01 | gara-gara twitter
Adakah hal yang lebih menyebalkan daripada dipaksa bangun pagi-pagi di saat mata baru terpejam beberapa jam sebelumnya? Juna rasa, pulang telat dari jam yang semestinya adalah jawabannya. Meski begitu, dia tetap menunggu dengan sabar di atas motor vario putihnya, dengan satu helm tergantung di spion selain yang sudah ia pakai.
Parkiran sudah mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang mungkin saja, milik anggota OSIS yang sekarang lagi beres-beres sehabis memberikan sosialisasi ekskul tadi. Hingga kemudian, seorang gadis berambut panjang dengan tas merah datang dari area sekolah. Juna berdecak, apalagi saat melihat anak itu menghampirinya dengan senyum malu—yang sumpah, bikin Juna bergidik geli.
"Ngapa lu senyam-senyum begitu? Kering, tuh, gigi lo!"
Tak disangka, Sharon malah nampolin lengan Juna yang memegang stang motor. Emang, namanya aja yang cewek, tapi kelakuannya kayak preman pasar senen. "Malu banget gue sumpah."
"Kenapa? Lo habis keselandung di depan kelas? Atau nggak sengaja nabrak tiang di lapangan pas bubar tadi?"
"Gue barusan habis disamperin Kak Heli," kata Sharon, nggak menanggapi tanya sarkas temannya.
"Heli?"
"Kak Heli alias Kak Helios, anak sebelas IPS 1!"
"Terus?"
"Gue deg-degan anjir!"
Dahi Juna mengernyit. "Bukannya lo lagi deket sama Kak Samuel?"
Boleh saja muka Juna biasa saja—semi salty pas nanya gitu. Tapi, jauh di lubuk hati terdalam, jiwanya serasa butuh minuman penyegar cap badak buat mengguyur rasa panas yang membara. Yah, namanya juga kejebak friendzone, mesti siap selalu jadi tempat curhatan cinta pujaan hati meski orangnya bukan diri sendiri. Lama-lama Juna jadi masokis suka sama, nih, orang.
"Gue belum selesai ngomong, ya, bangsat." Sharon mendesis nggak terima. "Kak Helios bilang, yang nanyain gue di base sekolah itu Kak Samuel anjir!" kata gadis itu diteruskan dengan menggebuk-gebuk lengan Juna, meluapkan seberapa rasa geli yang menyenangkan di perutnya.
"Base apaan?"
"Menfess twitter sekolah kita," jawab Sharon. "Lo, mah, kudet! Itu akun ig lo kalau ibarat rumah, pasti udah berhantu saking nolepnya!"
Juna yang baru tahu ada hal seperti itu, nggak bisa buat nggak penasaran. Sampai rumah, cowok itu buru-buru memasang aplikasi twitter di ponselnya, dan segera membuat akun. Awalnya, tampilan itu membuatnya bingung setengah mampus hingga ia meminta bantuan pada satu teman Juna yang kebetulan, bisa dibilang seorang seleb di dunia maya.
"Sob, lo datang ke orang yang tepat." Itu Kata Sho pas baru saja melepas jabat tangan mereka. Tentu saja, orang yang sampai ke ulu hatinya suka uang ini nggak akan mau rugi buat menghabiskan waktunya secara percuma buat mengajari Juna bermain twitter. Sho baru setuju pas Juna menyanggupi buat jadi guest star secara perdana di konten cowok itu selanjutnya.
"Sekarang gimana?" Juna menatap ponselnya dengan pandangan sakit kepala. "Ini tombol bulu buat apaan coba? Terus kalau gue mau nyari akun orang mesti pencet apa?"
Sho menatap Juna dengan kedamaian yang janggal. Mungkin heran di zaman kayak sekarang, masih saja ada remaja kudet perihal beginian. "Ini—" ia menunjuk ikon bulu, "buat lo bikin tweet. Yang mana orang bisa nge-retweet atau nge-like atau apa pun itu selama lo mengaktifkan semua ikon di bawah tweet yang lo buat."
Juna mengangguk. "Oke, terus kalau mau nyari akun?"
Sho memencet tanda kaca pembesar lalu menerangkan, "Lo bisa nyari di sini. Sama kayak sosmed yang lain, tapi di sini lo bisa liat yang lagi trending juga. By the way, lo mau nyari akun siapa?"
"Base sekolah kita."
Kayaknya kuping Sho kemasukan air pas renang tadi. "Apa?"
Juna menatap Sho tak sabar. "Base sekolah kita."
Meski agak membatin kecil ada apakah gerangan cowok modelan Juna yang biasanya nggak peduli apa pun selain mobile legend dan sepak bola tiba-tiba mau jadi tweetzen begini. Tapi, dia tetap menanggapi dengan mencari base sekolahnya. Dan Juna pun, melakukan eksplorasi.
Setelah beberapa menit, jempol cowok itu berhenti pada satu tweet yang menyebutkan nama Sharon. Ia tanpa ragu memencet tweet tersebut, ia disuguhi dengan berbagai macam komentar. Terutama, banyak yang menyebut dua akun yakni @inisharonnn dan @sam.31. Juna nggak bisa buat menahan matanya memutar malas.
Beberapa hari kemudian, saat Juna baru habis main futsal sama anak kelas lain sekalian memenuhi janjinya pada Sho, ia mendapati ponselnya terus bergetar dengan notifikasi dari aplikasi burung biru yang membludak. Juna jelas kebingungan, sampai besoknya, Sharon tiba-tiba datang menabrak pintu kamarnya dengan seruan, "HEH, ANJIR!"
"HEH, LO KETUK DULU NAPA?!" Juna membalas, kaget. "NGGAK SOPAN AMAT LO KEK JELANGKUNG!"
"LO BENERAN TEMEN GUE, KAN? YANG KALAU MAU BIKIN BOOMERANG DI IG, YANG OTOMATIS MALAH TANGAN LO DAN BUKAN KAMERANYA?!" Sharon nyelonong masuk. "KENAPA TIBA-TIBA LO JADI SELEB TWITTER JIR? PAKE AJIAN MANA LO? KOK, MANJUR AMAT?!"
Kadang, Juna heran gimana bisa dia suka sama cewek kayak gini. Cakep, sih, tapi ... "Gesrek."
"CEPETAN FOLLOW GUE NGGAK?!"
" ... "
"BISA-BISANYA LO PUNYA TWITTER GUE NGGAK TAHU!"
" ... "
"ASTAGA, LIHAT! FOLLOWERS LO KALAU DIDUITIN, BISA BANGET BUAT BELI BOBA EXTRA LARGE!"
Yah, gitu, deh. Hidup Juna yang awalnya selurus tiang bendera jadi bengkok 90 derajat sebab mendadak, dia jadi seleb twitter.
to be continued.
a/n yah gitu deh.
12/04/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top