Bab 25 Never Let You Go
Aku pastikan kau tak akan bisa pergi dariku, karena aku tidak akan membiarkanmu pergi.
👑👑👑
“KAU!” Andres mencengkeram leher Jasper begitu mendengar apa yang terjadi pada adiknya. “KENAPA KAU TAK PERGI SAJA DARI ISTANA!”
“Aku baru saja hendak pergi, tapi adikmu menahanku! Dia akan melompat dari balkon kamarnya kalau saja aku tak menyelamatkannya!”
Napas Andres memburu. “Apa itu benar Gustav?” Dia melirik pengawal pribadinya yang berada tepat di belakang Jasper.
“Iya, Yang Mulia. Putri mahkota baru saja akan melakukan bunuh diri dan Jasper menyelamatkannya.”
Andres melonggarkan cengkeramannya. “Aku tak perlu lagi bertanya padamu bukan? Kenapa adikku sampai ingin bunuh diri? Itu pasti karena dirimu!”
“Aku sudah mengatakannya padamu.” Jasper menundukkan kepalanya. “Audrina tak bisa kehilanganku.”
“Brengsek!” Andres mengepalkan tangannya dan memejamkan matanya. “Sekarang, bagaimana keadaannya?”
“Dokter kerajaan sudah memeriksanya. Dia baik-baik saja, tapi masih belum sadarkan diri.”
Andres melirik Jasper kemudian menggeleng tak habis pikir. “Adikku sudah tak tertolong lagi. Dia lebih dari sekedar membutuhkanmu. Ini bukan cinta melainkan kau sudah menjadi bagian dari dirinya.”
Jasper menatap Andres dengan perasaan bersalah. “Maafkan aku, tak seharusnya kubiarkan dia terus mencintaiku.”
Andres mendecak. “Seharusnya tak kau biarkan dia jatuh cinta padamu! Aku akan menemuinya.” Dia baru saja hendak pergi lalu berhenti tepat di samping Jasper kemudian berbisik. “Tapi sebelumnya, sebagai rasa terima kasihku karena kau sudah menyelamatkan adikku dari usahanya bunuh diri, aku perintahkan kau untuk tak meninggalkan istana sampai keadaannya pulih, atau lebih tepatnya, kau tak boleh meninggalkan putri mahkota! Apa kau paham!?”
Jasper menundukkan kepalanya. “Aras endirae, fura magista.”
Andres mengangguk kemudian pergi dari ruang utama istana. Dia bergegas menuju kamar Audrina. Dan dirinya tentu saja tak berdaya melihat Audrina terbaring tak sadarkan diri, hal pertama yang dia syukuri ketika melihatnya adalah kenyataan adiknya masih bernapas.
“Audri.” Andres duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya. “Kenapa kau melakukan hal bodoh itu?” Mengetahui Audrina hendak bunuh diri tentu saja sesuatu yang tak dia duga. Bagaimana jika dia benar-benar kehilangan Audrina?
Perlahan dibelainya dengan lembut rambut Audrina. “Jasper tak akan meninggalkanmu dan aku akan mengakhiri hubunganku dengan Sofia jika itu yang kau inginkan. Tapi jangan lagi melakukan hal bodoh. Kau adalah kesayanganku, berlian di hatiku,” bisiknya lalu dikecupnya dengan penuh kasih sayang puncak kepala adiknya itu.
👑👑👑
Audrina membuka matanya lalu dia melihat Jasper sedang duduk di sofa tidak jauh dari tempat tidur. Pria itu tampak serius membaca sebuah buku. Audrina mengkerutkan dahinya.
“Jasper?” panggilnya.
Jasper langsung menghentikan aktivitasnya kemudian dia mendekati Audrina. “Kau sudah bangun? Apa kau baik-baik saja?”
Audrina terdiam dan menatap Jasper dengan bingung.
“Ada apa?” tanya Jasper khawatir melihat Audrina tak menjawab pertanyaannya.
“Aku pikir Andres, bukan kau.”
“Mengapa kau berpikir seperti itu?”
“Rasanya seperti nyata, tapi sepertinya aku bermimpi,” Audrina mendesah. “Kau tahu kan? Aku sedang bertengkar dengan kakakku, kami sedang tak bicara, mana mungkin Andres menjengukku.”
Jasper menyingkirkan beberapa helai rambut di dahi Audrina. “Bagaimana jika Andres benar-benar menjengukmu?”
Audrina tertawa lalu dia menatap Jasper intens. “Jas, mendekatlah.”
Jasper memajukan tubuhnya mendekati Audrina lalu Audrina mencoba untuk bangun kemudian dengan cepat dia mencium bibir Jasper singkat.
“Aku tak akan berterima kasih padamu sudah mencegahku bunuh diri karena aku sengaja melakukannya agar kau tak pergi,” Audrina tersenyum. “Ciumanku adalah asuransi jiwamu. Setiap kali kau memutuskan untuk pergi, setiap kali itu juga aku akan menciummu.” Audrina mengusap rahang Jasper perlahan. “Aku pastikan kau tak akan bisa pergi dariku, karena aku tidak akan membiarkanmu pergi.”
Jasper menatap Audrina sambil terkekeh pelan. “Itu yang kau sebut ciuman?” Dia lalu memegang dagu Audrina dan mengusap bibirnya dengan ibu jarinya. “Kau harus bisa membedakan ciuman dan kecupan.” Tanpa perlu menjelaskan, Jasper langsung mencium lembut bibir Audrina.
Ciuman Jasper terasa hangat namun seketika membara karena permainan bibir Audrina yang meletup-letup. Keduanya terbuai kenikmatan dan tanpa mereka sadari buaian kenikmatan itu mulai berbahaya.
Jasper melepaskan pagutannya. “Sebelum kita kehilangan akal sehat, sebaiknya kita hentikan.”
“Aku tak peduli Jasper!” Audrina hendak mencium kembali bibir Jasper namun pria itu bergerak mundur.
“Tidak Audri, kau butuh istirahat!”
“Aku butuh dirimu!” Audrina mulai frustasi.
Jasper mendesah. Kembali direbahkannya tubuh Audrina lalu diselimutinya tubuh wanita itu. “Istirahatlah, aku tidak akan ke mana-mana.”
"Audrina!" Seseorang tiba-tiba memasuki kamar.
“Lady Sofia.” Jasper menundukkan kepalanya.
Sofia langsung mendekati Audrina tak mengindahkan Jasper. “Audri? Apa itu benar? Kau mencoba untuk bunuh diri? Apa kau sudah gila! Aku hampir saja terkena serangan jantung mengetahuinya!” Sofia lalu memeriksa seluruh tubuh Audrina. “Tapi, kau baik-baik saja kan? Kau sungguh membuatku khawatir!”
“Sofia?” Audrina tampak bingung melihat Sofia begitu panik. “Bagaimana kau tahu?”
“Hah? Itu… Jasper memberitahuku.” Sofia melirik Jasper dan memberi tanda untuk meng-iya-kan. “Iya kan, Jasper?” Tentu saja Sofia tak bisa mengatakan kepada Audrina kalau sebenarnya Andres-lah yang memberitahunya.
Jasper mengernyitkan dahinya. Dia melirik Sofia dan Audrina bergantian. “I-iya itu benar, aku memberitahunya. Aku pikir sahabatmu harus tahu keadaanmu.”
“Sofia, aku pikir kau tidak akan peduli padaku.”
“Bagaimana bisa aku tidak peduli padamu!”
Audrina terdiam sejenak. “Terakhir kali kita bicara, aku mengancammu. Kita bertengkar, apa kau tak ingat?”
“Tentu saja aku ingat!” Sofia mendecih. “Aku ingat pertengkaran kita dan ancamanmu.” Dia lalu mendesah. “Tapi apalah artinya persahabatan tanpa pertengkaran?”
Audrina dan Sofia tertawa. Jasper tersenyum melihat Audrina kembali bisa tertawa. Dia secara diam-diam keluar dari kamar Audrina meninggalkannya bercengkrama dengan sahabatnya.
“Aku sedang bertengkar dengan kakakku.”
“Apa?” Sofia sedikit terkejut. “Tapi bukankah kalian memang sering bertengkar? Lalu kalian akan berbaikan lagi.”
“Kami sama sekali tak saling bicara, Andres bahkan tak menjengukku.”
“Andres tak menjengukmu?” tanya Sofia yang dibalas anggukan dari Audrina.
Seketika Sofia diliputi rasa bersalah. Apa karena dirinya? Pantas saja Andres memberitahunya keadaan Audrina. Andres sungguh tak menjenguk adiknya?
“Sofia, maafkan aku sudah mengancammu. Aku tak menyangka kau masih peduli padaku.”
“Tidak Audri, kau tak perlu minta maaf. Kau benar, sebaiknya aku mengakhiri hubunganku dengan kakakmu. Lagipula dia akan tetap menikahi Eleanor dan aku hanya bermain-main saja dengannya.”
“Tapi, sepertinya kakakku jatuh cinta padamu.”
“Tidak, dia hanya terjebak dalam permainanku.”
“Bagaimana jika dia tak mau melepasmu?”
“Dia harus melepasku! Dia tidak bisa memilik diriku sementara dia tetap akan menikahi Eleanor.”
👑👑👑
Sofia melangkahkan kakinya menuju kamar Andres setelah dia mengetahui laki-laki itu tak berada di ruang utama istana. Dia langsung memasukinya tanpa mengetuk.
Andres yang sedang memandang keluar jendela langsung menoleh ketika mendengar pintu kamarnya terbuka. “Sofia?” Dia tampak terkejut melihat wanita yang mengganggu pikirannya beberapa hari ini kini berada di hadapannya.
Plakk!!! “Kau sungguh kakak yang sangat buruk sekali! Bagaimana bisa kau tega sekali pada adikmu!”
“Apa maksudmu? Aku tak mengerti!” Andres menatap Sofia dengan nanar. Dirinya mencoba untuk mengendalikan emosinya. “Berani sekali kau menamparku, Sofia!”
“Kau pantas mendapatkannya! Adikmu baru saja akan mengakhiri hidupnya dan kau bahkan sama sekali tak menemuinya?”
Andres menghembuskan napas. “Aku sudah menemuinya saat dia masih tak sadarkan diri.”
“Kau sudah menemuinya?”
Andres mengangguk. “Kau pikir aku tidak panik mengetahui adikku akan melompat dari balkon kamarnya kemudian tak sadarkan diri?”
Sofia terdiam lalu menatap tangannya yang telah menampar Andres. “Audrina pikir kau tak menjenguknya, maaf, sekali lagi aku minta maaf telah menamparmu Andres.”
“Tak perlu meminta maaf,” Andres mendesah. “Terima kasih telah menjenguk adikku.”
“Terima kasih juga telah memberitahuku keadaan adikmu. Aku harus menjenguknya karena aku juga ingin menemuimu,” Andres menoleh dan menatap Sofia. “Kau harus melepasku, akhiri hubungan kita.”
Andres kembali mendesah. “Aku baru saja akan mengatakannya padamu. Aku akan melepasmu, tapi aku tak ingin mengakhiri hubungan kita.” Sofia mngernyitkan dahinya sedangkan Andres semakin mendekatkan diri kepadanya. “Ini akan menjadi ciuman terakhir kita.”
Dengan lembut dan penuh perasaan Andres mencium bibir Sofia. Baginya, ini adalah ucapan perpisahan namun tentu saja dia tak ingin mengakhiri hubungannya dengan Sofia begitu saja. “Berjanjilah kita akan tetap berhubungan. Setialah padaku.” Sofia mengangguk kemudian mereka menyatukan kembali bibir mereka.
Terbuai oleh kenikmatan permainan bibirnya dengan Sofia, Andres tak mengetahui Alma tanpa sengaja melihatnya dan tersenyum licik. Pintu kamar Andres sedikit terbuka saat tadi Sofia memasukinya. Alma lalu menuju ke kamar Audrina kemudian dengan hati-hati tanpa suara dia memasukinya.
“Kenapa kau tak mati saja putri kecil? Aku hampir saja senang sekali mengetahui kau ingin menghabisi nyawamu sendiri!” gumamnya sambil bersidekap dan menatap dingin Audrina yang sedang tidur. “Tapi sayangnya kau masih bernapas dan aku kasihan sekali padamu.”
👑👑👑
Beberapa hari harus istirahat dan tak boleh ke mana-mana selain di atas tempat tidurnya, membuat Audrina menjadi sangat bosan sekali. Namun dia tampak senang dengan kedatangan Alland yang menjenguknya.
“Apa kabar Audri?” Alland mengecup pipi Audrina. “Apa keadaanmu semakin baik?”
“Hmm.” Audrina mengangguk. “Seperti yang kau lihat? Keadaanku baik sekali.”
“Secara fisik kau terlihat baik sekali, tapi aku merasa hatimu terluka.” Alland menatap Audrina lalu dia mendesah. “Aku membawakanmu bunga rosemary.” Dia meletakkan bunga itu di atas nakas. “Nama bunganya seperti nama tengahmu, aromanya akan membantumu menenangkan diri.”
Audrina tersenyum. “Terima kasih Alland, aku pikir kau akan membawa rangkaian bunga fuchsia.” Alland terkekeh. “Aku suka aromanya.” Audrina menghirup dalam aromatheraphy dari bunga rosemary sambil memejamkan matanya.
“Kenapa kau melakukan hal itu, Audri?” tanya Alland.
Audrina membuka matanya dan hanya bisa terdiam sambil menunduk.
“Apa karena pria itu?” Audrina mengangguk perlahan. “Apa yang sudah dia lakukan?”
“Dia memutuskan pergi dan aku tak bisa kehilangan dirinya.”
“Tapi kau tak perlu sampai bertindak bodoh seperti itu.”
“Aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan untuk menghentikannya.” Audrina mengusap airmatanya yang jatuh di pipinya. “Dia tak mau mendengarkanku.”
“Apa kini dia mendengarkanmu? Apa dia berjanji tak akan meninggalkanmu?” Audrina mengangguk. “Baguslah kalau begitu.” Alland langsung memeluk tubuh Audrina. “Jangan lakukan hal bodoh seperti itu lagi, aku bahkan belum membuatmu jatuh cinta padaku,” lanjutnya berbisik.
Audrina terisak di pelukan Alland. Kau terlalu baik untukku, Alland! Aku bahkan tak bisa membalas perasaanmu!
👑👑👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top