(3)
Wangi manis permen menghiasi rumah-rumah di desa. Meskipun kebanyakan dihuni oleh warga lanjut usia, rupanya banyak pengunjung yang datang untuk perayaan Halloween malam ini.
Beberapa pekikan yang diikuti oleh tawa anak-anak sering terdengar. Sayangnya, Anabelle bukan salah satu dari mereka.
"Kau sudah berdandan begini, sayang jika tidak keluar," bujuk Joanne. Beberapa menit sebelumnya.
Ana menggeleng lagi, mengulang responnya terhadap ucapan mamanya. Ia Mengamati bayangan dirinya di cermin. Tidak ada senyuman dari bibirnya yang kini terpoles oleh lipstik merah. Rambut blonde dikepang dua dengan pita merah yang menghiasi. Ia mengenakan baju terusan berwarna putih dengan lengan puff pendek.
Persis, seperti karakter film horror yang memiliki nama yang sama dengannya.
Sebenarnya Ana tidak ingin berdandan. Tapi sang nenek telah menyiapkan baju dan aksesoris untuknya. Tidak tega rasanya menolak kemauan neneknya. Apalagi, ia disogok dengan satu loyang roti Barmbrack yang wanginya tak terelakkan bagi gadis 9 tahun itu.
Setelah selesai bersiap, Ana berjalan dan membuka pintu kamar. Sesaat kemudian ia berteriak histeris karena melihat wajah pembunuh psikopat menyambutnya di depan muka.
"Seth ...!" Terdengar suara Joanne memperingatkan putranya dari arah dapur. Terdengar juga kekehan nenek setelahnya.
Seth melepas topengnya. "Wahaha!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top