Bab 10 Melarikan Diri

Tak kusangka aku melakukan apa yang selalu aku inginkan, yaitu, melarikan diri dari istana.


Audrina langsung turun dari mobil dan membanting pintunya begitu sampai di depan istana. Dia tak menunggu Jasper membukakan pintu dan bahkan dirinya langsung berlari masuk ke dalam istana dengan marah.

Jasper dengan gelisah mengikuti sang putri mahkota. Ini pertama kalinya sang putri marah besar sampai-sampai tak bicara padanya sepanjang hari. Jasper masih tak mengerti apa yang membuat putri mahkotanya itu naik pitam.

Tentu saja Jasper tak mau menarik kesimpulan bahwa Audrina cemburu padanya, mengingat apa yang dikatakannya kepada gadis pirang itu terdengar seperti sebuah ancaman. Audrina melempar tasnya ke atas tempat tidur dengan napas memburu, dia membiarkan pintu kamarnya terbuka dan Jasper mengikutinya masuk.

Jasper memandangi punggung Audrina lalu memanggilnya. “Yang Mulia.” Tak ada jawaban dari Audrina, gadis itu memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya. “Yang Mulia, tak seharusnya kau bersikap seperti itu kepadanya.”

Audrina langsung membalikkan tubuhnya dan mendecak. Dia menatap Jasper datar. “Bersikap seperti apa maksudmu?” tanyanya mengintimidasi.

“Maksudku, kau terdengar mengancamnya.”

“Aku memang mengancamnya!”

“Tapi kenapa? Dia hanya sedang berbicara kepadaku.”

Audrina tertawa. “Berbicara katamu?” Jasper mengkerutkan dahinya melihat sang putri berjalan mendekatinya. “Gadis pirang itu memainkan rambutnya, lalu tangannya menyentuh lenganmu, membuka beberapa kancing kemejanya agar terlihat seksi dan kau bilang dia hanya berbicara? Dia sedang menggodamu Jasper!” Raut wajah Jasper kini berubah serius dengan tetap menatap intens sang putri mahkota. “Kau bahkan terlihat menikmatinya, kau tersenyum kepadanya! Kau tak boleh tersenyum kepada siapapun kecuali kepadaku! Apa kau tak mengerti juga!? Kau milikku Jasper!”

Aku memang milikmu! Putri mahkota!

Dengan napas memburu dan mata yang berkaca-kaca, Audrina semakin mendekati Jasper. “Aku tidak tahu apa yang terjadi pada hatiku, tapi aku tidak menyukainya! Aku sangat tidak menyukai wanita lain menggodamu, Jasper! Hatiku sakit!” Dipejamkan matanya sejenak kemudian melanjutkan. “Apa aku harus bersikap seperti gadis pirang itu agar kau mengerti?” Perlahan Audrina membuka jas sekolahnya, lalu tangannya mulai membuka satu-persatu kancing kemeja sambil terus mendekatinya hingga kedua tubuh mereka sangat dekat, Audrina bisa merasakan aroma tubuh Jasper yang sangat disukainya. Wajah mereka begitu dekat hingga rasanya Audrina ingin mencium bibir Jasper.

Begitu juga dengan Jasper…

Tidak! Sadarlah Jasper! Wanita di hadapanmu ini adalah Putri Mahkota!

Dan ketika Audrina hendak membuka kancing kemejanya yang ketiga. Jasper menahan tangannya. “Yang Mulia, kau adalah putri mahkota. Wanita yang paling kuhormati. Aku mohon, kau tak perlu bersikap seperti ini.”

Audrina menepis tangan Jasper lalu mundur perlahan.

“Yang Mulia….”

“Aku benci mendengarnya!” Audrina memejamkan mata dan mengepalkan tangannya.

Jasper mengernyitkan dahinya. “Yang Mulia?”

“Yang Mulia! Yang Mulia! Aku benci saat kau memanggilku Yang Mulia! Panggil namaku Jasper! Panggil aku Audrina!” Audrina histeris sambil memukul tubuh Jasper berkali-kali. Dia lalu melampiaskan emosinya ke barang-barang yang ada di kamarnya. Sambil menangis dia menghancurkan dan membuat berantakan seluruh kamar.

Jasper lebih memilih diam membiarkan Audrina mengeluarkan emosinya, sampai akhirnya berhenti dan terduduk di lantai sambil menangis. Jasper mendekatinya.

“Pergilah!” Audrina melirik Jasper tajam. “Keluarlah dari kamarku sebelum aku mengerluarkanmu dengan tidak hormat!” perintahnya dengan marah.

Jasper menunduk dan keluar dari kamar sang putri mahkota. Audrina kembali menangis setelah Jasper keluar. Dirinya bersandar di sisi tempat tidur dan terduduk di lantai, kepalanya menengadah ke langit-langit kamar. Sebuah ide gila tiba-tiba muncul di benaknya. Audrina ingin melarikan diri dari istana! Lalu Audrina melihat sekeliling kamarnya yang berantakan, dia ingat kalau istana ini memiliki sebuah lift darurat yang langsung menuju ke terowongan bawah tanah, sebuah terowongan yang dibuat untuk berjaga-jaga kalau saja keluarga kerajaan harus melarikan diri dari bahaya.

Tentu saja Audrina tak mungkin kabur melalui pintu depan istana yang penuh dengan pengawal dan rasanya mustahil melewati gerbang depan istana tanpa diketahui siapapun. Kemudian Audrina berdiri, dia mengambil sebuah hoodie berwarna merah miliknya yang lalu dipakainya. Jika dia ingin melarikan diri, dia harus bergegas. Memakai lift darurat akan membuat alarm tanda bahaya di istana berbunyi itu berarti Audrina hanya punya waktu tujuh menit untuk segera berlari di terowongan sebelum para pengawal menyadari bahwa dirinya melarikan diri.

Ya! Aku akan melarikan diri dari istana! Ini hukuman untukmu, Jasper!

Sejenak Audrina ingin membawa tasnya, tapi kemudian dia putuskan tak membawa apapun kecuali dirinya sendiri sebagai putri mahkota. Dengan memakai tutupan kepala hoodie-nya, dia lalu menuju lift darurat yang terletak di ruang perpustakaan lantai tujuh istana, pintunya tersembunyi sempurna dibalik rak buku. Sesaat sebelum memasuki lift, Audrina menatap CCTV dengan tatapan penuh amarah.

Ϫ Ϫ Ϫ

Para pengawal istana terlihat panik saat alarm tanda bahaya berbunyi. Tak terkecuali Jasper yang langsung terbangun dari lamunannya karena memikirkan Audrina.

“Ayah, apa yang terjadi?”

“Ayah juga tidak tahu, Jas! Kita harus ke ruang keamanan sekarang!” Jasper dan Gustav kemudian bergegas menuju ruang keamanan.

“Apa yang terjadi?” tanya Gustav kepada salah satu staff keamanan, lalu dia dan Jasper melihat sebuah rekaman CCTV yang menampilkan Audrina memasuki lift darurat. “Kenapa putri mahkota memakai lift darurat? Apakah ada bahaya?”

Jasper berpikir keras lalu dia menduga sesuatu dan menggelengkan kepalanya dengan dahi berkerut. Tidak! Itu pasti tidak mungkin!

“Ada apa Jasper? Apa yang kau pikirkan?”

“Ayah, apa mungkin putri mahkota melarikan diri dari istana?”

Gustav membelalakkan matanya, dia kemudian memerintahkan beberapa pengawal untuk menuju ruang bawah tanah dan beberapa lagi menuju Kathedral Amuria.

Tepat pada saat itu, Ignacia, asisten pribadi Raja Andres memasuki ruang keamanan. “Gustav! Jasper! Yang Mulia Raja Andres memanggil kalian!” Mereka pun langsung menemui Raja Andres di ruang utama Istana Fuchsia.

“Sebenarnya apa yang terjadi di dalam istana ini? Kenapa alarm tanda bahaya berbunyi?” tanya Andres mencoba tenang.

Vi auffar, fura magista. Putri Audrina terlihat di CCTV masuk ke dalam lift darurat,” jawab Gustav.

“Audrina? Untuk apa dia memakai lift darurat?” tanya Andres mengkerutkan dahinya. “Apa ada hal yang berbahaya di istana ini hingga adikku sampai harus menggunakan lift darurat!?”

“Tidak, Yang Mulia. Aku menduga putri Audrina melarikan diri dari istana.”

“APA!!!” Kini Andres sangat terkejut. “Gustav! Apa kau sudah perintahkan pengawal istana untuk mencari adikku!?” tanyanya gusar.

“Saya sudah perintahkan seluruh pengawal istana untuk menyisir terowongan bawah tanah dan memeriksa kathedral, saya juga sudah menghubungi kepolisian Burgundy untuk menemukan putri Audrina. Yang Mulia tidak perlu khawatir.”

“Bagaimana aku tak khawatir Gustav! Adikku melarikan diri!”

“Apa kita perlu memberitahu masyarakat bahwa putri mahkota melarikan diri dari istana?”

“Tidak! Jangan gegabah Gustav! Pastikan seluruh pengawal dan kepolisian Burgundy menutup mulut mereka!”

“Sesuai perintah, Yang Mulia!”

Andres memijat dahinya lalu dia menatap tajam ke arah Jasper. “KAU!!!” Dia menunjuk dan mendekati Jasper. “Kau pengawal pribadinya! Bagaimana bisa hal ini terjadi! Hah!?” Andres dengan penuh amarah menatap Jasper dengan tatapan mengancam. “JIKA TERJADI SESUATU YANG BURUK PADA ADIKKU! AKAN KUCINCANG TUBUHMU! DAN POTONGAN-POTONGAN TUBUHMU AKAN KUBUANG KE LAUT MEDITERANIA! APA KAU PAHAM!?”

Jasper menunduk dalam. “Aras endirae, fura magista!

Ϫ Ϫ Ϫ

Audrina sampai di ujung terowongan. Napasnya tersengal-sengal. Segera dia menaiki tangga dan membuka pintunya perlahan dan dirinya kini ada di sebuah ruangan khusus pastor dan pendeta di dalam kathedral Amuria.

Ini pertama kalinya Audrina memakai terowongan bawah tanah keluar dari istana. Tetapi dia cukup tahu kalau terowongan itu membelah jalan raya utama Burgundy dan tembus ke kathedral Amuria De Gallardine yang tepat berada di depan Istana Fuchsia.

Celentina?” Seorang pastor kaget melihat Audrina keluar dari pintu rahasia yang memang hanya keluarga istana dan beberapa pastor juga pendeta yang mengetahui pintu itu.

“Bapa.” Audrina dengan cepat menghampiri pastor. “Aku mohon bantulah aku. Jika seseorang mencariku, katakan kau melihatku keluar dari ruangan ini dan tak tahu aku ke mana,” pinta Audrina menggenggam tangan pastor.

Celentina, apa yang terjadi? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi di istana?”

Audrina menggeleng. “Tidak Bapa, tidak. Tapi aku tak bisa menceritakannya padamu. Aku sedang terburu-buru, pengawal istana akan mencariku.”

Celentina.” Sang pastor memberi tanda salib pada putri Audrina seraya mendoakannya. “Semoga kau selalu dalam lindungan-Nya.”

Granisa, Bapa.” Audrina mengecup punggung tangan si pastor lalu tersenyum kemudian bergegas keluar dari kathedral. Dia memutuskan keluar melalui pintu belakang.

Sang pastor tampak khawatir dan kasihan kepada sang putri. Dia lalu menatap patung Bunda Maria menengadahkan kepalanya kemudian berkata penuh harap. “Kau lihat putrimu, Yang Mulia Raja Ignatius? Semoga kau bisa menjaga celentina dari atas sana.”

Dan benar saja, beberapa menit setelah Audrina keluar dari kathedral. Beberapa pengawal istana menyisir gereja tersebut. Mereka juga menanyai pastor dan pendeta yang berada di sana.

Tak jauh dari kathedral, di persimpangan jalan utama Burgundy, Audrina menghampiri salah satu vicallo. Sang penarik kuda sangat terkejut melihat putri mahkota berada di hadapannya kini. “Celentina Audrina!”

“Tuan, aku mohon. Bawalah aku pergi keluar dari kota Burgundy menggunakan vicallo-mu.”

“Te-tentu saja Yang Mulia.” Sang penarik kuda membuka pintu penumpang dan mempersilahkan Audrina masuk.

Granisa.”

“Yang Mulia, tapi kau ingin ke mana?”

“Ke mana saja tuan, asalkan menjauh dari kota Burgundy dan istana.”

“Yang Mulia, apa kau melarikan diri dari istana?”

“Tuan, aku mohon. Pengawal istana akan mencariku. Kita harus pergi sekarang!” tegas Audrina memberi perintah.

“Baiklah, Yang Mulia.” Si penarik kuda tanpa bertanya lagi membawa vicallo-nya pergi menjauh dari kota Burgundy menuju kota Amethyst.

Audrina memandang keluar dari jendela kecil vicallo. Pertama kali dalam hidupnya dia pergi dari istana seorang diri, sang putri tersenyum, dia menikmatinya, untuk sesaat merasa bebas. Dipandanginya orang-orang yang berlalu lalang sore itu hendak menyambut malam sambil perlahan menjauhi kota Burgundy.

Audrina mengembuskan napas perlahan dan memejamkan mata. Tak kusangka aku melakukan apa yang selalu aku inginkan!

Ϫ Ϫ Ϫ

------------------------------------------------------

Granisa : Terima kasih

Celentina : Putri/Putri mahkota

Vi Auffar, Fura Magista : Hamba meminta maaf, Yang Mulia.

Aras Endirae, Fura Magista : Hamba Mengerti, Yang Mulia.

Vicallo : Alat transportasi tradisional Gallardina. Sebuah kereta kuda (Vicar berarti kereta dalam bahasa gallea, sedangkan Caballo berarti kuda dalam bahasa spanyol)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top