena dia tak mau kehilangan hadiahnya yang berharga.

“Jas...” Audrina menahan langkah Jasper yang hendak keluar dari chapel kathedral dari pintu belakang. “Aku ingin berdoa,” pintanya menatap laki-laki itu.

Jasper mengangguk perlahan dan bersama mereka menuju tengah altar. Audrina dan Jasper menyentuh air suci terlebih dahulu lalu membuat tanda salib kemudian mereka menghadap patung Bunda Maria.

Audrina memejamkan mata dan berdoa sepenuh hatinya. Hal pertama adalah dia mendoakan kedua orangtuanya, kerajaan dan negerinya, kakaknya Andres lalu Jasper.

Tuhan, seandainya Jasper bukanlah takdirku. Jangan biarkan dia pergi dari sisiku.

Tepat di sampingnya, Jasper juga ikut berdoa dan pusat dari doanya adalah Audrina, hanya Audrina.

Tuhan, bantu aku menepati janjiku pada beren Andres. Karena aku bersumpah akan tetap berada di sisi putri mahkota jika dia mau menetapkan pilihannya besok malam.

Seketika Jasper membuka matanya, dia menoleh ke arah Audrina yang masih memejamkan matanya lalu dia melirik patung Bunda Maria. Apa aku harus memintanya sekarang? tanyanya dalam hati seakan meminta persetujuan-Nya.

Cukup lama Jasper terpaku pada Audrina yang masih khusyuk berdoa dan ketika Audrina menyelesaikan doanya kemudian menatap Jasper dengan tatapan penuh tanya. Jasper berlutut di hadapan Audrina dan menengadahkan kepalanya. Hati Audrina berdebar-debar. Apa Jasper akan melamarnya?

Celentina Audrina, di dalam rumah Tuhan yang suci ini, aku akan mengucapkan sumpah kepadamu. Aku akan selamanya tetap di sisimu jika kau mau berjanji akan menetapkan pilihanmu besok malam.”

Audrina tampak terkejut. Baru saja dia memikirkan Jasper akan melamarnya. “Jasper, apa maksudmu?”

Jasper berdiri lalu menggenggam jemari Audrina. “Berjanjilah, kau akan menetapkan pilihanmu besok malam?”

Audrina tertunduk sambil menggeleng. “Tidak.. Aku tidak bisa.”

“Audri, dengarkan aku. Jika kau ingin aku tetap berada di sisimu, berjanjilah.”

Audrina menatap Jasper dengan airmata sudah mengalir di pipinya. “Kenapa kau jahat sekali Jasper? Kenapa kau kejam padaku?”

Jasper menghapus airmata Audrina dengan lembut. “Berjanjilah...” Namun Audrina bergeming. “Aku mohon berjanjilah!” Nada bicara Jasper kini seakan menuntut. Kepala Audrina ingin menggeleng dan secepat kilat Jasper mencium bibir Audrina, mencecapinya dengan lembut dan penuh perasaan. “Sekarang, berjanjilah,” bisik Jasper setelah melepaskan pagutannya.

Audrina yang masih menginginkan kecupan bibir Jasper akhirnya mengangguk kemudian menyambar bibir Jasper sekali lagi dan mencecapnya dengan perasaan mendalam. Tak peduli jika mereka sedang berada di depan altar suci di dalam kathedral.

“Kau sudah berjanji, bukan hanya kepadaku, tapi juga kepada Tuhan dan Bunda Maria karena kau berjanji di rumah-Nya. Kau harus menepati janjimu,” ucap Jasper tegas.

Audrina menatap Jasper tepat di kedua bola mata pria itu lalu tatapannya beralih ke patung Jesus dan Bunda Maria. “Aku akan menepati janjiku,” ucapnya lirih.

Jasper tak tahan ingin memeluk Audrina, direngkuhnya tubuh wanita itu dalam, menghirup aroma tubuhnya seakan itu untuk yang terakhir kalinya. Aku mencintaimu, Audri. Aku mencintaimu!

Karena meski hati telah menetapkan. Namun jika takdir telah lebih dulu menuliskan kepada siapa belahan jiwa kita, bahkan semesta pun tak akan bisa menentangnya.

👑👑👑

Jasper mengajak Audrina ke sebuah festival fiorales di salah satu sudut kota Burgundy tepat di pinggir laut mediterania. Audrina tampak senang sekali, orang-orang menyambut festival fiorales juga ulang tahunnya dengan suka cita. Mereka memainkan camparetta, meminum furae dan menikmati garballo.

“Kau mau?” Jasper menawarkan garballo pada Audrina.

“Tentu saja aku mau!” Audrina menyambar garballo dari tangan Jasper. “Andres pasti sangat iri padaku jika melihatku memakan ini,” ucapnya tertawa senang dan itu membuatnya tersedak.

“Ini minumlah.” Jasper memberikan segelas air.

“Apa ini furae?” tanya Audrina terbatuk-batuk.

“Tidak, itu air putih.”

“Aku ingin furae, tapi yang tidak beralkohol.” Audrina meminum sedikit air putih itu.

“Baiklah tunggu sebentar, aku akan membelikannya untukmu.”

Jasper bergegas membeli furae sedangkan Audrina kembali menikmati garballo. Beberapa orang yang menyadari kehadirannya lalu mendekatinya.

Celentina? Bisa kita foto bersama?”

Audrina mengangguk. Tentu saja dia tidak lupa bahwa dirinya adalah putri mahkota Gallardina dan tak ada satu pun rakyat gallael yang tak mengenali dirinya.

Setelah beberapa orang meminta foto bersama, tiba-tiba banyak kerumunan mendekatinya untuk meminta foto bersama. Audrina tampak kewalahan karena orang-orang semakin banyak mengerumuninya.

Kepalanya agak terdongak dan matanya mencari-cari Jasper. Audrina mulai resah dan ketakutan. Kerumanan orang seakan menguncinya. Audrina takut traumanya kembali, dia sungguh takut jika tiba-tiba muncul sekelebat bayangan ayahnya tewas tergantung. Audrina berusaha keluar dari kerumunan. Jasper kau di mana!

Lalu Audrina merasa tangannya digenggam seseorang, baru saja Audrina akan menyentaknya kalau saja dia tak mengenali tangan itu. Jemari yang kekar dan sedikit kasar yang selalu bisa membuatnya merasakan sesuatu yang hebat menjalar di sekujur tubuhnya. Dipejamkan matanya dan tersenyum lega. Jasper!

Dengan sekuat tenaga Jasper menarik Audrina dari kerumunan. Dia menarik Audrina dengan cepat ke depannya. Kedua tangannya terulur menghalangi orang-orang yang ingin melihat Audrina. Dengan gerak cepat mereka menjauhi kerumunan.

“Audrina, kau baik-baik saja?”

“Astaga Jasper! Kau dari mana saja? kenapa kau lama sekali?”

“Maafkan aku, sungguh, aku hanya…” Jasper mengeluarkan sebuah kalung dengan tali berwarna hitam dan bandul berbentuk mahkota dari kantung celananya. Dia mendesah sambil menyerahkan kalung itu kepada Audrina. “Aku tak bisa merangkai bunga untukmu, aku juga belum memberikanmu hadiah, lalu aku melihat bandul kalung ini dan aku teringat pada dirimu.” Audrina membelalakkan matanya. “Maaf, aku hanya bisa membeli ini untuk hadiahmu,” ucapnya pelan.

Ya ampun Jasper! Kau memberikan hatimu saja sudah cukup membuatku bahagia! Audrina langsung mengambil kalung tersebut kemudian memeluk Jasper dengan erat. Aku mencintamu Jas! Aku sangat mencintaimu!

Cukup lama mereka berpelukan seakan hanya mereka berdua saja saat itu. Orang-orang melihat sang putri mahkota sambil berkasak-kusuk bahkan ada beberapa yang memotretnya. Sebagian lainnya tak peduli dan menikmati festival fiorales.

Pelukan mereka melonggar ketika Audrina merasakan seseorang menarik-narik bajunya. Dia lalu menoleh ke belakang dan melihat seorang gadis kecil memakai gaun putri kerajaan dan sebuah mahkota mainan di kepalanya.

“Celentina, apa kau mau menerima hadiah dariku?” Sang gadis kecil memberikan setangkai bunga fuchsia.

Audrina berjongkok lalu menerima hadiah dari gadis kecil itu. “Tentu saja aku mau,” ucapnya tersenyum. “Ini indah sekali. Granisa.”

Gadis kecil itu lalu memberi hormat pada Audrina. “Mirsae granisa, fura magista.” Lalu tangan kecilnya dengan lembut mengelus pipi Audrina. “Vi aumarae, Celentina,” ucapnya tersenyum lalu berlari kecil meninggalkan Audrina.

Namun baru beberapa langkah  sang gadis kecil berhenti lalu menoleh ke belakang menatap Audrina kemudian melambaikan tangannya.

Tanpa sadar Audrina membalas lambaian gadis kecil itu, memorinya kembali berputar ke beberapa bulan sebelumnya di mana saat dia melarikan diri dari istana. Bertemu dengan seorang penarik kuda vicallo dan keluarganya. Dia memiliki seorang putri yang masih kecil, tapi bukan itu yang menggugah ingatannya melainkan janjinya kepada putri kecil itu, Ariana.

“Jasper! Kita harus pergi ke suatu tempat!” pekik Audrina.

“Apa? Kenapa? Ke mana?” tanya Jasper kaget.

“Ikutlah denganku, temani aku,” pinta Audrina. “Tapi sebelumnya kita harus menemukan sebuah vicallo,” lanjutnya menyipitkan mata seperti sedang memikirkan sesuatu.

Audrina tentu saja berpikir cara tercepat menuju kota Amethyst. Kini dia berada di salah satu sudut kota Burgundy yang sudah sangat dekat dengan gerbang kota Amethyst. Jika dia naik kereta api, dia harus kembali ke pusat kota untuk ke Burgundy Estatreno Vicardi (Stasiun Kereta Api Burgundy) dan itu akan memakan waktu. Jadi kemungkinan cara tercepat adalah menaiki vicallo yang tersebar di seluruh penjuru kota Burgundy.

“Kita akan kemana, Audri?” tanya Jasper bingung.

“Kota Amethyst!”

“Kenapa kita harus ke sana?”

“Aku harus menemui seseorang,” Audrina menatap Jasper. “Karena aku sudah berjanji padanya,” Jasper mengkerutkan dahinya melihat Audrina terdiam. “Seperti janjiku padamu, aku juga akan menepati janjiku padanya.”

👑👑👑

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top