My Nightmare (2)

Akh ya, saya mau cerita nih gan. Tapi bukan kejadian yang saya alami, melainkan kejadian orang lain yang lagi diceritain oleh teman saya saat bermalam di gunung Sumbing, Wonosobo pada Mei lalu.

Ceritanya tentang 3 orang trekker/pendaki yang pergi ke Ciremai, puncak tertinggi Jawa Barat. Mungkin beberapa dari kalian gak asing sama nama gunung yang orang bilang kalau gunung tersebut angker dan penuh misteri, belum lagi trek jalur Linggarjati yang gila banget. Saya memang belom pernah kesana, bahkan berniat pun belum ada.

Jadi begini ceritanya...

.

.

.

Malam itu, di tenda berisikan 5 orang, aku menggigil kedinginan. Di ketinggian yang hanya berjarak 50 meter dari Pasar Setan ini sudah membuat tanganku tak henti-hentinya gemetar hebat, bahkan perutku pun rasanya sakit mendadak entah mengapa, Gunung Sumbing benar-benar luar biasa dinginnya, pantas saja di siang hari cuacanya tetap sejuk. Nindy yang tidur disisi kiriku pun ternyata menggigil kedinginan juga, ia meringis dan merapat padaku, "Kak..." panggilnya lirih. "Nindy kedinginan, tindihin kaki Nindy dong." Aku menurutinya, dibandingkan denganku, keadaan dia benar-benar lebih parah, kakinya ikut gemetar membuatku tak tega jika harus menolak permintaannya barusan. Suara nafasnya pun terdengar sekali kalau ia kesusahan untuk mengatur nafas, "Dingin banget kak, gak nyangka."

"Tidur Nin, lupain aja rasa dinginnya." Ujarku mencoba membuatnya tenang, ia mengangguk nurut dan mencoba memjamkan matanya, dan gak berapa lama ia pun tertidur meski aku tahu tidur dalam keadaan seperti ini takkan pernah senyenyak tidur di rumah. Kini pandanganku beralih pada sisi kananku, Toni si kacamata itu sudah tertidur pulas setengah jam yang lalu, adik kelasku ini sepertinya sudah kebal dengan cuaca ekstrem dingin macam ini, dia sama sekali gak kelihatan menggigil. Dan saat aku melihat kebelakang punggung Nindy, ada Ica dan Agung yang juga sudah tidur, aku ingat sekali saat mau bersiap tidur tadi Ica rempong luar biasa sampai Agung yang teman sekelasnya itu ikut repot. Deuh, hanya aku yang sampai saat ini belum tidur, aku mendengus pelan dan mengatur nafas sambil memejamkan mata, kucoba menarik diri ini ke alam bawah sadar, namun...

"Di Gunung Ciremai itu..."

"Emang kenapa?"

Aku yang hampir tertidur jadi sensitive saat nama Gunung Ciremai disebut, mau bagaimana pun, aku ingat sekali kalau puncak tertinggi Jawa Barat itu cukup terkenal angker dan treknya yang parah mampus.

Aku tahu betul siapa yang sedang mengobrol didepan tenda sana, mereka Sabri dan Imron, dan sepertinya mereka sedang membicarakan hal tabu yang katanya gak boleh diceritain selama masih di gunung. Aku pernah denger dari temen, katanya sih, kalau lagi di gunung, gak boleh cerita-cerita kejadian mistis yang ada di gunung, kecuali kalau sudah turun dari gunung.

Karena hanya terdengar suara Sabri dan Imron didepan tenda sana, aku bisa mengambil kesimpulan kalau Bang Sigit dan Bang Deni yang juga rekan kami sudah tertidur di tenda lain.

"Jadi nih Bang, ada 3 orang yang lagi ngedaki Ciremai, semuanya laki-laki. Malemnya mereka nge-camp sebelum muncak, pas udah selesai makan dan ngobrol-ngobrol mereka pun mutusin buat tidur." Cerita Sabri memulai.

Rasa penasaranku meningkat.

Imron yang diceritakan pun menanggapi, "Terus?"

"Ketika udah pada mau tidur, tiba-tiba mereka denger suara gamelan, katanya sih jelas banget. Abis itu, ketiga pendaki itu pada diem, saling natap karena bingung, mereka pada ngomong kalau kayaknya gak mungkin banget di tempat tinggi macem gunung gini kedengaran suara musik gamelan dari desa, kalau pun itu emang asalnya deket dari camp-nya, orang gila mana coba yang mau play musik gamelan di gunung begini. Akhirnya 2 orang dari mereka penasaran berat dan mutusin untuk keluar dari tenda karena pengen nyari sumber suara. Sedangkan satu orangnya lagi gak mau dan lebih milih tidur, tarik sleeping bag , trus tutup kuping."

Panas, aku merasa telingaku panas mendengar cerita yang gak biasa itu. Sabri sialan, udah tahu ini di gunung, tapi tetep aja dia nyeritain hal itu. Aku juga bego, masih aja penasaran.

Imron yang orangnya emang irit bicara itu bersuara lagi, "Terus gimana lagi?"

Sabri menghela nafas, "2 temannya pada gak balik semaleman, yang tidur itu panic dan minta bantuan ama trekker lain yang kebetulan lewat camp-nya, akhirnya mereka ngehubungin Tim SAR Ciremai. Mirisnya, pas dicari-cari, 1 temennya ditemuin ada diatas pohon dalam keadaan pingsan. Sedangkan temannya yang lain jatuh ke jurang, dia mati."

Tenggorokanku tercekat, Robbana...

"Seusai kejadian itu, pendaki yang ditemuin nyangkut di pohon itu jadi stress, dia gak mau ngomong, Bang. Orangtuanya nangis mulu. Karena gak tega anaknya jadi kayak orang gila gitu, akhirnya ortunya mutusin pergi ke kuncen Ciremai sambil ngebawa anaknya yang udah 3 bulan stress itu."

Lawan bicara Sabri masih diam, sepertinya Imron deg-degan.

"Mungkin kalau kata kita ya, Bang. Orangnya mah disini, dalemnya mah disono." Lanjut Sabri. "Terus kuncennya bilang 'Maap ya bapak-ibu, saya gak bisa nolong, ikhlasin anaknya, ikhlasin. Biar ini gak jadi bebannya'. Ortunya pun nurutin kata kuncen-nya, mereka pun nge-ikhlasin anaknya, dan mau nerima apapun yang bakal terjadi daripada liat anaknya begitu mulu. Pas selesai mereka ngeikhlasin, anaknya pun langsung meninggal."

Setelah mendengar cerita itu habis, aku memutuskan untuk tidur. Aku tak berminat lagi mendengar cerita lain meski Sabri dan Imron masih bercerita. Rasa was-was menyelinap di hati, ini asli serem karena ceritanya menyangkut tentang gunung dan diceritain ketika pas banget lagi nge-camp di gunung.

Tapi aku bersyukur, selama pendakian disana tak ada yang mengalami kejadian-kejadian mistis apapun, walau aku harus mengalami cidera di kaki selama sebulan lebih karena jatuh pas turun gunung (╥﹏╥)

Hingga ketika sampai di kost seusai pulang pendakian, Ica yang sedang rebahan di kasur pun mendadak curhat padaku yang kebetulan sedang minum, "Kak, lu tau gak. Pas kita nge-camp di Sumbing kemarin, gw denger suara kayak gamelan gitu, masa'. "

Uhuk!

ヽ(゚Д゚)ノ dapuq.


####''

Eeehh, tapi yang trekker, jangan parno ama Ciremai. asal kalian beradab dan gak ngelanggar peraturan disana, bisa lah terjamin keselamatannya. Yang pasti gak boleh sombong dan ngerusak alam, intinya sih kalian harus selalu inget ama Yang Maha Kuasa.

Nah, ini post'an saya sampai untuk minggu-minggu kedepannya. yah, kalian pan udah pada tau klo minggu depan saya kudu jalan ke Malang. perjalanan panjang bakal dimulai...

Makasih buat do'anya guys, makasih banyak. Buat saya, kalian tuh bukan cuma sekedar readers, tapi temen...temen kasat mata(?) :D *ditabokin readers*

pokoknya, I love you Itachi and I love you guys!!!!!

cr photo by: rifaanfauzaan.wordpress.com

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top