Pemilik Sejuta Rahasia


Untukmu, Ayah yang menyimpan sejuta rahasia dariku ....

Kau tahu apa yang kualami selama ini?

Ayah, aku menangis. Selalu menangis,

Kenapa kau tak pernah menghiraukanku?

Ayah, aku ini anakmu. Anak yang kau titipkan dalam rahim Ibuku.

Kau tahu rasanya tak pernah melihatmu barang sedetik saja?

Kau tahu rasaku ketika kau meninggalkan kami? Memilih bersama perempuan itu?

Ayah, tubuh kecilku ini sangat rapuh.
Kau tinggalkan aku sewaktu aku baru saja mengenal dunia. Sewaktu baru saja aku belajar menyebutmu 'ayah' dengan bibir mungilku.

Ayah, kau tak pernah berpikir diriku yang kecil itu menjadi dewasa seperti sekarang? Aku malu mengakuimu sebagai ayahku.

Di mana letak tanggung jawabmu? Di mana kau seharusnya menjadi sosok ayah yang harus menjaga putri kecilmu? Menjadi wali nikah putri kecilmu?

Hidupku susah, Ayah! Itu semua karenamu. Hidupku susah! Aku iri dengan teman-temanku yang memiliki boneka cantik serta baju bagus.

Ayah! Masih kau ingat ketika aku kecil kau pernah menelepon kami? Kau pernah berjanji ingin membelikanku sepeda? Sebuah barang yang selalu aku impi-impikan. Kau ingat?

Mana janjimu? Kau tak pernah membawa sepeda atau baju bagus itu. Aku berusaha mengumpulkan uang untuk membelinya. Namun kau tahu betapa marahnya aku waktu itu? Uangku hilang. Temanku mencurinya. Uang yang aku kumpulkan selama berbulan-bulan itu hilang dalam hitungan detik.

Lalu apa yang aku lakukan? Aku menangis, Ayah! Lagi dan lagi aku menyalahkanmu. Aku meraung meminta ibuku mengganti uang yang hilang. Namun apa yang Ibu lakukan? Dengan uang yang sedikit ia membelikanku boneka beruang. Boneka usang yang hingga kini aku simpan dengan baik.

Kami tak mampu membeli barang mahal, Ayah. Kami hanya mampu mengandalkan tabungan kami.

Aku marah padamu. Dalam sujudku aku meminta pada-Nya bukakanlah pintu hati ayahku. Ingatkan kami yang susah ini.

Ayah, jika tak ada Nenek, kami tak akan bisa hidup seperti ini sekarang. Nenek selalu memberikanku baju bagus. Baju yang kudapat setiap hari raya tiba. Aku tak mungkin bisa menabung jika Nenek tak memberiku uang jajan tambahan.

Ayah ... semua telah menjadi cerita. Aku mencoba ikhlas. Biarlah semua itu menjadi urusanmu dengan yang Maha Kuasa.

Semua itu telah aku kubur dalam-dalam. Sekarang namamu telah terukir di batu nisan itu.

Ayah, bolehkan aku senang melihatmu telah tiada? Bahkan aku tertawa keras mendengar berita kepergianmu. Aku senang pada akhirnya kau di semayamkan di negeri orang. Dengan itu aku tak perlu khawatir melihat tubuh kakumu di hadapanku.

Masa sekolah telah berakhir. Aku bersama ibu mengumpulkan uang dengan susah payah untuk biaya sekolahku.

Masa sekolah telah berakhir. Namun gelar 'anak yatim' aku per-oleh baru sekarang. Gelar itu tak berarti bagiku.
Andai kau pergi dengan cepat. Mungkin gelar itu sangat berarti bagiku. Dengan itu biaya sekolahku sedikit termudah kan.

Lalu sekarang, ingin kubawa ke mana gelar itu?

Ayah, apa alasanmu meninggalkan kami? Apa alasanmu meninggalkanku yang kecil itu?

Ayah, rahasia apa yang kau sembunyikan padaku?

Ibu, apa yang Ayah sembunyikan dariku?

Selamat Ayah. Kau pintar menyimpan rahasia. Rahasiamu kau bawa bersama kain kafan itu.

Selamat, Ayah.

Boleh aku berkata ... aku merindukanmu?

Selamat tinggal, Ayah.

Dariku anak yang kau telantarkan.

Written by kim_hoy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top