Bab 23 Felicas Bulla, Audrina!
Selamat tinggal, Audrina!
Aku mencintaimu, selalu.
👑👑👑
Andres mengepalkan tangannya, dahinya berkerut lalu dia mendecak kesal setelah untuk kesekian kalinya Sofia tak menjawab panggilannya.
Dia kemudian mencoba menghubungi kembali wanita yang sudah menganggu pikirannya itu. Bagaimana tidak? Terakhir kali mereka berbicara Sofia meminta dirinya untuk tidak jatuh cinta kepadanya dan setelahnya wanita itu tak ada kabarnya.
Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif–
"Sial!" maki Andres melempar ponselnya ke atas meja. Dia mengusap wajahnya dan menghembuskan napas dengan kasar. "Jadi kau benar-benar ingin menghindariku, Sofia?" gumam Andres lalu tertawa sinis. "Kau tak akan bisa menghindariku!"
Andres memejamkan mata dan menahan napasnya sejenak lalu dihembuskannya perlahan kemudian dia kembali membuka matanya. Sungguh pikirannya sudah kelewat kalut, memikirkan dua wanita yang satu sangat penting baginya sedangkan yang satu lagi mulai membuatnya gila.
Adiknya, satu-satunya wanita yang sangat penting baginya. Teringat ancaman yang diucapkan Audrina tentu saja membuat Andres panik. Memikirkan hal itu, rasanya Andres ingin sekali membunuh Jasper.
Dan Sofia, wanita itu sudah membuatnya gila dari semenjak dia terjebak dalam permainan wanita itu. Namun, apa yang benar-benar membuat Andres gila adalah permintaan Sofia.
Jatuh kepadanya tanpa ada rasa cinta? Yang benar saja!
Andres memutuskan untuk mengirim pesan kepada Sofia. Dia tahu Sofia mematikan ponselnya tapi mungkin pesannya akan terbaca jika Sofia mengaktifkan ponselnya.
AndresMontague
Sofia! Permintaanmu konyol!
Kau tahu aku sudah terlanjur jatuh cinta kepadamu!
Kau tak akan bisa menghindariku!
Sekali lagi Andres membaca isi pesannya untuk Sofia, berpikir sejenak, lalu dia menghapus pesan tersebut dan tak jadi mengirimkannya kepada Sofia.
"Bersikaplah sesuai kelasmu, Andres!" gumamnya mendesah.
"Salure, fura magista."
Andres mendongak. "Ah Gustav! Duduklah!" Gustav kemudian duduk di hadapan Andres. "Aku ingin kau mengirim orang untuk mengawasi Sofia Vallaerise La Corsiva."
"Maksudmu, sahabatnya putri mahkota?"
"Hmm, aku ingin seseorang mengawasinya dan melaporkannya kepadaku langsung." Gustav mengkerutkan dahinya. Terlihat dia ingin bertanya sesuatu dan Andres menyadari hal itu. "Jangan menanyakan alasannya, ini perintah!"
"Aras endirae, fura magista." Gustav menundukkan kepalanya lalu menatap Andres. "Maaf Yang Mulia jika saya lancang mengatakan hal ini, tapi anda tidak bisa membatalkan pernikahan anda dengan Lady Eleanor."
Andres menatap Gustav dengan dahi berkerut. Dia paham kini Gustav mengetahui hubungan asmaranya dengan Sofia. Tentu saja, Gustav pasti mengetahuinya.
"Aku tidak akan membatalkan pernikahanku dengan Eleanor, tenang saja." Andres diam sejenak. "Kau boleh pergi."
"Baiklah." Gustav kembali menundukkan kepalanya dan beranjak pergi.
"Oh, tunggu dulu," panggil Andres menghentikan kepergian Gustav yang sedang menuju pintu. "Panggilkan putramu untuk menghadapku."
"Maksud anda, Jasper Emiliano?"
"Iya Jasper."
"Apa anda... akan memecatnya?"
"Maafkan aku Gustav, tapi aku tidak bisa menunggu hingga ulang tahun putri mahkota." Andres mendesah lalu mendekati Gustav. "Aku sedang bertengkar dengan adikku dan dia mengancam akan melarikan diri bersama putramu."
Gustav menatap Andres sambil mengernyitkan dahinya. Dia berpikir keras bagaimana caranya melindungi putranya agar tidak diusir dari istana. Jasper sudah pasti tidak akan melakukan hal bodoh, namun, putri mahkota? Tidak ada yang bisa menjamin.
"Tapi Yang Mulia, Jasper tidak akan membiarkan dirinya melarikan diri bersama putri mahkota."
"Bukan putramu yang aku khawatirkan, tapi adikku."
"Yang Mulia, aku berani menjamin kesetiaan putraku. Dia tidak akan..."
"Panggilkan saja putramu untuk menghadapku Gustav! Ini perintah!"
Andres menatap Gustav dengan tajam. Perintah darinya sangat jelas dan tentu saja Gustav tak bisa menolak perintah tersebut. Andres mengucapnya dengan lantang dan tegas.
"Sesuai perintah anda, Yang Mulia. Saya akan memanggil Jasper Emiliano."
👑👑👑
Audrina bersidekap sambil mengulum bibirnya. Dia duduk di atas kasur sambil bersandar. Terlihat kedua alisnya saling menyatu dan dia memicingkan matanya memandang ke depan. Apa Andres akan mengakhiri hubungannya dengan Sofia?
Audrina lalu menghembuskan napas kemudian tangannya mengurai rambutnya kasar. Ini pertama kalinya Andres tidak mau menuruti kemauannya padahal dia sudah mengancam. Bahkan ancamannya itu adalah sesuatu yang langsung membuat Andres naik pitam.
Audrina mengambil ponselnya lalu memainkan layarnya. Haruskah aku menghubungi Sofia?
Kembali dia mengingat terakhir kali berbicara dengan Sofia, lebih tepatnya mereka bertengkar dan hingga sekarang mereka belum berbicara lagi. "Ah tidak!" Audrina menggeleng. Atau aku menghubungi Andres saja?
Refleks Audrina mendecak dan tertawa. Dia dan Andres tinggal di istana yang sama, untuk apa dirinya menghubungi kakaknya melalui ponsel? Bukankah lebih baik bertemu langsung?
"Tidak! Tidak!" Audrina kembali menggeleng.
Dia dan kakaknya sedang melancarkan aksi perang dingin. Baik dirinya maupun kakaknya saling mendiamkan. Jika dirinya berbicara duluan tentu saja semuanya akan percuma. Begitulah pikirnya!
Audrina merebahkan dirinya di atas kasur dan memandang langit-langit kamar. Dia ingin bercerita permasalahannya dengan seseorang. Pikirannya pun langsung tertuju pada Jasper, tapi dia tak bisa berbicara pada Jasper. Tidak, ketika dirinya masih marah pada pria itu. Egonya tak bisa membiarkan dirinya menjadi lemah.
Tapi Audrina merindukan Jasper, sangat rindu.
Sebuah panggilan masuk membuyarkan lamunan Audrina. Dengan sedikit malas dia melihat layar ponselnya.
"Alland!" Audrina langsung terduduk lalu menggeser tombol hijau.
"Salure, celentina."
"Salure, Alland. Kau tak perlu berbicara seformal itu kepadaku."
"Aku hanya berbicara sopan kepada putri mahkota."
"Berbicaralah seperti biasanya kepadaku."
Terdengar suara kekehan. "Baiklah, apa aku menganggumu?"
"Tidak, hanya saja..." Audrina tak melanjutkan kata-katanya. Dia masih ragu-ragu apakah perlu Alland mendengar permasalahannya?
"Ada apa? Kau bisa bercerita kepadaku."
"Entahlah." Audrina mendesah. "Aku tak tahu apakah tepat menceritakannya padamu? Tapi... Aku butuh seseorang untuk mendengarkanku."
"Audrina, aku akan mendengarkanmu. Kau bisa bercerita kepadaku."
"Aku tahu." Audrina kembali mendesah. "Apa kau bisa menjemputku sekarang? Aku ingin menceritakannya padamu di luar dinding istana."
"Baiklah, aku akan menjemputmu."
Audrina menghembuskan napas perlahan begitu panggilan terputus. Ada sedikit perasaan lega ketika Alland menghubunginya dan mau mendengarkan keluh kesahnya. Dia kemudian beranjak dari kasur dan segera bersiap-siap.
👑👑👑
Jasper memasuki ruang utama istana dan melihat Andres sudah menunggunya.
"Salure, fura magista," sapa Jasper dengan sopan dan menundukkan kepalanya dalam.
"Salure, Jasper. Teruslah menunduk sampai aku memberi perintah untuk mengangkat kepalamu." Andres diam sejenak dan menatap Jasper dengan tatapan dingin. "Aku tak perlu menjelaskan padamu kenapa dan apa alasan aku memanggilmu menghadapku. Karena aku yakin kau akan tahu alasan kenapa dan apa yang membuatku memutuskan untuk memberi perintah padamu agar pergi dari istana dan Gallardina." Jasper masih menunduk dalam dan tak berkata apapun. "Kau boleh mengangkat kepalamu dan pergi dari sini."
Jasper mengangkat kepalanya, tapi dia tak beranjak pergi. Andres yang melihat Jasper masih berdiri di tempatnya mengkerutkan dahinya.
"Aku ingin berbicara padamu, Andres. Sebagai seorang kakak bukan seorang raja."
Andres menatap Jasper dan tersenyum simpul. "Maksudmu, pembicaraan antar lelaki?"
"Jika itu yang kau inginkan."
"Baiklah, apa yang kau ingin bicarakan? Bicaralah! Tapi itu tidak akan mengubah keputusanku."
Jasper menatap Andres tajam. "Aku mencintaimu adikmu."
Seketika Andres tertawa. "Aku tahu Jasper! Aku tahu! Adikku juga mencintaimu! Dia bahkan tergila-gila padamu!"
"Aku tidak masalah kehilangan adikmu, tapi adikmu tidak bisa kehilanganku. Kau akan menyesalinya jika membuatku jauh darinya."
"Apa kau mengancamku? Mungkin aku akan menyesalinya, tapi ini yang terbaik untuk dirinya dan aku sangat mengenal adikku."
"Tidak, kau tidak mengenal adikmu. Kau sama sekali tidak mengenalnya!"
Kepalan tangan Andres menghantam meja lalu dia berdiri dari duduknya dan mendekati Jasper. "Kau membuatku marah Jasper!" hardik Andres dengan napas memburu. "Audrina mengancam akan melarikan diri bersamamu! Dia tidak pernah main-main dengan ancamannya! Lalu apa yang akan kau lakukan jika menjadi diriku!?"
Jasper mengernyitkan dahinya. "Kau tahu dengan pasti, aku tidak akan membiarkan Audrina melakukan hal itu denganku!"
Andres tertawa sarkastik. "Kau! Mungkin bisa mengendalikan dirimu! Tapi adikku? Dia tidak bisa mengendalikan dirinya selama kau masih ada di kehidupannya!" Perlahan Andres mendekati wajah Jasper. "Sekarang aku tanya padamu, apa kau sungguh mencintai Audrina? Karena jika kau mencintainya, seharusnya dia adalah satu-satunya kelemahanmu!"
Jasper terdiam mendengar kata-kata Andres. Dia tak memungkiri kalau Audrina memang satu-satunya kelemahannya. Dia selalu tak bisa menolak apapun yang Audrina minta, Apapun! Itulah kelemahannya yang sudah kelewat batas! Jadi, apa mungkin dia bisa menahan dirinya jika Audrina memintanya melarikan diri bersamanya?
"Aku, hanya tak bisa membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi padanya jika dia mengetahui aku akan pergi dan tak lagi berada di sisinya." Jasper mendesah.
"Kalau begitu, jangan sampai dia tahu." Andres menatap Jasper dengan tajam. "Pastikan kau pergi dengan sopan dan sebaiknya adikku tidak mengetahui kalau aku mengusirmu dari istana. Biarkan dia berpikir kalau kepergianmu adalah keputusan yang kau buat sendiri. Apa kau paham?"
Jasper mengernyitkan dahinya sambil menatap Andres. "Aras endirae, fura magista."
"Dan Jasper, sebelum kau pergi, aku akan memberikanmu kesempatan hari ini untuk mengucapkan perpisahan pada adikku."
Jasper menunduk dalam lalu keluar dari ruangan. Tepat di saat dia membuka pintu, dia melihat Audrina sedang berjalan melewati ruang utama istana. Audrina terlihat rapi dan sepertinya hendak pergi.
"Salure, celentina. Kau mau ke mana?"
Audrina menatap Jasper datar. "Aku akan pergi dengan Alland," jawabnya dengan nada ketus.
"Tunggu! Bagaimana jika aku memintamu untuk tidak pergi dengannya?" Jasper seketika menahan Audrina.
"Jasper, apa kau dalam posisi bisa memintaku untuk tidak pergi dengan Alland?"
Jasper terdiam. Tentu saja dia dalam posisi yang tak memiliki hak meminta apapun! Dia hanya seorang pengawal.
"Tidak, aku tidak dalam posisi bisa meminta apapun padamu."
"Bagus, kalau kau menyadari posisimu." Audrina baru hendak pergi namun Jasper kembali menahannya.
"Bagaimana jika aku memintamu untuk tak pergi dengannya sebagai pria yang mencintaimu? Apa kau akan tetap pergi dengannya?"
"Mencintaiku? Kau sungguh mencintaiku?" Audrina diam sejenak lalu mengangguk. "Baiklah, aku akan bertanya padamu. Kau memintaku sebagai pria yang mencintaiku karena aku adalah putri mahkota? Atau aku hanyalah seorang Audrina?"
Jasper menatap Audrina sendu. Tangan kanannya tergerak menyentuh pipi Audrina dan dibelainya lembut dengan ibu jarinya. "Aku mencintaimu Audrina! Hanya Audrina! Aku mencintaimu karena kau adalah Audrina!"
Audrina membuang mukanya sambil memejamkan matanya. "Maafkan aku Jasper, tapi aku adalah putri mahkota dan aku tidak bisa membatalkan janjiku dengan Alland."
Jasper langsung mencengkeram lengan Audrina. "Aku mohon Audrina! Mungkin ini akan menjadi yang terakhir kalinya kita berbicara."
"Lepaskan aku Jasper! Apa maksudmu?"
"Bersamakulah hari ini! Jangan pergi dengannya!"
"Tapi aku tidak bisa!" Audrina menghentakkan cengkeraman Jasper. "Kenapa kau bersikap seperti ini? Kau membuatku bingung Jasper! Aku jatuh cinta dan tergila-gila padamu tak peduli dengan statusku! Lalu kau memintaku untuk bersikap seperti putri mahkota! Kemudian kau mengatakan mencintaiku sebagai Audrina?" Dia mendecak sambil tertawa. "Tak bisakah kau lihat aku berusaha sekali mengendalikan perasaanku? Setiap kali aku mencoba melakukannya, kau selalu saja bisa membuatku tak bisa mengendalikannya!" Audrina menggeleng perlahan. "Aku mohon Jasper, aku memohon bukan meminta atau memberi perintah." Ditatapnya Jasper dengan sendu. "PERGILAH DARI HADAPANKU!" hardiknya kemudian berlari meninggalkan Jasper sambil mengusap airmatanya yang jatuh.
Jasper memandang kepergian Audrina. Dia ingin sekali menghentikan Audrina dan menariknya agar bersamanya. Kesempatan hari ini untuk mengucapkan perpisahan, tapi Audrina tak menginginkannya. Wanita itu justru memohon agar dirinya pergi dari hadapannya.
Jasper menghembuskan napas perlahan. Dengan gontai dia melangkahkan kakinya menuju kamar Audrina. Entah apa yang membuatnya kesana, mungkin jika dia tak bisa bersama Audrina di hari terakhirnya di istana, lebih baik dia menghabiskan waktu terakhirnya di kamar sang putri. Menghirup aroma kenangan indah wanita itu. Wajahnya yang cantik, senyumnya yang menawan, dan ciumannya yang menggelora.
Perlahan Jasper mengeluarkan sebuah kertas dan menuliskan sesuatu. Lalu dia letakkan kertas itu di atas meja rias Audrina dengan sekuntum bunga fuchsia.
Felicas Bulla, Audrina!
Aku mencintaimu, selalu.
👑👑👑
------------------------------------------------------
Felicas Bulla : Selamat tinggal.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top