Chapter 4
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"IGD hari ini nyaman sekali ya, benar-benar beruntung aku hari ini," ujar seorang perawat laki-laki berperawakan sedang. Ia dengan santainya duduk di kursi perawat smbil main game.
Nih orang minta ditendang apa dipulangkan secara tidak hormat, gumamku dalam hati.
Yah, tapi sekali-kali tidak masalah juga. Toh bukan aku gini pemilik rumah sakit ini. Entah mengapa hari ini ruangan yang selalu ramai itu terlihat lenggang alias sepi tanpa pasien sama sekali.
Di IGD sendiri ada satu pantangan yang memang mau percaya tidak percaya jika diucapkan akan berbalik keadaannya. Kalimat keramat yang diketahui seluruh tenaga medis di Soon Chun Hyan University hospital.
'IGD SEPI' kalimat yang akan menjungkir balikkan semua ketenangan di sini. Saat kata itu terucap dari salah satu dokter atau perawat jaga tak lama kemudian pasti deretan pasien berkumpul kek mau demo di tempat ini. Membuat kami para tenaga medis kewalahan menangani mereka semua sampe ayam berkokok. Males sumpah. Mana ada yang mau kerja rodi kek begitu.
"Dokter Chou, tumben hari ini dokter membawa kebahagiaan untuk kita semua. Sering-sering saja dokter jaga di IGD," ujar salah satu perawat jaga saat aku ikut duduk di depan mereka.
"Apa maksud kalian? Kalian mengejekku?"
"Bu... Bukan begitu dok. Hanya kebahagiaan hakiki ini sungguh-sungguh jarang kami dapatkan akhir-akhir ini," keluh perawat yang lain.
Iya juga sih. Beberapa hari ini pasien IGD membludak. Karena insiden ledakan di mall tak jauh dari pusat kota seoul. Juga insiden tabrakan beruntun di jalanan Itaewon. Lalu demonstrasi besar-besaran buruh sekitar sini. Membuat hari-hari mereka di IGD seperti neraka.
"Kalian harus baik-baik sama aku. Aku hari ini sangat wangi sampai membuat hidup kalian bahagia," ucapku santai.
"Tentu nyonya. Apa yang nyonya inginkan akan kami laksanakan demi ketenangan ini," jawab mereka kompak.
"Sepertinya latte art dari Long Last Cafe enak nih, lalu beberapa camilan manis akan menambah cita rasa kopi itu." Aku melirik sekilas ke arah empat perawat yang ada di kursi mereka masing-masing. Sejenak mereka saling pandang lalu salah satu dari mereka menawarkan diri untuk membelikannya.
"Kalau cuma satu sepertinya kurang pas bukannya di sini ada lima orang," kataku saat Daejong ingin meninggalkan tempat ini.
"Apa?" Dia tampak sangat terkejut. Aku tahu pasti apa alasannya. Mentraktir satu orang latte itu sama saja mengurangi uang makannya satu hari bagaimana jika beli untuk lima orang sekaligus.
"Baiklah kalau begitu, Dok. Tunggu sebentar," jawabnya lemas.
"Hahahaha. Ekspresimu lucu sekali. Aku ga akan membiarkan kalian yang belum menjadi sultan ini kesulitan karena aku. Aku yang traktir," kataku menyodorkan lembaran uang seratus won.
Lucu juga ngerjain anak orang. Apalagi mimik wajahnya tadi sungguh ketakutan.
"Tapi dok, apa dokter tidak merasa ada yang aneh. Padahal dulu saja tiap dokter jaga di sini pasien selalu saja hilir mudik. Hari ini sangat berbeda," kata Seo Lee perawat cantik yang tidak lebih cantik dariku tentunya. Akan tetapi aku mengakui kecantikan alaminya yang sampai membuat banyak tenaga medis di rumah sakit ini yang membicarakannya.
"Hush, siapa tau ini hari keberuntungannya dokter Chou Tsuyu," tambah perawat di sampingnya.
"Keberuntungan atau kesialan? Ups, maaf dok," jawab Seo Lee. Dia melirik takut ke arahku.
Mungkin benar aku akan sial hari ini. Tadi pagi saja udah telat datang. Ketemu mantan pula. Dapat tugas gantiin dokter yang ga masuk di IGD. Apesnya IGD sepi. Semoga ga akan ada lagi kesialan yang menimpaku hari ini.
"Selamat Siang semuanya." Seorang dokter berambut sebagian besar sudah beruban datang menghampiri kami. Dia terlihat sangat ceria. Senyum selalu mengembang di bibirnya.
Jarang-jarang melihat Profesor Ling Mao tersenyum. Ada apa ini, firasatku tidak enak. Profesor yang terkenal sangat kompeten dan tidak pernah sekalipun bercanda ini tersenyum itu pertanda buruk.
"Siang Profesor. Ada apa Anda datang kemari? Apa ada sesuatu yang penting?" tanyaku sesopan mungkin yah meskipun wajahku masih terlihat syok.
"Oh, dokter Chou. Apa kabar? Jarang sekali aku melihat anda jaga di IGD. Apa ada masalah?"
"Ah, bukan begitu profesor. Kali ini saya hanya menggantikan seorang teman yang mendadak ada kepentingan yang tidak bisa ditunda."
"Bagus-bagus. Anda dokter yang sangat berdedikasi dan setia kawan," puji profesor.
Yah, profesor tidak tahu saja sebenarnya aku juga ogah menggantikan jaga IGD kalau ga ada imbalan yang sepadan.
"Oh iya, kedatangan saya kemari. Saya ingin memperkenalkan dokter baru. Silakan masuk dokter."
Mendadak nafasku seperti tercekat. Dari belakang punggungku seperti ada aliran udara yang begitu dingin yang membuatku bergidik meski AC di ruangan ini sudah di set normal sama seperti hari biasanya.
"Kalian masih ingat Dokter Nam Joo Hyuk."
Bak disambar petir kata-kata profesor membuatku tidak ingin mengangkat wajahku dan menatap ke arahnya. Lelaki itu.
"Hallo, apa kabar?" kata lelaki berperawakan tinggi itu.
Seluruh mata para perawat wanita langsung berbinar melihat penampilan yang sangat menggoda dari dokter baru itu. Yah tampilan itu juga yang dulu membuatku jatuh hati padanya tapi itu cerita masa lalu. Sekarang rasa kagum sedikitpun tidak terbesit di pikiranku. Mungkin inilah yang sering orang sebut dengan mantan terburuk yang bahkan mendengar namanya saja membuatku mual.
Lelaki itu menunduk dan tersenyum ke seluruh orang di IGD tidak terkecuali ke arahku.
"Dokter memiliki prestasi segudang yang kalau mau disebutkan akan memakan banyak waktu. Beberapa tahun yang lalu dokter Nam dipindah tugaskan ke rumah sakit di luar negeri. Sekaligus beliau juga melanjutkan studi di sana. Kali ini dokter muda itu kembali ke rumah sakit ini. Sungguh dewi keberuntungan memihak ke tempat ini. Kita diberkahi tenaga medis yang sangat handal. Ada dokter Chou dan dokter Nam," kata profesor Ling membuyarkan lamunanku.
"Senang bekerja sama dengan dokter Chou. Kita akan sering bertemu," kata lelaki itu ramah.
"Aku harap dokter Chou dapat membantu dokter Nam jika beliau mendapat kesulitan." Profesor menepuk punggungku dengan keras lalu tertawa lepas.
"Mohon kerja samanya."
Aku hanya bisa tersenyum palsu di depan semua orang. Aku masih belum bisa melupakan perbuatan lelaki ini dua setengah tahun yang lalu. Mana mungkin aku akan berbuat baik padanya saat ini.
Sungguh kesialan yang sangat besar bagiku. Berada satu kerjaan dengan mantan. Lalu di serahi tugas untuk membantunya oleh atasan. Hari ini Tuhan pasti sedang marah denganku.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Profesor Ling Mao
Perawat korea
Mohon maaf
karena kemarin belum update. Sungguh pekerjaan di dunia nyata menyita waktuku.
🙏🙏🙏
Selamat membaca
❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top