Back To Home

Author POV:

Keesokan harinya, pada sore hari, Roxane diantar keluar hutan oleh Masky.

"Jadi... apa kau akan datang lagi?" tanya Masky. Dia masih memakai topengnya.

"Tentu. Disini menyenangkan!" jawab Roxane sambil tersenyum. Dia tidak tahu, kalau dibalik topeng itu, pipi Masky merona.

Mereka telah sampai diluar hutan.

"Apa kau yakin bisa pulang sendiri?" tanya Masky.

"Iya, jangan khawatir. Aku tahu jalan pulang ke rumahku. Jadi, sampai jumpa!" seru Roxane sambil berlari menjauh.

"Ya. Sampai jumpa." bisik Masky sedih.

(Skip time~~~)

Roxane POV:

Yey! Akhirnya aku pulang!

Tok-tok-tok

"Reiner! Buka pintunya!" panggilku.

Cklek

"Kakak? Kenapa kakak baru pulang? Aku sangat khawatir!" kata Reiner.

Awww... ternyata adik kecilku khawatir padaku.

"Kakak hanya menginap di rumah teman. Sudahlah, tidak perlu dibahas." kataku sembari tersenyum.

"Oh ya, kak. Ada tamu disini." bisiknya pelan.

Hah? Tamu? Semoga bukan Leo.

"Wah. Selamat datang, Roxane."

Aku refleks menoleh. Tunggu dulu. Itukan...

"Toby?!" seruku tak percaya.

"Ya ampun. Tak perlu teriak begitu." kata Toby.

"Sedang apa kau disini? Bukannya kau sedang ada misi?" bisikku.

"Aku cuma mampir. Soalnya, misiku ditunda minggu depan." bisiknya.

"Mungkin sebaiknya aku keatas saja..." kata Reiner.

Apa dia pikir Toby adalah pacarku?!

"Tentu." jawabku.

Tunggu, kenapa aku mengiyakannya?!

Dia pun pergi dengan pipi yang merona. Ada apa dengannya?

"Jadi, apa kau akan datang lagi? Sally merindukanmu." tanya Toby.

"Mungkin besok. Oh ya, aku ingin menanyakan satu hal." kataku.

"Apa itu?" tanyanya.

"Apa kalian adalah para creepypasta?"

Heh! Sepertinya dia kelabakan mau jawab apa. Aku menanyakan pertanyaan yang tepat.

"I-itu...sebenarnya...uhh... Ya. Kau benar. Kami memang creepypasta, para pembunuh legendaris." kata Toby menyerah.

"Sebenarnya, tujuanku datang kemari adalah untuk mengajakmu bergabung dengan kami." sambungnya.

"Hah? Bergabung? Kenapa aku?" tanyaku.

"Karena menurut Slenderman, kau memiliki kekuatan tersembunyi yang luar biasa. Adikmu juga begitu. Kalian juga bisa tinggal di mansion kami." jelas Toby.

Astaga. Mimpi apa aku semalam? Aku diajak untuk bergabung dengan pembunuh. Kurasa aku akan pingsan.

"Mungkin akan kupikirkan lagi." kataku.

Dia kelihatan sedikit kecewa, tapi dia langsung berdiri.

"Baiklah, kalau begitu. Aku pulang dulu." kata Toby.

Aku mengangguk.

Setelah dia keluar dan menjauh, aku langsung membanting pintu karena emosi mendadak.

"Kak! Ada apa?! Apa dia melakukan hal yang macam-macam?!!" teriak Reiner panik. Ya ampun, aku belum pernah melihatnya sepanik ini.

"Tidak ada yang macam-macam. Lagipula, kenapa kau panik seperti itu?" tanyaku.

Dia terdiam sambil menggelengkan kepala. Pipinya masih merona. Ada apa sih? Apa jangan-jangan...

"Kenapa pipimu merona?" tanyaku to the point.

"Oh, ini. Tadi, pipiku terkena bola cat yang meleset ke pipiku. Sudah kucoba hapus, tapi masih berbekas." jawabnya.

"Oh, begitu."

Ya ampun... Aku sudah salah sangka.

"Nah. Kau masih belum menjawab pertanyaan pertamaku tadi." kataku.

"Aku panik karena dia terlihat seperti pembunuh yang muncul di berita kemarin." kata Reiner.

Aku hanya mengangguk. Sebaiknya, aku tidak memberitahunya soal hal ini.

Ah? Sudah jam segini? Sudah waktunya untuk tidur.

"Ayo, kita harus tidur. Besok kan sekolah." pintahku.

"Baik, kak." katanya.

(Skip time~~~)

Hmmm...ahh. Pagi yang indah. Akupun segera melaksanakan rutinitas pagi.

Selesai berpakaian, aku segera turun untuk sarapan. Kali ini sarapannya hanya mie instan karena aku yang membuatnya. Reiner sudah pergi duluan. Dia meninggalkan catatan di kulkas, katanya dia di jemput Leo.

'Haha... ternyata dia masih mengejarku.' pikirku geli.

Segera aku menyelesaikan sarapanku, lalu berangkat ke sekolah. Untungnya mobilku sudah diantar kemari.

Di perjalanan, aku masih memikirkan tawaran Toby kemarin. Apa sebaiknya aku bergabung saja? Atau tidak? Argh... membingungkan.

Akupun langsung melaju dijalanan.

(Skip time~~~)

Akhirnya sampai juga. Segera ku parkirkan mobilku dan berjalan ke dalam gedung sekolah.

Sesampai dikelas, aku langsung dikerumuni teman-temanku. SEMUANYA.

Aku hampir pingsan karena sesak napas. Untung saja Leo menarikku keluar dari kerumunan. Leganya.

"Ada apa sih? Kalian hampir membuatku kena asma!" marahku.

"Maaf, Roxy. Tapi, apa benar kau diselamatkan seseorang yang bertopeng di hutan itu?" tanya salah satu dari mereka sambil menunjuk ke hutan yang ada diujung jalan.

"Darimana kau tahu?" tanyaku heran.

"Aku." jawab seseorang yang ketakutan di pojok kelas.

"Sky? Kenapa?" apa-apaan dia... kalau sampai para guru tahu, aku pasti di periksa polisi.

Dia hanya terdiam dikelas. Sepertinya, dia trauma.

Sesaat kemudian, sang guru masuk.

(Skip time~~~)

Waktunya pulang!!!

Saat aku baru mau membuka pintu mobil, seseorang menepuk pundakku. Itu Toby.

"Jadi, bagaimana?" tanyanya.

Sempat ada keheningan diantara kami. Lalu...

"Aku bergabung."

============================

Fuah! Akhirnya lebih dari 500 kata!

Roxane telah bergabung dengan Creepypasta.

Saatnya sisi gelapnya keluar...

☆ Wait for the next chapter, okay? ☆

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top