Berdarah

Duhai Dharma ....

Dapatkah sekiranya aku mengatakan rahasia ini kepadamu?

Derita yang senantiasa ingin  kusembunyikan dari swastamita tapi tak jua bisa.

Harusnya ini menjadi rahasia yang akan tersimpan selamanya.

Arunika adalah saksi atas kegilaan ini.
Rapuhnya perasaan yang kucoba tutupi dengan wajah bodoh.

Memalukan sekali karena aku seperti tengah berkeluh kesah seperti wanita.
Ah, aku bahkan ragu kalau empat puluh tahun lalu ibuku melahirkan seorang anak laki-laki. Jiwa ini terlalu lemah, hati ini terlalu sulit menerima.

Kukatakan padamu, kemarin ia meneriakiku dengan sebutan menjijikkan. Banci! Demikian katanya saat kukatakan hal yang kutahu akan menyulut amarahmu dan memancing Kavya untuk membunuhku saat ini juga.

Maya! Tentu saja dia yang melakukannya. Hanya gadismu itu yang berani sefrontal itu padaku. Tak pernah takut denganku padahal kau tahu, Dastan si tukang jagal terkemuka di Swarnadwipa kita ini saja tak pernah sanggup menatapku lebih dari lima detik. Kau ingat kasus pertama kita, bukan?

Kau ingat mengenai perbincangan beberapa tahun lalu tentang hibat?

Aku masih ingat kau mengatakannya dengan berapi-api, kalau hibat mestilah nirmala.

Vas bunga yang menjadi pembatas antara aku dan dirimu adalah saksi kita kala itu.

Ya, aku merasakan sebuah derau di sana. Bertanya-tanya apakah sebenarnya kau sudah mencurigai gelagatku. Sebuah gelagat yang tak ingin kubagi bahkan pada setan sekalipun.

Andai saja aku bisa meminta untuk tidak memiliki rasa ini ... tapi sesungguhnya rasa ini menyenangkan diriku.

Manusia memiliki hati yang tak pernah bisa ditebak.

Kita semua mengetahui bahwa penggenggam hati adalah Dzul Jalaali wal Ikraam.

Dapatkah kutolak perasaan yang bersarang ini? Bukankah itu anugrah?

Maka untuk menjaga anugerah agar tidak nista oleh dosa, aku menyembunyikannya dari dunia.

Kau sudah paham maksudku sampai di sini, Kapten?

Dapatkah kau menerima pengakuan ini jika kukatakan langsung?

Mungkin tidak, karena kau atau mungkin sebagian orang akan menilai buruk dan memunculkan prasangka yang mungkin saja benar jika itu beberapa tahun lalu.

Aku tidak pernah menyangka akan seperti ini jadinya.

Yaa, kehidupan memang lucu. Ketika Malikul Mulk menetapkan sesuatu yang tidak kita inginkan, maka sesungguhnya itu yang terbaik untuk kita.

Aku tidak pernah meminta untuk jatuh hati pada putrimu dengan Kavya, tapi Al Walidul Ahad sudah menetapkan begitu. Aneh, dulu ibunya, kini anak perempuannya.

2019. Medan, Sumatera Utara. Indonesia.

Written by @hanasitashona

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top