Bab 18 The Weakness Of Love
Cinta memiliki kelemahan dan kelemahannya ada pada kekuatannya yang sekejap bisa membuatmu bahagia sekaligus menghancurkanmu.
👑👑👑
Sudah berjam-jam Andres berada di ruang utama istana. Kedua tangannya saling menggenggam di atas meja. Wajahnya terlihat sangat serius, dahinya berkerut dan rahangnya mengeras meski tak begitu kelihatan karena tertutup jambang yang sedikit lebat.
Andres cukup lama berpikir untuk akhirnya mencapai sebuah keputusan bulat. Dia harus menyingkirkan Jasper dari kehidupan Audrina, adik kesayangannya. Keputusan yang dibuatnya sangatlah kejam bagi adiknya, itulah mengapa selama ini dia tak pernah mengambil keputusan tersebut meski dirinya memiliki kekuasaan dan hak penuh. Maafkan aku Audrina! Aku harus memecat Jasper dan mengusirnya jauh dari dirimu!
"Salure, fura magista."
"Salure Gustav, tegakkan kepalamu."
Gustav menegakkan kepalanya dan menatap Andres. Dirinya kembali teringat sepuluh tahun lalu saat Raja Ignatius memanggil dirinya, kini dia merasakan hal yang sama. Dalam bayangannya seakan Raja Ignatius yang memanggilnya bukan Raja Andres.
"Ada hal penting apa kau memanggilku, Yang Mulia?" tanya Gustav yang seakan paham kalau Andres akan membicarakan hal penting.
Andres berdehem. "Kemarilah Gustav, duduklah di hadapanku!" perintahnya.
Gustav lalu duduk di hadapan Andres dan menunggu titah penting apa yang akan diucapkan raja muda tersebut. Sedangkan Andres menatap Gustav dengan serius untuk beberapa saat. "Gustav, kau tahu 'kan pelantikan resmiku sebagai raja akan segera diadakan pekan ini?"
"Ya, Yang Mulia. Persiapannya sudah selesai dan kita hanya perlu melakukan beberapa gladi resik dan mensterilkan beberapa tempat. Kabarnya pelantikanmu akan diliput oleh media internasional, bahkan sudah menjadi berita terpanas pekan ini." Gustav menghembuskan napas. "Sebenarnya kami agak kerepotan dengan permintaan media internasional yang membludak. Mereka bahkan sudah berada di Gallardina dari sepekan yang lalu untuk meliput pelantikanmu.".
Andres terkekeh dan sedikit mendecak. "Sungguh tak bisa dipercaya! Ini hanyalah pelantikan bukan pemakaman seorang raja," ucapnya dengan nada sarkastik mengingatkan dirinya akan pemakaman ayahnya yang menjadi berita internasional berbulan-bulan.
"Yang Mulia." Gustav sedikit terkejut Andres bisa mengatakan hal seperti itu.
"Maaf Gustav, sungguh, bukan maksudku terdengar sarkastik. Hanya saja, aku teringat dengan pemakaman ayahku," Andres meneguk salivanya. "Tapi, bukan ini yang ingin kubicarakan denganmu." Dia lalu menatap serius pria yang di hadapannya. "Aku ingin membicarakan putramu, Jasper."
"Aras auffarlae, fura magista."
"Kenapa kau meminta maaf, Gustav?"
"Karena aku tahu kesalahan putraku."
Andres menghembuskan napas perlahan lalu menyenderkan punggungnya ke belakang. "Berarti kau setuju bukan dengan keputusanku?" Gustav mendongakkan kepalanya menatap Andres tak mengerti. "Setelah pelantikan, aku akan memecat Jasper dan aku akan memberinya perintah untuk menjauh dari istana fuchsia dan Gallardina!" tegas Andres dingin.
"Ma-maksudmu? Jasper tak boleh lagi menginjakkan kaki di Gallardina?" Gustav berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang dipikirkannya bukan yang dimaksud Andres.
Andres mengangguk perlahan. "Maaf Gustav, hanya ini satu-satunya cara agar adikku tak lagi semakin dalam mencintai putramu."
Gustav memejamkan mata dan menghembuskan napas perlahan. "Baik, Yang Mulia. Aku menerima keputusanmu."
"Dan satu lagi," Andres mencondongkan tubuhnya. "Apa yang kita bicarakan ini tak boleh diketahui siapapun hingga pelantikanku selesai! Terutama Jasper dan Audrina! Ini perintah!"
"Aras endirae, fura magista."
"Baiklah, kau boleh pergi Gustav." Andres mempersilahkan Gustav untuk meninggalkan ruangan dan tepat pada saat itu pintu terbuka.
"Celentina Audrina."
"Gustav, bisa tinggalkan aku dan kakakku?"
"Baik, Celentina."
Dan begitu pintu tertutup, Audrina pun berbicara. "Kakakku tersayang, bagaimana jika aku tak akan memilih satu pun dari mereka?" tanyanya sambil melempar sebuah dokumen ke atas meja.
Andres melihat sekilas ke arah dokumen lalu menatap tajam adiknya dengan rahang mengeras. Dia berusaha mengendalikan emosinya. Pengendalian emosi, satu hal yang selalu dia lakukan jika berhadapan dengan adik kesayangannya itu.
"Lantas? Kau ingin memilih siapa, Audri?" tanya Andres. "Jangan bilang kau akan memilih pengawal pribadmu itu!"
Audrina mengepalkan kedua tangannya. "Namanya Jasper Emiliano! Kau tahu itu!"
"Iya aku tahu! Tapi aku tak akan menyebut namanya di hadapanmu! Aku akan menyebutnya dengan lantang bahwa dia adalah pengawal pribadimu!" Andres perlahan berdiri dari duduknya. "DEMI TUHAN AUDRINA! DIA PENGAWAL PRIBADIMU!"
"AKU TAHU! AKU TAHU DIA PENGAWAL PRIBADIKU! LALU APA MASALAHNYA!?!"
Seketika emosi Andres memuncak. "Kau bertanya apa masalahnya?" Dia lalu memutari meja mendekati Audrina. "Pertama, kau putri mahkota dengan gelar De Gallardino!" Andres berjalan perlahan semakin mendekati Audrina membuat Audrina mundur perlahan. "Kedua, dia hanya seorang pengawal pribadi yang tak memiliki gelar apapun!" Audrina semakin berjalan mundur melihat Andres murka di hadapannya. "Ketiga, kau adalah tanggung jawabku karena aku sudah berjanji pada ibu untuk menjagamu!" Dengan emosi Andres memojokkan Audrina yang kini tak bisa lagi bergerak ke mana-mana. "Bagaimana bisa aku menjagamu Audrina, jika kau memilih pria yang tak memiliki gelar apapun! Karena saat kau menikahinya nanti, kau bukan lagi tanggung jawabku! Dan gelar De Gallardino tak lagi ada di namamu!" Andres menatap nanar adiknya dengan napas memburu.
Bukan tanpa alasan Andres menjadi semurka ini. Dia tak main-main jika sudah memikirkan masa depan Audrina, adik kesayangannya. Jika dirinya hanyalah seorang Andres bukan raja dan Audrina hanyalah seorang adik bukan putri mahkota. Tentu dia tak akan setakut ini membayangkan adiknya yang keturunan raja memilih pria tanpa gelar terhormat dan bangsawan.
Audrina yang terpojok menjadi ketakutan melihat tatapan murka kakaknya. Dia pun mulai menangis, tapi sekuat tenaga menahan diri untuk tidak terisak. "Ka-kau kejam Andres," ucapnya lirih dan terbata-bata.
Tatapan Andres yang meradang seketika melembut melihat buliran air sebening kristal mengalir di pipi indah Audrina. Seperti Jasper, satu hal yang membuat Andres lemah dan tak berdaya adalah melihat Audrina, adik tersayangnya menangis.
"Audri." Refleks Andres mengusap airmata di pipi Audrina. "Jangan menangis aku mohon, Aku minta maaf, aku sungguh-sungguh minta maaf."
Audrina menepis kedua tangan Andres lalu menamparnya. "Kau bukan kakakku!" hardiknya lalu dia mendorong tubuh Andres hendak keluar dari ruangan.
"Audrina!" Andres menangkap tangan adiknya lalu memeluknya.
"Lepaskan aku!" Audrina memberontak. "Bagaimana bisa aku punya kakak sepertimu! Aku membencimu Andres! Aku membencimu! Aku membencimu, tapi aku juga menyayangimu dan aku sangat membencimu!" Audrina meronta-ronta ingin melepaskan diri.
Namun Andres semakin mengeratkan pelukannya. "Maafkan aku, sungguh maafkan aku, carlae," bisik Andres dengan lembut.
Audrina perlahan berhenti meronta, dia menangis dalam pelukan kakaknya. "Aku mencintainya, aku mencintai Jasper Emiliano," isaknya.
"Aku tahu, aku tahu." Andres mengecup lembut puncak kepala Audrina sambil memeluk tubuhnya.
Audrina perlahan melepaskan pelukannya lalu menatap Andres sendu. "Kenapa kau benci sekali aku jatuh cinta padanya?"
Andres terdiam lalu kedua tangannya mengusap pipi Audrina. "Karena cinta memiliki kelemahan."
Audrina menggeleng. "Cinta tak memiliki kelemahan Andres, justru cinta memiliki kelebihan. Apa kau tahu? Dengan mencintai Jaspsr, perlahan aku bisa menyembuhkan luka dan traumaku."
"Tidak, kau salah Audrina." Andres mendesah. "Cinta memiliki kelemahan dan kelemahannya ada pada kekuatannya yang sekejap bisa membuatmu bahagia sekaligus menghancurkanmu." Dia lalu menatap serius adiknya. "Aku mengatakan ini karena aku tak ingin melihatmu hancur karena cinta."
"Kau berkata seperti itu karena kau belum pernah jatuh cinta."
"Aku jatuh cinta padamu," ucap Andres kemudian Audrina menatapnya datar. "Maksudku, Aku jatuh cinta kepadamu sebagai kakak yang sangat menyayangi adiknya dan karena perasaan cinta itu aku tak bisa menghadapimu Audrina. Kau adalah kelemahanku," Andres mundur perlahan. "Aku yakin Jasper juga tak bisa menghadapimu."
Apa yang dikatakan Andres benar adanya. Jasper selalu tak bisa menang jika berhadapan dengan Audrina. Dia selalu kalah karena perasaan cintanya kepada putri mahkota. Baik Jasper maupun Andres, keduanya tak pernah bisa menghadapi seorang Audrina.
Audrina menghembuskan napas pelan. "Aku penasaran, sebentar lagi pelantikanmu sebagai raja secara resmi. Apa kau tak membutuhkan seorang ratu di sampingmu?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
Andres terkekeh sambil memutari meja dan kembali duduk. "Untuk apa aku membutuhkan seorang ratu, jika aku sudah memiliki putri mahkota yang luar biasa? Satu-satunya adik kesayanganku, Celentina Audrina!"
Audrina tergelak. "Yang benar saja Andres! Aku serius!" Dia lalu duduk di hadapan kakaknya. "Lagipula ini tidak adil! Kenapa hanya aku saja yang dipersiapkan siapa yang akan menjadi pendamping hidupku sedangkan kau tidak?"
Lagi-lagi Andres terkekeh. "Itu sudah ditentukan."
"Apanya?" tanya Audrina mengernyitkan dahinya. "Benarkah? Siapa?"
"Putri Cardellia," Andres mendesah pelan. "Athalia Eleanor Saint-Mary Cardellia."
"Maksudmu, Eleanor? Sepupu dari keluarga kerajaan Monako?"
Andres mengangguk. "Aku sudah mengatakan padanya akan menikahinya setelah aku siap melepasmu dengan pria yang layak untukmu"
"Jadi, kau memilihnya?"
"Tidak, justru dia yang memilihku dan aku tak memiliki hak untuk memilih ataupun menolak." Andres terdiam sejenak. "Kau harusnya bersyukur, adikku. Kau memiliki hak untuk memilih dan menolak."
Audrina menatap kakaknya dengan raut wajah sedikit cemberut. "Apakah Eleanor akan menggantikan posisiku, Andres?"
Andres mengerutkan dahinya. "Apa maksudmu?"
"Apa kau akan melupakanku jika dia menjadi ratu? Apa nanti kau tak lagi mencintaiku? Menyayangiku? Tak lagi menganggapku sebagai adikmu?" Pikiran Audrina berkecamuk membayangkan kakaknya kelak memiliki seorang ratu di sisinya.
"Tentu saja tidak Audrina, bagaimana bisa kau tak lagi menjadi adikku? Kau adalah satu-satunya kesayanganku." Andres terdiam sejenak memikirkan sesuatu. "Apa kau cemburu?"
Audrina langsung menatap Andres. "Cemburu? Pada Eleanor?" Dia lalu memutar bola matanya kemudian tertawa sinis. "Tentu saja tidak! Aku masih lebih baik darinya sebagai putri mahkota, untuk apa aku cemburu padanya!" bantah Audrina.
Andres tersenyum. "Kalau bukan cemburu lantas apa?"
Aku tak peduli jika dia menjadi ratu Gallardina! Tapi, tentu saja aku cemburu Andres! Kau pasti akan membagi perhatianmu dengan wanita itu! Audrina lalu mendesah perlahan. "Aku, aku hanya takut, tidak, aku takut sekali." Dia lalu menatap kakaknya dengan sendu. "Aku takut kau tak lagi bersamaku, aku takut kau benar-benar pergi dari hidupku selamanya. Aku tak bisa membayangkan jika hidupku tak ada dirimu, Andres."
Andres tersenyum lalu dia berdiri kembali memutari meja kemudian memeluk Audrina yang sedang duduk dari belakang. "Audrina carlae, aku tak akan ke mana-mana, aku berjanji akan selalu bersamamu, kesayanganku," bisiknya lembut lalu mengecup sayang puncak kepala adiknya.
👑👑👑
"Ayah, ada apa kau memanggilku?" tanya Jasper yang baru saja memasuki ruang keamanan sembari melihat sekeliling yang hanya ada dirinya dan sang ayah,
Gustav yang sedari tadi duduk menunggu putranya itu lalu berdiri. Dirapihkannya jasnya sambil menatap Jasper. Kemudian sebuah pukulan yang cukup keras dari Gustav mengenai rahang Jasper.
"Ayah? Ada apa? Kenapa kau memukulku?" tanya Jasper sambil meringis memegang rahangnya.
Gustav kembali menghajar wajah Jasper dengan keras hingga Jasper tersungkur. "Kau tahu kesalahanmu Jasper Emiliano!?"
Jasper terdiam sambil menunduk. "Apa ini tentang putri mahkota?"
Gustav mendecak. "Jadi kau tahu kesalahanmu! Bagaimana bisa putri mahkota jatuh cinta kepadamu? Dia bahkan berani menciummu di depan kakaknya! Apa kau sadar kesalahanmu itu sudah kelewatan!?"
"Aku... aku jatuh cinta padanya, Ayah!"
"Berani sekali kau!" Gustav menarik Jasper agar berdiri kemudian dihajarnya sekali lagi wajah putranya itu. "BERANI SEKALI KAU MENGATAKAN HAL ITU! SADAR POSISIMU JASPER! KAU DALAM POSISI TAK BERHAK MENGATAKAN HAL ITU!"
Jasper sedikit terhuyung ke belakang lalu sekuat tenaga berusaha berdiri tegak menghadap sang ayah. Rahangnya tampak membiru, darah segar mengalir dari ujung bibirnya.
"Aku tahu ayah, aku tahu tak punya hak untuk jatuh cinta pada putri mahkota." Jasper terdiam sejenak mengusap bibirnya yang berdarah. "Tapi aku mencintainya, aku sungguh-sungguh mencintainya karena dia adalah Audrina bukan putri mahkota."
Gustav langsung tergelak sambil berkacak pinggang. "Jangan mempermalukan dirimu, Nak! Meski kalian berdua saling mencintai, putri mahkota tak akan pernah menjadi milikmu!"
Jasper tersenyum tipis. "Aku tahu," Dia lalu menatap ayahnya. "Tapi aku adalah milik putri mahkota."
Gustav kembali tergelak. "Dengar, jangan membuat putri mahkota melakukan kesalahan lagi karena apapun kesalahannya, apapun itu, selalu kau yang akan menanggung akibatnya."
Jasper menunduk. "Itu tak masalah bagiku ayah, karena apapun kesalahannya, aku siap menanggung akibatnya."
Gustav menghembuskan napas lalu mengangguk perlahan. "Baiklah, kalau kau siap menanggung akibatnya karena setelah pelantikan raja..." Dia menghentikan kata-katanya sejenak lalu menatap Jasper. "Ucapkan selamat tinggal pada putri mahkota."
👑👑👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top