003 : Rasi

"Masih masalah hantu lagi?"

Shizu melihat ke belakang, ke arah seorang pemuda yang kini tengah menggeser pintu kaca agar kembali menutup. Di tangannya masih terdapat gelas kaca berukuran sedang dengan bintik-bintik air memenuhi dinding luar. Ada lemonade yang mengisi setengah dari keseluruhan ruang dalam gelas. Shizu meneguk minuman itu dengan pandangan terpatri pada lelaki yang kini berjalan ke arahnya. Duduk di teras, tepat di samping kiri sambil sesekali mencabut rumput.

Pertanyaan yang sebenarnya cukup mengejutkan ketika keluar dari bibir si pemuda. Shizu pikir selama ini ia diabaikan. Maklum, topik yang ia bawa bukanlah sebuah hal yang bisa dicerna oleh nalar. Tidak logis, pada era di mana hal-hal magis tidak lagi dipercaya. Eksistensinya dikucilkan karena dianggap cacat logika.

"Bagaimana kau tahu?"

Lelaki tadi menoleh sekilas, lantas terkekeh lembut. "Wah, ternyata benar ya." Ia menatap langit dengan awan yang berarak pelan. Siang itu angin sepoi-sepoi menerbangkan anak rambut di sekitar keningnya. "Hm, mudah saja menebak apa yang kamu pikirkan."

"Kenapa begitu?"

"Karena kebiasaanmu tidak pernah berubah, hebat sekali. Konsisten," ucapnya diselingi tawa.

Shizu menatap sosok di sampingnya dengan takjub. Bagaimana bisa dia tumbuh menjadi lelaki sehebat ini. Begitu ceria seakan masa lalunya berupa vas yang terisi penuh dengan gula. Dia begitu mengagumkan, hari ini tidak pernah bisa ia bayangkan sebelumnya.

"Taehyung...."

Tatapnya pada awan kini beralih, diiringi sebuah senyum lelaki itu lantas menjawab panggilan tersebut. "Ya?"

"Terima kasih, dan ... tetaplah seperti ini."

Kendati dahi lelaki itu sempat mengernyit, jelas begitu kentara raut aneh diwajahnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena setelahnya, ia mengangguk dengan antusias. Sebuah senyum kotak ia perlihatkan. Kali ini Shizu bisa melihat betapa indah senyum yang sampai di matanya. Karena mata lelaki itu kini ikut tersenyum. Tersemat doa dalam dadanya, semoga senyum itu bertahan lama.

"Pertama, kembali kasih. Kedua, permintaanmu cukup sulit. Maaf karena aku tidak bisa menjanjikannya, tapi...." Taehyung menggantungkan ucapan. Ia kembali tertawa ketika raut gadis didepannya mendadak berubah murung. "Hei, aku belum selesai. Aku memang tidak bisa menjanjikannya, tapi aku akan berusaha semampuku untuk melakukannya."

Mata Shizu terasa panas. Ia mengangsurkan kelingkingnya, tapi Taehyung hanya geleng-geleng saja. Kedua alis gadis pemilik marga Jung tersebut saling bertaut. Taehyung mengangkat telapak tangannya, sambil membentuk kalimat dengan bibirnya tanpa suara. 'Aku tidak bisa'. Lantas lelaki itu memberi tanda dengan matanya agar Shizu fokus pada tangannya yang diangkat sejajar dengan wajah.   Gadis Jung itu menurut.

Sungguh, Shizu kesal pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia lupa jika pemuda itu telah lama kehilangan kelingkingnya?

***

"Sudah jangan dipikirkan terus."

Hoseok memberi lirikan tak bersahabat ketika kalimat itu memasuki rungu. Dari seorang pria yang kini sedang mengunyah permen karet rasa mint sambil sesekali menyemprot parfum. Memangnya dia pikir ulah siapa yang membuat mood-nya tidak karuan begini? Bahkan mualnya masih terasa sampai saat ini, tidak tahu kapan akan hilang.

Dasar, Min Yoongi sialan!

"Biar kutebak kau pasti sedang mengumpatiku bukan? Kesal setengah mati ya?" goda lelaki tak tahu diri itu sembari memasukkan parfumnya ke dalam tas. "Baunya sudah hilang bukan?"

Hoseok menggulirkan bola mata, malas sekali dengan pertanyaan tidak berfaedah seperti itu. "Sudah tahu adikmu membencinya, masih saja merokok."

"Ini sudah lumayan berkurang."

"Kalau bercanda padaku jangan keterlaluan. Berkurang dilihat dari sisi mananya?"

"Dari sisi ingin meninggalkannya, semakin berkurang," ucap lelaki Min kelewat santai.

"Dasar gila!"

Hoseok tidak mengerti bagaimana bisa semesta mempertemukan sosok Min Yoongi dalam hidupnya. Sosok lelaki dingin dengan keinginan dan prinsip yang begitu kuat. Dia pernah membaca postingan tentang ruh-ruh yang tertarik satu sama lain karena satu hal.

Tentu saja ucapannya kala itu berhasil menarik atensi dari Shizu, si pecinta hal magis. Yoongi juga pernah bilang jika setiap jiwa akan terkoneksi satu sama lain pada satu hal yang memang sama. Seperti magnet. Itulah sebab ada beberapa orang yang memiliki kecocokan dan langsung nyambung ketika saling berbagi cerita. Dan mereka akan saling terikat, bahkan bisa jadi seperti satu tubuh. Saat hal yang mereka sukai disentuh dan disakiti, jiwa-jiwa itu akan merasakan luka dan sakit yang sama.

Hoseok menunduk sambil menendang krikil kecil yang menghalangi langkahnya. Kalau dipikir-pikir apa yang diucap oleh sulung keluarga Min itu memang ada benarnya. Ia jadi teringat betapa miris dan serupa masa lalu yang telah dilalui mereka berdua. Seperti titik-titik cahaya di langit malam. Berdekatan kendati tidak beriringan. Ketika dari satu titik ke titik lainnya diambil garis, maka akan terbentuk sebuah rasi yang begitu megah dan indah. Kendati rumit.

Dan Hoseok berharap, setidaknya mereka berdua bisa membentuk rasi mereka sendiri. Siapa yang tahu jika ucapan dalam hati tadi telah diketahui Tuhan sejak lama. Hanya menunggu diucap 'tuk dikabul jadi nyata.

Hoseok tak pernah tahu.[]











































a/n:
Pendek aja yaa :"
Gatau sih ada yg nunggu apa enggak. Cast utama udah muncul semua yaa, kalau ada yang mau main tebak2an sama aku ayo tulis di kolom komentar ya. Aku akan apdet seperti siput huhuhu :((

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top