Bab 17 Vi Aumarae!
Aku mencintaimu karena kau adalah dirimu. Dibalik kesempurnaanmu ada
ketidaksempurnaan yang selalu bisa membuatku jatuh cinta kepadamu.
Vi aumarae, Audrina!
👑👑👑
Setelah beberapa hari istirahat, Audrina kini terlihat sehat kembali. Wajahnya berseri-seri, senyum menawannya terukir di bibirnya dan dia pun terlihat cantik. Wajah berseri-seri Audrina bukan tanpa alasan. Dia bahagia sekali karena beberapa hari terbaring sakit, Jasper menemaninya tak sedetik pun meninggalkan. Tentu saja itu membuat hati Audrina seperti bunga fuchsia yang sedang mekar.
“Andres! Kita berangkat bersama?” tanya Audrina pagi itu di ruang makan lalu dia mengecup lembut pipi kakaknya itu.
Andres yang sudah memulai sarapannya, tersenyum melihat adiknya mencium pipinya dan menyapanya. “Kau ingin berangkat ke sekolah bersamaku?”
“Hmm.” Audrina mengangguk sambil membuka serbet dan menaruh di atas pahanya.
“Akhirnya adikku sudah kembali.”
“Memangnya aku ke mana?”
“Kau menghilang,” jawab Andres yang sedang memotong roti lapisnya. “Beberapa hari ini kau menghilang meski sebenarnya kau tak ke mana-mana, aku merindukanmu.”
“Andres.” Bibir Audrina terlihat sedikit cemberut. “Aku juga merindukanmu.”
Andres tersenyum tipis. “Ini lucu.” Dia lalu menghentikan kesibukannya di atas meja makan. “Kita berada dalam istana yang sama, kita bahkan tak berjauhan, tapi kita saling merindukan.”
Audrina terdiam. Andres juga terdiam. Tak ada yang berbicara bahkan sekedar tertawa. Baik Andres maupun Audrina menyadari hal ini tidaklah lucu.
Bagaimana bisa mereka saling merindukan? Padahal tak ada sekat diantara mereka untuk saling bertemu, tak ada larangan bagi keduanya untuk saling mengunjungi. Seakan bangunan istana adalah penjara bagi dua kakak beradik yang saling menyayangi itu.
“Andres.” Audrina tampak bingung harus berkata apa.
“Sudahlah Audri, tidak apa-apa.” Andres lalu bangkit dari duduknya. “Jika kau sudah menyelesaikan sarapanmu, beritahu aku. Kita keluar bersama.”
Audrina tersenyum dan mengangguk, dia lalu meneruskan sarapannya namun tiba-tiba dia merasa kenyang mengingat pembicaraan antara dirinya dan kakaknya yang baru saja terjadi.
Beberapa saat kemudian, Audrina menjemput kakaknya di kamar lalu mereka keluar dari istana bersama. Tepat setelah mereka menuruni tangga di depan pintu utama, Audrina berlari kecil menuju Jasper yang sedang membukakan pintu mobil.
Cup! Audrina dengan cepat mengecup singkat bibir Jasper. “Vi aumarae,” bisiknya tersenyum lalu masuk ke dalam mobil.
Jasper masih membeku di tempatnya berdiri, Putri mahkota mencium bibirnya tepat di hadapan Raja Andres. Audrina! Apa kau sudah gila?
Andres mendecak melihat pemandangan yang sangat tidak diinginkannya pagi itu. Dia memutari mobil dan berdiri di salah satu pintu mobil lainnya menunggu Jasper membuka pintu untuknya.
Jasper dengan cepat berlari kecil ke sisi pintu satunya. Membuka pintu untuk Andres sambil menunduk dalam tak berani menatapnya. Berbeda sekali dengan Andres yang menatap Jasper dengan tajam sembari menahan emosinya. Berani sekali adikku menciummu, Jasper!
Untuk beberapa detik Andres menatap Jasper dengan tajam dan sinis sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.
“Kita menuju ke sekolah Audrina terlebih dahulu, lalu ke Palace Green Opal.” Andres memberi perintah.
“Baik, Yang Mulia.” Gustav langsung membawa mobil ke luar istana sedangkan Jasper duduk di bangku penumpang yang ada di depan. Tampak satu buah mobil yang sama sudah berjalan mendahului mereka dan dua buah mobil lainnya mengikuti dari belakang.
Raja Andres dan putri mahkota Audrina menaiki mobil berkeamanan tinggi dengan kaca anti peluru. Dari luar tak terlihat siapa yang ada di dalam namun orang-orang bisa mengetahui itu adalah mobil kerajaan karena ada lambang kerajaan (yang berbentuk rangkaian bunga fuchsia) di plat mobilnya.
Audrina yang duduk di belakang Gustav tampak tersenyum-senyum, matanya tak berhenti melirik Jasper di depan. Sedangkan Andres yang duduk di sampingnya, lebih tepatnya di belakang Jasper sedang sibuk dengan beberapa dokumen.
Andres berdehem. “Audrina.”
“Huh?” Audrina langsung menoleh dan sedikit terkejut mendengar Andres memanggilnya.
“Jaga sikapmu Audrina, kau adalah putri mahkota!” tegas Andres sambil sibuk dengan dokumen-dokumennya.
Dahi Audrina berkerut. “Apa maksudmu? Aku tak mengerti?”
Andres menatap Audrina tak percaya. “Haruskah kuperjelas?” Audrina masih mengerutkan dahinya membalas tatapan Andres. “Kau mencium pengawal pribadimu di hadapanku! Apakah itu sikap dari seorang putri mahkota!?”
Gustav melirik putranya yang wajahnya seketika menegang mendengar bentakan Andres kepada adiknya. Jasper lalu melirik kaca spion yang ada di dalam mobil, menampilkan wajah Audrina yang duduk di belakang dan memastikan bahwa sang putri baik-baik saja.
Audrina meneguk salivanya sambil menatap Andres. “Auffar,” ucapnya pelan.
Andres memalingkan mukanya melihat dokumen-dokumennya kembali. “Jangan meminta maaf jika kau akan mengulanginya lagi.” Lalu dia menutup dokumennya dan mendesah pelan. Kemudian menatap adik kesayangannya dengan serius. “Jaga sikapmu Audrina! Kau adalah putri mahkota dan pria itu tak pantas untukmu!”
Audrina terdiam. Dia mulai emosi dan membalas tatapan Andres tak kalah serius. Lalu Andres melirik ke arah Jasper. “Katakan Jasper! Apakah adikku, putri mahkota Audrina Rosemary La Corsiva De Gallardino pantas bersanding denganmu!? Apakah kau pikir dirimu layak untuk adikku!? Katakan kepadanya Jasper Emiliano!”
Audrina seketika melirik Jasper. Dia meremas kedua tangannya dan buliran airmata sudah mengumpul menunggu terjatuh dari kedua matanya. Jangan katakan apa-apa Jasper! Jangan katakan kau tak layak untukku! Tidak! Jangan katakan apapun!
“Aras auffarlae, fura magista,” Terdengar suara Jasper bergetar. “Aku… memang sangat tidak layak untuk putri mahkota,” lanjutnya dengan nada yang tercekat karena di dalam hatinya dia tak ingin mengucapkan kata-kata itu.
Tetesan airmata pun terjatuh di pipi Audrina. Kau menghancurkan hatiku, Jasper!
Jasper melirik kaca spion di dalam mobilnya, Audrina memandangi dirinya sambil menangis lalu dia memalingkan mukanya ke jendela. Jasper bisa melihat jelas airmata di pipi Audrina. Tidak! Jangan menangis putri! Aku tak sanggup melihat airmatamu!
Andres menghembuskan napas. Dia menoleh ke Audrina yang sedang memandang keluar jendela. “Kau dengar, kan, Audri? Seorang Jasper Emiliano tidak layak untukmu! Karena kau adalah putri mahkota! Di dalam namamu ada gelar terhormat. Status tertinggi di negara ini. Gelar kerajaan De Gallardino.” Andres menegaskan di setiap kata-kata dari kalimatnya. “Seorang De Gallardino tidak akan bersanding dengan siapapun yang tak memiliki gelar terhormat atau bangsawan.” Andres lalu memberikan sebuah dokumen pada Audrina. “Ini, pilihlah salah satu dari mereka.”
Audrina mengambil dokumen itu kemudian mengernyitkan dahinya. “Apa ini?”
“Kau tentu tidak lupa dengan tradisi putri mahkota bukan? Sebentar lagi ulang tahunmu yang ke tujuh belas, sesuai tradisi kau akan memilih salah satu dari ketiga pria terbaik di Gallardina untuk menjadi calon pendamping hidupmu.”
Audrina tak berkata apa-apa. Tentu saja dia tahu tradisi itu! Kembali dia menatap jalanan dan meremas dokumen tersebut lalu memejamkan mata kemudian menjerit yang tertahan di dalam hatinya. Aku sudah memilih Jasper Emiliano!
👑👑👑
“Audri, kau baik-baik saja?”
Audrina menoleh. “Huh?”
“Kau melamun saja sepanjang pelajaran. Kau terlihat tidak baik-baik saja.”
Audrina mendesah pelan tak meladeni kata-kata Sofia. Dia lalu memandang sebuah dokumen yang diberikan Andres. Dirinya sama sekali belum membuka dokumen tersebut.
“Ini apa?” Sofia langsung mengambil dokumen itu lalu membukanya. “Jangan bilang ini para kandidat yang akan menjadi pendamping hidupmu?” tanya Sofia kemudian dirinya terkejut melihat data pribadi seorang pria yang ada di urutan pertama.
“Astaga! Julian Garcia La Corsiva! Apa kau tahu kalau dia masih ada garis keturunan wangsa Bourbon dari Spanyol? Pantas saja dia di urutan pertama, memang banyak wanita bangsawan yang mengincar dirinya. Tapi aku rasa kau tidak akan cocok dengannya, karena dia sudah terlalu tua, menurutku, usianya sudah tiga puluh tiga tahun!”
Audrina melirik Sofia dan hanya mendengarkan saja. Dia sama sekali tidak tertarik, baginya hanya Jasper Emiliano yang bisa membuatnya tertarik.
Sofia lalu membuka halaman berikutnya dan ekspresinya biasa saja melihat data pribadi seorang pria di urutan kedua. “Keluarga Ramirez, Edmund Ramirez La Clementine. Harus kuakui dia tampan sekali dan keluarganya adalah yang terbaik dari kalangan La Clementine.” Sofia mendekatkan bibirnya ke telinga Audrina. “Tapi sebaiknya jangan kau pilih dia, karena dia tak berpengaruh sama sekali,” bisiknya dengan nada merendahkan.
Audrina memutar bola matanya malas lalu menghembuskan napas dengan ekspresi tak peduli.
Sofia melanjutkan membaca dokumen tersebut, penasaran dengan siapa pria di urutan terakhir. “Astaga! Audrina!” pekik Sofia dan membuat Audrina menoleh sambil mengernyitkan dahinya. “Kau tidak akan percaya siapa yanga ada di urutan terakhir!” Sofia lalu memasang wajah ingin menangis. “Allandrio Maximus La Calladine!”
Audrina seakan salah mendengar, dia pun bertanya. “Siapa kau bilang?”
“Alland! Allandrio Maximus! Pria pujaanku!”
“Tidak! Jangan bercanda Sofia!”
“Aku tidak bercanda! Lihatlah!” Sofia menyodorkan dokumen kepada Audrina. “Dia Alland! Pria yang kau kenal di pesta keluarga bangsawan Allegra.”
Audrina membaca dengan seksama data pribadi Alland di dokumen itu. “Benar! Ini Allandrio Maximus La Calladine!”
Seketika Audrina teringat kata-kata Alland bahwa pria itu sudah merencanakan untuk menjadi suaminya kelak dan pernyataan cintanya. Audrina masih belum bisa mempercayai Alland yang sejujurnya memang sudah jatuh cinta pada dirinya. Tidak, Audrina tak mau sampai percaya kepada pria bangsawan itu apalagi sampai jatuh cinta. Hatinya hanya milik Jasper!
“Tenanglah Sofia, aku tak akan memilih Alland.” Audrina menutup dokumen tersebut dan meletakkannya di meja.
“Tapi kau harus memilihnya Audrina. Dia sangat pantas untukmu.” Sofia menghembuskan napasnya. “Kau sungguh beruntung Audrina, kau punya kesempatan memilih salah satu dari tiga pria terbaik di Gallardina dan aku yakin ketiga pria itu tak akan menolakmu.”
Audrina menatap Sofia dengan tatapan yang sulit diartikan. Tak masalah baginya jika ketiga pria itu menolaknya asalkan jangan Jasper. “Tapi jika aku memilihnya, kau tak akan bisa memilikinya. Aku tak akan mengkhianati sahabatku.”
Sofia lalu tertawa. “Audrina, Jika kau memilih Alland bukan berarti kau mengkhianatiku. Lagipula dia sudah jatuh cinta padamu.”
“Bagaimana kau tahu?”
“Alland yang mengatakannya padaku.”
“Dan kau percaya?” Sofia mengangguk mantap membuat Audrina mendecak tak habis pikir. “Bagaimana bisa kau percaya begitu saja?”
“Karena saat dia mengatakannya, aku merasakan ketulusan darinya.”
Audrina terdiam untuk beberapa saat, dia juga merasakan ketulusan saat Alland menyatakan cinta kepadanya ketika mereka di pesawat menuju Milan waktu itu. “Aku… tidak percaya padanya,” ucapnya pelan.
“Atau kau tak mau mempercayainya?” tanya Sofia yang langsung mengusik Audrina.
“Oh, yang benar saja Sofia!?” bantah Audrina dengan sedikit gusar.
Sofia kembali tertawa. “Asal kau tahu, aku lebih memilih kakakmu, Raja Andres untuk kujadikan pendamping hidup daripada Alland.”
Audrina memicingkan matanya. “Aku tak bisa membayangkan jika kau menjadi Ratu Gallardina.”
“Wah! Pasti luar biasa sekali! Seluruh dunia akan terguncang mengetahui Gallardina memiliki seorang Ratu yang sangat seksi, like who i am!” Sofia mengibaskan rambut ikalnya lalu mengangkat sedikit wajahnya dan membusungkan dadanya agar terlihat seksi kemudian merapihkan duduknya dengan anggun layaknya wanita bangsawan.
Audrina hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.
👑👑👑
Secepat kilat Audrina turun dari mobil begitu tiba di istana. Dia tak mau menunggu Jasper membukakan pintu untuknya. Justru Audrina berencana menghindarinya, mengacuhkannya bahkan ingin sekali rasanya dia memberi hukuman kepada pria itu!
“Yang Mulia!” panggil Jasper berusaha menghentikan Audrina namun tentu saja panggilannya tak digubris.
Jasper sungguh tak menyukai situasi ini, di mana putri mahkotanya kembali mengacuhkannya. Mungkin dia akan menuruti semua perintahnya, tapi satu bagian dari dirinya tak bisa menerima sikap Audrina yang mengacuhkan dirinya.
“Putri mahkota!” Jasper berusaha kembali memanggil Audrina berharap sang putri berhenti dan mau berbicara kepadanya hingga akhirnya Audrina hampir sampai di kamarnya, Jasper tak bisa mengendalikan dirinya untuk memanggil nama sang putri.
“Audrina!” panggil Jasper dengan nada yang cukup tinggi.
Audrina berhenti tepat setelah Jasper memanggil namanya, dia memutar tubuhnya lalu berjalan mendekati Jasper. Sebuah tamparan keras dilayangkan ke wajah pria itu.
Untuk kedua kalinya Jasper ditampar oleh Audrina namun dia tak merasa sakit. Tidak! Bukan tamparan Audrina yang membuatnya sakit, tapi mengetahui Audrina menangis dan marah karena dirinyalah yang membuatnya terasa sakit.
“Berani sekali kau mengatakan bahwa kau tidak layak untukku! Hanya aku yang berhak mengatakan siapa yang layak dan tidak layak untukku! Apa kau paham!?” bentak Audrina dengan amarah yang sudah tak tertahan lagi. “AKU BENCI SEKALI PADAMU JASPER!” Teriakannya menggema di ruang tengah istana.
Audrina berlari menuju kamarnya sambil menangis. Jasper yang masih terdiam untuk sesaat kemudian memutuskan mengejar Audrina masuk ke dalam kamar.
“Audrina, aku minta maaf. Jangan menangis aku mohon.” Jasper merasa bersalah sudah membuat Audrina menangis untuk kesekian kalinya.
“Apa perasaan cintaku tidak cukup untuk membuatmu layak untukku, Jasper? Katakan, kenapa kau mengatakannya di hadapan kakakku?”
“Karena dia adalah kakakmu, seorang Raja yang kuhormati. Jika aku tak bisa menghormatinya, bagaimana bisa aku berani mencintaimu?”
Audrina memejamkan mata sambil menangis lalu membuka matanya perlahan. “Aku rela menyerahkan diriku untukmu! Tak bisakah kau mencintaiku tanpa melihat statusku?”
Jasper menangkup kedua pipi Audrina dan mengusap pelan airmatanya. Ditatap kedua matanya. “Aku mencintaimu,” ucapnya dengan tulus dan penuh perasaan cinta.
Audrina menggeleng pelan lalu dilepaskannya tangan Jasper. “Kau bohong! Kau selalu mengatakan bahwa kau mencintaiku, tapi kau tak pernah benar-benar mengatakannya!” Dia lalu mendorong tubuh Jasper ke arah pintu. “Pergilah! Keluarlah dari kamarku!”
Jasper yang terpojok hanya bisa terdiam melihat Audrina kembali menangis dengan memunggungi dirinya. Perlahan dipeluknya tubuh Audrina dari belakang. “Aku mencintaimu tanpa melihat statusmu, Carlae. Aku mencintaimu karena kau adalah dirimu. Dibalik kesempurnaamu ada ketidaksempurnaan yang selalu bisa membuatku jatuh cinta kepadamu. Vi aumarae, Audrina!” bisiknya pelan.
Hati audrina berdesir seketika mendengar Jasper memanggilnya ‘Carlae’ untuk pertama kalinya.
Sang putri lalu memutar tubuhnya menghadap Jasper. Mereka saling tatap dengan perasaan yang dirasakan keduanya begitu menggelora. Kau memanggilku carlae! Jasper memanggilku carlae!
Jasper merekatkan kedua tangannya di pinggang Audrina hingga kedua tubuh mereka tak lagi berjarak. Wajahnya hampir menyentuh wajah Audrina. “Jangan pernah menyerahkan dirimu kepadaku. Biarkan aku yang menyerahkan diriku kepadamu.” Lalu dia terdiam memberi jeda. “Aku milikmu,” lanjutnya menegaskan melalui tatapan kedua matanya kepada Audrina.
Audrina sungguh tak berdaya melihat tatapan Jasper ditambah lagi dia menghirup aroma tubuh Jasper yang sangat disukainya itu yang berhasil membuatnya mabuk dan tak bisa mengendalikan dirinya untuk mencium bibir Jasper, memainkannya dengan panas. Jasper yang juga tak bisa mengendalikan dirinya mengikuti permainan Audrina. Merasakan bibir indah Audrina yang terasa manis baginya.
Permainan bibir mereka semakin lama semakin memanas. Jasper menggendong Audrina menuju ranjang dengan tak melepaskan pagutan bibir mereka. Lalu dengan tergesa-gesa Audrina melepaskan satu-persatu pakaian Jasper. Sedangkan Jasper hampir saja merobek kemeja sekolah Audrina kalau saja dia tak ingat bahwa yang di hadapannya adalah putri mahkota. Tiba-tiba saja Jasper menghentikan permainannya dan sedikit menjauhi Audrina. “Aku tak bisa melanjutkannya, Audrina. Kehormatanmu adalah hal yang sangat berharga dan aku tak ingin merusaknya.”
Audrina menatap intens kepada kedua manik mata milik Jasper lalu tertawa di dalam hatinya. Yang benar saja Jasper! Kau bicara soal kehormatanku padahal kau hampir saja merenggut kehormatanku di atas ranjangku!
👑👑👑
------------------------------------------------------
Palace Green Opal : Bangunan istana khusus kantor pemerintahan.
Wangsa Bourbon : Wangsa bangsawan kerajaan Spanyol. Raja Felipe dari Spanyol yang saat ini berkuasa adalah keturunan wangsa Bourbon —Wikipedia.
Vi Aumarae : Aku mencintaimu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top