Chapter 8
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Tentang masalah itu. Kau tidak perlu menganggapnya serius. Itu hal kecil yang bisa aku lakukan untuk mengeluarkan orang yang memang tidak bersalah," ujarku santai.
Aku memang melakukan semua itu bukan agar Eun Woo berhutang padaku. Aku tulus membantunya bukan karena mengharap imbalan.
"Ah, lagi pula yang membuat cafe mu laris lagi bukannya siapa itu namanya. Mantan pegawai cafemu dulu dan pacarnya yang tampan."
"Maksudmu Jung So Min," jawab Eun Woo, tatapannya mengarah lurus ke arah jendela di luar rumah sakit. Semburat oren berarak cerah diluar sana.
"Lalu pacarnya yang tampan itu siapa? Ki Joong So?" kataku berusaha mengingat kembali nama seorang lelaki yang dulu membantuku dan Eun Woo mempromosikan kembali Long Last Cafe.
"Song Joong Ki."
"Nah itu dia. Kalau tidak salah dia guru sekolah menengah atas. Wajahnya yang luar biasa buat ukuran seorang guru membuat kita untung besar waktu itu."
Pikiranku menerawang ke kejadian satu minggu lalu. Seperti biasa aku selalu menjadi pelanggan setia di cafe Eun Woo. Hari itu merupakan akhir pekan, seharusnya akhir pekan adalah waktu paling ramai di sini tapi berbanding terbalik dengan hari itu. Cafe nampak lengang tidak ada satupun pengunjung.
Chae Young duduk di beranda sambil memegang dagunya. Beberapa waiters nampak duduk di sembarang kursi. Wajah mereka nampak kecewa.
"Ada apa ini? Kok tumben pada ngelamun ga jelas begini."
"Oh, kamu. Duduklah," kata Chae Young lirih.
Yang benar saja seorang Chae Young berkata dengan nada lirih dan tidak kasar sama sekali ini sebuah keajaiban. Pasti Tuhan sangat sayang padaku hari ini.
"Kalian yakin kalian semua baik-baik saja?" tanyaku sambil duduk di antara para waiters dan Chae Young.
"Haaahhh," hela semua orang.
"Apa aku salah bicara?" tanyaku tambah bingung. Ditanya apa jawabnya apa beh, sama sekali tidak membantu mengusir rasa penasaran di kepalaku.
"Ini semua gara-gara para pelajar itu," celetuk salah satu waiters. "Kalau mereka tidak seenaknya mengkambing hitamkan cafe ini untuk kepentingan mereka, tempat ini tidak akan sesepi sekarang."
"Para pelajar? Ah, maksud kalian para remaja yang salah satunya dibawa ke rumah sakit itu? Bukankah kasusnya sudah ditutup ya dan sudah terbukti bahwa tidak ada kandungan berbahaya di kopinya."
"Itu kan kita yang tahu. Bagi orang-orang yang hanya mendengar rumor dan bukan fakta. Kejadian waktu itu menjadi bumerang buat kita," sambung Chae Young.
"Hei, ayolah kalian jangan seperti ini. Lihat di sana ada pelanggan. Ayo segera layani mereka." Eun Woo nampak menengahi perdebatan bawahannya ini.
Dia juga terlihat sedikit kecewa dengam menurunnya pengunjung, namun dia masih bersemangat dan berfikir positif.
"Selamat siang, silakan menunya."
"Terima kasih."
"Permisi, apa anda bisa memebenarkan sedikit posisi bangku di sebelah sana. Terlihat kurang simetris. Ah, dan meja di sebelah sana. Jarak antar meja satu dengan yang lainnya juga kurang lebar sehingga membuat pengunjung kesusahan melewatinya. Bisakah kau membenarkannya juga?" kata seorang lelaki berparas menawan itu ramah.
"Please deh, jangan mulai lagi. Maafkan gebetan saya, dia memang orangnya terlalu perfecsionis. Kadang menyebalkan memang. Tapi dia tidak jahat kok," bisik pelanggan wanita yang datang bersama lelaki itu.
"Tapi hal sepele itu sangat menggangguku," tambahnya. Lelaki ini terlihat lebih formal dan kaku dibanding si wanita.
"Lalu bagaimana cara kita mencari pelanggan?" Suara Chae Young menggema sehingga menarik perhatian dua pengunjung baru itu. Si pengunjung wanita nampak berjalan mendekat.
"Permisi, apa ada yang bisa saya bantu?" Wanita cantik itu terseny seraya menawarkan pertolongan. Eun Woo langsung menengok dan berfikir sejenak sebelum dia mengucapkan sebuah nama.
"Jung So Min. Hai sudah lama ya. Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Eun Woo.
"Baik pak bos. Sekarang saya bekerja di Fab Cafe lumayan jauh dari sini. Kecintaan saya pada kopi membuat saya tidak bisa jauh-jauh dari kopi."
Aku hanya memandang keduanya dengan tatapan sedikit kesal. Apa hubungan dua orang ini. Mengapa Eun Woo begitu ramah pada wanita ini. Bukankah wanita ini datang bersama pacarnya tapi kenapa terlihat akrab dengan lelaki lain.
"Jangan panggil pak bos. Sekarang aku kan bukan bosmu."
"Baiklah. Apa ada masalah. Sepertinya masalah cafe ini sedikit rumit."
"Hei, boleh aku menyarankan sesuatu? Bagaimana kalau kita promosi di luar sana. Jika tidak ada pengunjung yang datang bagaimana jika kita menjemput bola. Kita datangi saja mereka," kataku mencoba memberi saran.
"Apa bisa kita menarik pelanggan dengan turun di jalan? Tapi itu bukan ide yang buruk," kata manager cafe yang ternyata dia juga sudah berdiri tidak jauh dari tempatku duduk.
"Bisa jika orang yang mempromosikannya setaraf para member BTS. Eun Woo dan lelaki itu sangat masuk dalam kriteria. Itu pun jika mereka berdua tidak keberatan." Dengan mantap ku tunjuk lelaki yang datang bersama dengan Jung So Min.
"Maksudmu Song Joong Ki?" jawab Jung Soo Min.
Ku anggukkan kepala dengan percaya diri. Jelas pasti laku keras jika yang berjualan Eun Woo, sudah tidak diragukan lagi pesonanya. Ditambah lelaki tampan berkemeja putih setengah formal itu. Wajahnya juga di atas rata-rata, wajah yang matang dan sangat menggoda.
"Tapi dia agak aneh. Kalian harus memakluminya ya. Akan ku bujuk dia. Pasti dia mau." Jung So Min langsung berjalan kembali ke tempat duduknya. Terlihat dia sedang membicarakan sesuatu, terjadi perdebatan kecil namun setelah itu sepertinya si lelaki mengangguk dan berjalan di belakang Jung So Min.
Rencana kamipun dimulai. Promosi kami berjalan lancar. Kami membagi menjadi beberapa tim, masing-masing berjaga di jalan yang selalu ramai dilalui para siswa dan pegawai. Khusus untuk Eun Woo dan Song Joong Ki mereka ditempatkan di tempat yang paling strategis. Paling banyak dilihat orang agar mereka tertarik.
Banyak siswa siswi SMA yang tertarik mencoba dan membeli. Para mahasiswi juga pekerja kantoran juga terlihat mengantri untuk membeli.
"Luar biasa sekali kekuatan wajah tampan itu," gumamku dalam hati.
Beberapa hari Song Joong Ki dan Jung So Min selalu menyediakan waktu untuk membantu promosi. Perlahan namun pasti, para pelanggan mulai kembali memenuhi Long Last Cafe.
Yah mereka memang pantas mendapatkannya. Kopi di sini sangat nikmat. Dibuat dari hati dan sangat teliti. Bagaimana mungkin ror yang tidak jelas itu mematikan semangat semua pekerjanya. Kerja keras tidak akan menghianati.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Cameo
Song Joong Ki
Jung So Min
Jika ingin tau kisah lengkap mereka silakan mampir di karya teman saya
RaN_96
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top