Chapter 7

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Rasanya badan ini sangat lelah setelah dua jam di ruang operasi. Syukurlah pasien sudah stabil. Hanya menunggu perkembangannya beberapa hari ke depan dan semuanya akan baik-baik saja.

Membantu di saat seseorang sedang berada diantara hidup dan mati itu sangat menguras emosi dan pikiran namun saat semua sudah baik-baik saja ada suatu perasaan yang sangat lega sekaligus bahagia. Perasaan yang selalu ingin aku rasakan setiap harinya.

"Kerja bagus dokter Chou."

"Kalian juga kerja bagus. Selalu laporkan setiap perkembangan pasien ini padaku. Jika terjadi komplikasi atau penolakan pasca operasi transplantasi segera lakukan tindakan terbaik," kataku pada perawat yang sedari tadi membantuku operasi.

Setelah membersihkan diri aku segera keluar dari ruang operasi dan berencana untuk segera pulang. Ingin rasanya segera mengistirahatkan badan lelahku ini.

"Kerja bagus dokter Nam. Anda memang luar biasa." Terdengar percakapan dari luar ruang operasi lain. Suara profesor Ling Mao. Aku yakin dia sedang berbincang dengan dokter yang malas sekali ku sebut namanya.

Dengan langkah cepat kucoba pergi sebisa mungkin. Aku jelas tidak mau jika harus mengobrol dengan kedua orang itu.

"Oh, dokter Chou. Rupanya anda juga ada operasi hari ini?" tanya profesor Ling.

"Ah, sebenarnya aku tidak ada jadwal operasi profesor. Karena ada pasien yang harus segera dioperasi dan tidak ada lagi dokter bedah yang siap, makanya saya datang."

Ih, kenapa profesor harus melihatku sih. Aku sidah berusaha supaya mereka berdua tidak menyadari keberadaanku.

"Dokter Chou memang hebat, benar kan dokter Nam?"

"Ah itu bukan apa-apa profesor."

"Anda benar profesor Ling Mao. Dokter Chou memang hebat juga cantik."

Wow, apa aku tidak salah dengar. Lelaki di hadapanku ini memujiku cantik. Astaga, dunia benar-benar sudah terbalik.

"Hahahaha. Dasar anak muda. Kalian silakan lanjut mengobrol saya ada operasi sebentar lagi." Senyum mengembang dari profesor, kerutan di wajahnya mengingatkanku jika beliau sudah tidak lagi muda namun stamina dan dedikasinya dalam membantu hidup mati manusia tidak bisa diragukan lagi.

Setelah berpamitan beliau langsung berlalu menuju ke arah ruang operasi di bagian paling ujung. Di sini ada kurang lebih sepuluh kamar operasi. Dimana masing-masing ruangan dilengkapi dengan peralatan medis yang mumpuni. Keunggulan rumah sakit ini juga adalah karena tingkat kegagalan operasi yang sangat rendah. Sehingga banyak masyarakat yang mempercayakan kehidupannya serta keluarganya di rumah sakit ini.

"Dokter Chou sudah mau pulang?"

"Iya dokter Nam. Sudah tidak ada lagi yang perlu saya lakukan di sini. Saya permisi."

Kuhela nafas panjang saat kakiku melangkah menjauh.

"Ya, Chou Tzu Yu. Apa benar kau sudah tidak mengizinkaku mendekatimu lagi?"

Ya Tuhan, suara dokter Nam Joo Hyuk menggema di lorong panjang. Mau tidak mau aku pasti bisa dengan jelas mendengar perkataannya.

Ku hentikan langkahku sejenak. Akan tetapi aku tidak mau menoleh ke arahnya. Sepersekian detik aku berhenti lalu aku mulai berjalan kembali meninggalkannya.

"Kali ini aku serius. Aku akan memperbaiki semuanya. Tunggu saja suatu hari nanti kau akan menengok lagi ke arahku."

Suara lelaki itu masih di sana. Namun hatiku sudah tidak mau lagi menerima apapun yang dia ucapkan.

Mengingat lagi kejadian dua setengah tahun lalu membuat hatiku sakit. Karena tidak hanya aku yang dia sakiti dahulu tapi seluruh keluargaku. Hingga aku kehilangan ibuku juga karena kejadian itu.

Setelah keluar dari ruang tunggu pasien operasi. Aku keluar menuju lobbi di lantai lima. Aku duduk di kursi panjang yang tampak lenggang. Kusembunyikan wajahku diantara kedua telapak tanganku.

Hingga ada sebuah tangan dengan sekaleng jus menjulur tepat di depan kepalaku.

"Kau pasti lelah." Suara yang familiar menyejukkan perasaanku. Aku langsung mendongak ke arah itu.

"Ah, Eun Woo, Anda masih di sini?"

Barista tampan itu kemudian menjatuhkan tubuhnya di sampingku. Dia duduk sambil meneguk minuman lain yang dibawanya.

"Karena aku masih khawatir."

Mukaku pasti sekarang sudah merah padam. Bagaimana tidak orang yang aku kagumi menungguku hingga berjam-jam hanya karena khawatir. Perasaan menyenangkan yang tidak bisa diukur lagi.

"Kau sakit? Wajahmu tampak merah, ayo aku antar pulang," kata Eun Woo sambil memegang dahiku.

"Ti... Tidak perlu. Pasti merepotkan Anda. Bukankah Anda harus segera kembali ke cafe."

Duh jantungku, hal seperti ini sangat tidak baik untuk kesehatan. Bila dibiarkan lebih dari ini entah apa yang akan terjadi padaku.

"Kau tidak perlu mencemaskan hal itu. Aku juga berhutang sesuatu padamu. Apa tidak boleh kalau aku ingin membayar hutang itu sekarang?"

"Hutang? Aku tidak merasa pernah meminjamkan uang padamu. Lagi pula bukannya Anda sudah memiliki banyak uang jelas tidak mungkin Anda berhutang padaku."

"Hutang tidak selalu berwujud uang. Hutang budi juga termasuk hutang yang kalau bisa harus dibayar di dunia ini."

Ku putar kedua netraku berusaha memahami apa yang dimaksud Eun Woo barusan.

"Masih ingat kasus pelanggan yang pingsan setelah meminum kopi beberapa waktu yang lalu? Cafeku tidak akan baik-baik saja tanpa campur tanganmu. Kami benar-benar berterima kasih. Berkat dokter, kasus itu ditutup dengan damai." Seulas senyum tersungging di wajah putihnya.

Kuingat kembali kejadian beberapa waktu lalu. Kasus kopi yang hampir merenggut nyawa seorang pemudi. Sebenarnya bukan kopi dari Long Last Cafe penyebabnya. Tapi kecemburuan dari salah satu teman si pemudilah yang menyebabkan kejadian itu.

Dua hari sejak seorang pelanggan cafe ditemukan kritis, polisi mulai mendatangi cafe dan menanyakan beberapa hal. Pengunjung cafe pun nampak menurun drastis karena kejadian itu.

Untuk urusan polisi aku memang bisa membantu dengan hasil uji laboratorium. Karena sudah pasti bukan kopi penyebabnya. Tapi ada zat kimia lain yang membuat gadis itu keracunan. Setelah diusut lagi zat kimia itu berasal dari lipstik milik si pelanggan. Yang ternyata sudah dicampur dengan zat berbahaya oleh salah satu temannya.

Zat itu bisa langsung bereaksi jika menyentuh mulut dan tertelan apa lagi dicampur dengan kopi reaksinya akan cepat sekali terlihat.

Teman gadis itu segera diamankan polisi dan dihukum dengan tuduhan percobaan pembunuhan namun si gadis tidak mau urusannya diperpanjang sehingga dia dengan suka rela memaafkan perilaku temannya.

Di dunia ini tidak ada kebaikan yang tulus menurutku. Pertemanan saja bisa dengan mudah rusak karena sifat iri dan kecemburuan. Cinta juga sesuatu yang mengerikan. Manusia bisa mencelakai manusia lain karena cinta.

Untung saja kasus itu segera ditutup. Dan cafe Eun Woo bisa dibuka kembali meski rumor buruk sudah terlanjur menyebar ke mana-mana.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

dr. Chou Tzu Yu

dr. Nam Joo Hyuk

Cha Eun Woo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top