Untukmu Gadis Kecil

Untukmu Gadis kecil,

Apa kabarmu hari ini?

Ah, aku lupa ….

Pasti saat ini matamu sedang memicing dengan bibir mencebik. Kau terlihat garang dengan wajah seperti itu. Yakinlah. Ya … ya … aku salah. Maafkan aku.

Kau memang selalu tidak suka jika dipanggil dengan sebutan ‘gadis kecil’. Namun, bagiku kau tetaplah seorang gadis kecil, meskipun umurmu sudah 16 tahun. Umur yang kau anggap sudah cukup dewasa untuk mengenal cinta.

Bagaimana aku tahu? Anggap saja aku ini seorang cenayang.

Aku tahu, kalau kemarin kau diam-diam menulis surat untuk seseorang. Tidak perlu kaget seperti itu. Aku bahkan tahu seperti apa raut wajah dan detak jantungmu kala itu. Hei, aku bukan setan yang harus kau takuti. Sudahlah, kau tidak perlu menebak-nebak siapa aku. Bacalah semua tulisanku dan di akhir kau pasti akan tahu.

Tak perlu malu, itu wajar saja. Bukankah memang dia yang memberikan alamat rumahnya dengan suka rela? Ya, dia senior dari sekolah sebelah. Sosok tampan yang sering menjadi fokus matamu ketika berangkat sekolah.

Setiap pagi, kau sengaja berangkat lebih awal hanya untuk melihatnya saja. Itu sudah membuatmu merasa bahagia dengan pipi yang merona. Tak perlu mengelak, karena memang benar adanya.

Saat pertama kau mendapat surat balasan darinya, kau hampir memecahkan piring akibat melonjak kegirangan. Hahaha … ceroboh dan yang pastinya memalukan. Karena surat balasan itu malah datang ke sekolahmu, hampir semua teman sekelasmu menjadi heboh. Dan kau hanya mengulum senyum sembari menyembunyikan surat tersebut di saku bajumu.

Aku kira kau akan tetap menyukainya, ternyata kau malah begitu cepat mengubur semua perasaanmu. Dasar anak baru gede. Ah, aku salah lagi, kan? Kau sedang menggerutu tidak jelas pastinya.

Aku juga tahu kenakalanmu yang tidak akan pernah kau ceritakan pada ibumu. Huh? Kenapa kau menyebutkan sebanyak itu? Padahal, aku hanya akan menceritakan satu saja. Ya sudahlah, toh aku memang tahu semuanya.

Kau pernah bolos di jam pelajaran hanya karena menemani teman-temanmu makan di kantin. Hei, itu bukan bentuk solidaritas jika sampai harus melanggar aturan. Cobalah untuk lebih bisa memilah antara yang baik dan tidak. Bahkan kau harus berani mengatakan penolakanmu itu. Masih untung, ketika guru yang mengajar hanya menuliskan namamu di dalam daftar sementara anak nakal, bukan memangilmu ke ruang BP.

Adakalanya, kau harus menolak jika memang tidak mau. Tolong menolong itu dalam kebaikan, bukan dalam keburukan. Ingatlah itu. Tak apa kalau mereka—teman-temanmu—akan memusuhimu. Jelaskanlah secara lembut dan bijaksana. Seperti saat mereka mengajakmu bolos di pelajaran terakhir hanya karena tidak ada guru yang mengajar. Kau masih tak bisa menolaknya.

Teman yang baik itu yang akan selalu mengerti satu sama lain. Bukan memaksakan kehendak. Aku bukan bermaksud mengguruimu. Ini semua demi dirimu sendiri yang sering kali dimanfaatkan karena tak sanggup menolak permintaan orang lain. Terserah, jika kau tidak mau mendengarkan nasihatku. Karena suatu saat kau akan mengerti semuanya.

Baiklah, kau jangan marah dahulu. Satu lagi yang ingin aku sampaikan. Setelah itu kau boleh mengomel ataupun mengerutu, tak masalah.

Cobalah untuk lebih terbuka dengan orang lain. Ungkapkan perasaanmu, tentunya dalam batasan tertentu. Sudah cukup kau hanya diam menyendiri. Menghindar dari tatapan orang lain. Mengucilkan dirimu sendiri. Tak perlu malu dengan dirimu. Tuhan menciptakan setiap orang itu istimewa. Percayalah, di balik kekurangan itu pasti ada kelebihan.

Ubahlah sikapmu itu. Kau pasti bisa.

Baiklah. Aku memang sudah terlalu banyak bicara. Anggap saja aku ini seorang teman yang tak pernah kau temui. Jika kau ingin bertemu denganku, tunggulah 10 tahun lagi. Maka, saat itu kau akan mengerti dan memahami semua yang aku tuliskan untukmu.

Semoga kau bahagia. Jangan lupa tersenyum.

Sampai bertemu nanti, gadis kecil.

Written by pureagiest

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top