Bab 24 Percobaan Bunuh Diri
Jika kau melakukan hal bodoh seperti ini lagi, aku bersumpah, aku tak akan lagi mencintaimu!
👑👑👑
“Kau baik-baik saja Audri?” tanya Alland ketika melihat Audrina melamun.
“Hah?” Audrina terkesiap. Dia tak mendengar pertanyaan Alland.
“Sepertinya kau tidak baik-baik saja? Sejak tadi kau hanya diam saja, kau bahkan belum menceritakan apapun padaku.”
“Maaf Alland, sungguh aku minta maaf.”
“Apa sebaiknya kita kembali ke istana? Aku akan mengantarmu.”
“Tidak, aku baik-baik saja.” Audrina mendesah. “Aku hanya sedang banyak pikiran.”
“Berbagilah denganku, mungkin saja akan mengurangi beban pikiranmu?”
Audrina tersenyum. Entah apa sebaiknya dia menceritakan masalah kakak dengan sahabatnya itu kepada Alland? Belum lagi dia kepikiran dengan kata-kata Jasper. Rasanya dia ingin membagi semuanya dengan Alland.
“Alland, apakah menurutmu tidak apa-apa jika seorang kakak memiliki hubungan asmara dengan sahabat adiknya?”
Alland mengkerutkan dahinya. “Apa ini tentang kakakmu dan Sofia?”
Audrina terkejut dengan pertanyaan Alland. “Ba-bagaimana kau tahu?”
Alland terkekeh. “Tentu saja aku tahu, bahkan, pengawal pribadi kakakmu itu juga mengetahuinya.”
“Gustav? Bagaimana bisa?”
“Audri, kau sepertinya tak mengetahui kalau dinding istana tak bisa menutupi skandal seperti ini.” Alland menghembuskan napas perlahan. “Aku bahkan mengetahui pria yang ada di dalam hatimu.” Audrina terkejut mendengarnya. “Tapi aku akan memperjuangkanmu.”
“Alland, maaf…..”
“Tak perlu meminta maaf,” Alland tersenyum. “Jadi, apa kau mau membicarakan apa yang meresahkanmu?”
Audrina terdiam sejenak. “Kau tahu, aku cemburu pada Eleanor dan Sofia.”
Alland tertawa. “Kau cemburu?”
“Tentu saja! Karena aku harus membagi kakakku dengan kedua wanita itu!” Audrina mengerucutkan bibirnya. “Aku mungkin bisa menahan cemburuku pada Eleanor, karena Andres butuh pendamping seorang ratu. Tapi Sofia? Setelah selama ini Andres tak pernah tergoda dengannya! Bagaimana bisa?” decaknya tak habis pikir.
“Akhirnya dinding pertahanannya runtuh juga, well, tak ada tembok yang kokoh berdiri untuk selamanya.”
Audrina memutar bola matanya. “Tembok cina, The Great Wall, masih kokoh berdiri dan tak runtuh?”
Entah apa yang dipikirkan Audrina malah membicarakan tembok besar cina.
“Secara fisik? Iya. Namun fungsinya? Sudah runtuh,” Audrina tampak tak mengerti lalu Alland lanjut menjelaskan. “Maksudku, The Great Wall dibangun untuk menahan serangan dari bangsa Mongol, tapi kini? Tembok itu hanyalah tinggal sejarah. Begitu juga dengan Andres, pada akhirnya pertahanannya runtuh karena serangan dari Sofia meski secara fisik kita melihat dirinya masih berdiri tegak. Namun hatinya? Sudah runtuh dan jatuh kepada Sofia.”
“Andres bahkan tak menolak Eleanor dan penikahan mereka sedang dipersiapkan! Tapi dia justru bermain-main dengan sahabatku!” Audrina tertawa. “Tak kusangka Sofia menjadi wanita pertama yang meruntuhkan hati kakakku!”
“Tidak, kau salah Audri. Bukan Sofia, tapi dirimu. Kau wanita pertama dan satu-satunya yang bisa meruntuhkan hati kakakmu.” Audrina mengkerutkan dahinya. “Pada dasarnya hati Andres sudah runtuh karena dirimu, lalu Sofia menggempurnya berkali-kali. Bisa kau bayangkan bagaimana hatinya kini? Antara kau dan Sofia?”
Audrina terdiam dan berpikir sejenak. “Seharusnya tak kubiarkan Sofia menggoda kakakku jika aku tahu kakakku akan tergoda padanya,” gumamnya dengan perasaan bersalah.
“Wanita memang akan selalu menjadi yang pertama menggoda pria, itu alami, jika tidak begitu maka pria tidak akan tergoda atau tertarik dan mengejarnya.”
“Aku tidak pernah menggodamu, kau yang pertama menggodaku.”
Tiba-tiba Audrina teringat kejadian sepuluh tahun lalu ketika usianya masih berusia tujuh tahun. Dia untuk pertama kalinya mencium Jasper karena sudah menolongnya yang terjatuh di tangga istana.
Jadi? Apa aku yang pertama kali menggoda Jasper? Sadarlah Audrina!
“Hmm, sepertinya aku tidak pernah menggodamu.”
Audrina memicingkan matanya. “Apa aku perlu ingatkan saat kita di pesta bangsawan Allegra? Kau menyapaku duluan!”
Alland tertawa. “Itu bukan menggodamu, tapi aku hanya bersikap sopan. Justru kau yang pertama kali menggodaku.”
“Aku? Kapan?” tanya Audrina tak terima.
“Mungkin kau tak menyadarinya ketika kita berhasil melarikan diri dari pesta itu, kau tertawa begitu lepas karena senang. Bagiku, kau sedang menggodaku saat itu karena aku langsung jatuh cinta padamu.”
👑👑👑
Kepergian Audrina dengan Alland justru menambah beban pikiran sang putri alih-alih menguranginya. Pria itu sekali lagi memenuhi pikirannya dengan ungkapan perasaanya dan keteguhannya mengejar dirinya.
Perlahan Audrina memasuki kamar dan duduk di sofa dekat tempat tidurnya. Cukup lama dia hanyut dalam pertanyaan-pertanyaan. Tentang kakaknya, tentang Alland dan tentang Jasper. Jasper!
Audrina pun langsung menatap sekeliling kamarnya. Dia merasa ada sesuatu yang salah. Lalu bangun dari sofa dan entah bagaimana tubuhnya tergerak menuju meja rias.
Dia melihat secarik kertas dengan tulisan tangan yang sangat dia kenali milik siapa. Matanya terbelalak seketika membaca tulisan di kertas tersebut. Kemudian dia berlari keluar dari kamarnya.
“Gustav! Di mana Jasper?” tanya Audrina ketika melihat Jasper tak ada di ruang keamanan.
“Salure, Celentina.” Gustav menundukkan kepalanya.
Audrina menyadari Gustav tak ingin memberitahu keberadaan putranya lalu segera pergi dari ruang keamanan.
Sambil berlari menuju kamar Jasper, dia memainkan ponselnya menghubungi pria itu namun tak ada jawaban. “Garsin! Aku akan membunuhmu Jasper!”
Audrina langsung membuka pintu kamar Jasper begitu sampai membuat Jasper terkejut. “Kau sedang apa?” tanyanya ketika melihat Jasper membereskan pakaiannya ke dalam koper.
Jasper menundukkan kepalanya. “Salure, Celentina.”
“Apa yang sedang kau lakukan? Apa kau akan pergi? Apa kau akan meninggalkanku?” Audrina mencoba menahan emosinya agar tak meledak.
“Ini adalah keputusanku untuk yang terbaik bagi kita berdua.”
“Keputusanmu? Sejak kapan kau punya hak untuk memutuskan?” Audrina mendekatkan dirinya pada Jasper. “Kau tidak bisa pergi! Kau tidak bisa meninggalkanku! Kau sudah berjanji di hadapan mendiang ayahku!”
Jasper menundukkan kepalanya lalu melanjutkan merapihkan pakaiannya. Sedangkan Audrina menatapnya dengan nanar hingga tanpa sadar dia meneteskan airmata. “AKU BILANG KAU TIDAK BISA PERGI!” bentaknya histeris kemudian mengacak-ngacak semua pakaian Jasper yang sudah tersusun rapi.
Jasper membiarkan Audrina meluapkan emosinya namun melihat airmatanya membuat Jasper ingin sekali memeluk Audrina. Kau tidak bisa memeluknya, Jas!
“Kau tidak bisa pergi Jasper! Aku memberi perintah kau tidak boleh pergi dari istana ini!” hardik Audrina.
Jasper mendesah. “Kau memintaku untuk pergi dari hadapanmu.”
Audrina terhenyak. “Aku… tak sungguh-sungguh mengatakannya. Kau tahu aku tak sungguh-sungguh mengatakannya!”
“Dan kau… sepertinya tak membutuhkan diriku lagi.”
“Aku membutuhkanmu! Aku selalu membutuhkanmu!”
“Kau tak akan membutuhkanku lagi karena… kau kini sudah memiliki Alland.”
Audrina menatap Jasper tak mengerti. Dia tak tahu lagi harus berkata apa, matanya menatap Jasper dengan sendu. Pria itu melanjutkan kembali membereskan pakaiannya.
“Aku harus bagaimana agar kau tak pergi? Apa aku harus memohon? Bersujud padamu?” tanya Audrina dengan lirih.
Jasper memejamkan matanya. Jangan lakukan itu Audrina! Jangan memohon padaku!
“Aku tak bisa kehilanganmu! Katakan, apa yang harus aku lakukan?”
Jasper menghembuskan napas dan menatap Audrina. Seketika perasaan bersalah menghiasi wajahnya melihat airmata Audrina. Dia ingin sekali mengusap airmata itu dan memeluknya namun tidak! Dia tidak bisa melakukannya!
“Jangan lakukan apapun, Audri. Karena aku akan tetap pergi.”
“Aku mohon…..”
“Jangan memohon.”
Audrina kembali mengeluarkan airmata, kini dia sudah terisak. “Tinggallah…..”
“Jangan meminta.” Jasper meneguk salivanya lalu membuang mukanya. Dia tak tahan melihat airmata Audrina.
Seorang pengawal memasuki kamar Jasper. “Kau sudah siap Jas?” Si pengawal tiba-tiba kaget melihat putri mahkota. “Salure, Celentina.” Salamnya sambil menundukkan kepala.
“Aku akan segera keluar,” ucap Jasper memberi tanda karena putri mahkota tak membalas salam pengawal itu.
“Baiklah.”
Jasper melihat Audrina menatap dirinya dengan tatapan sendu dan kosong. “Aku pergi.” Dia lalu membawa kopernya keluar meninggalkan sang putri sendirian.
Jasper melangkahkan kaki keluar. Sejenak dia berhenti lalu berbalik menatap pintu kamarnya berharap Audrina mengejar dirinya namun Audrina tak kunjung keluar. Jasper mendesah lalu berjalan dengan cepat keluar istana.
Audrina dengan pikiran berkecamuk dan dada yang bergemuruh menahan rasa sakit, berjalan seperti mayat hidup menuju kamarnya.
Jasper pergi meninggalkanku!
Dia sudah pergi!
Sang putri terus bergumam tak jelas seperti kehilangan akal sehatnya. Begitu memasuki kamar, dia terus berjalan menuju balkon kamarnya di lantai tujuh. Untuk sesaat dia tak menyadari apa yang terjadi hingga akhirnya sebuah ide gila sekelebat lewat di pikirannya.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, dia melihat Jasper sedang mengangkat kopernya ke bagasi mobil. Audrina menatapnya dengan nanar dan mengepalkan tangannya, ide gila itu kini meresapi setiap sudut pikirannya.
Perlahan Audrina menaiki pagar balkon lalu berdiri di sisi luarnya. Kedua tangannya terentang memegang erat pagar balkon itu.
“JASPER! AKU MENCINTAIMU! DAN AKU AKAN MEMBUATMU MENYESALINYA SEUMUR HIDUP!” teriak Audrina dengan lantang lalu dia memejamkan matanya siap untuk melompat.
Jasper seketika panik dan berteriak. “AUDRINA! APA YANG KAU LAKUKAN!” Dia langsung berlari kencang memasuki istana menuju kamar Audrina. “Sial Audri!” makinya sambil berharap Audrina belum melompat dari balkon.
Beberapa pengawal dan pelayan istana tampak panik melihat putri mahkota di balkon kamarnya hendak melompat. Mereka pun ikut berteriak ketakukan.
“Celentina, pergilah dari sana!”
“Putri mahkota! Jangan melompat!”
Audrina semakin memejamkan mata dan memegang erat pagar balkon ketika mendengar orang-orang berteriak kepadanya. Dalam pikirannya hanya ada Jasper! Air mata sudah terurai di pipinya. Dia menggigit bibirnya.
Ayah! Ibu! Aku akan menemui kalian!
Perlahan Audrina melonggarkan pegangannya. Semakin longgar, dia semakin memajukan tubuhnya melepaskan dirinya terjun bebas, namun, belum sempat dirinya menyentuh tanah, tangannya ditangkap oleh seseorang.
Audrina mendongak. “Jasper?”
“APA YANG KAU LAKUKAN AUDRI! APA KAU SUDAH GILA?” hardik Jasper. “BERTAHANLAH! AKU TIDAK AKAN MELEPASKAN TANGANMU!” Sekuat tenaga Jasper menarik Audrina hingga akhirnya Audrina berhasil diselamatkan dari usaha bunuh diri.
“APA YANG ADA DI PIKIRANMU! KENAPA KAU MELAKUKAN HAL INI!”
“Jasper!” Audrina langsung memeluk tubuh Jasper. “Jangan pergi! Aku mohon jangan pergi!”
Jasper memejamkan mata lalu mengatur napasnya kemudian membalas pelukan Audrina. Dia memeluknya dengan erat dan bersyukur Audrina masih hidup.
“Katakan sesuatu Jasper! Katakan kau tak akan meninggalkanku! KATAKANLAH!”
“Aku tak akan meninggalkanmu, Audri. Aku tak akan pergi. Tapi berjanjilah, kau tak akan melakukan hal ini lagi!”
“Aku tak mau berjanji! Aku akan melakukannya lagi karena aku mencintaimu!”
“Audrina!” Jasper menatap Audrina dengan tajam. “Aku tidak peduli jika kau adalah putri mahkota, tapi aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal gila seperti ini lagi!”
“Aku melakukannya karena aku mencintaimu.”
“Astaga Audrina! Kau baru saja akan melakukan bunuh diri!”
“Aku tahu! Dan aku melakukannya karena aku mencintaimu!”
“Audrina dengarkan aku!” Jasper mencengkeram kedua bahu Audrina dan menatapnya dengan dahi berkerut. Sepertinya Audrina mulai kehilangan akal sehatnya dan Jasper sadar dia harus melakukan sesuatu. “Jika kau melakukan hal bodoh seperti ini lagi, aku bersumpah, aku tak akan lagi mencintaimu!”
Audrina menatap Jasper datar. “Apa kau sungguh bisa tak lagi mencintaiku?”
Jasper membalas tatapan Audrina dengan sendu. “Bagaimana bisa aku mencintai seseorang yang ingin menghabisi nyawanya sendiri?”
Audrina terdiam. Buliran air mata kembali mengalir di pipinya. Dia lalu memeluk Jasper dengan erat sambil menghirup dalam aroma tubuh pria itu dan sedetik kemudian semuanya menjadi gelap.
“Audrina? Audrina?” Jasper menepuk pelan pipi Audrina lalu menggendong tubuhnya yang tak sadarkan diri ke atas tempat tidur.
Dibelainya dengan sayang rambut Audrina dan diusapnya dengan lembut sisa-sisa airmata di pipinya kemudian dikecupnya dahi Audrina. “Maafkan aku, Audri.”
👑👑👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top