chapter 12

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Sinar hangat mentari masuk dari balik tirai menembus mengarah lurus ke netraku. Membuatku menyadari bahwa sekarang bukan saatnya lagi terlelap dalam mimpi. Realita tidak selamanya seindah mimpi. Meski sekarang aku berdiri mengahadap sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan pun tidak akan mengubah bahwa setelah ini aku dihadapkan dengan laporan-laporan kinerja yang menumpuk serta hal-hal merepotkan lainnya.

Pertukaran dokter memang ajang yang sangat menyenangkan bagi dokter di pelosok untuk dapat mempelajari ilmu yang lebih bermanfaat di kota. Tapi kebalikannya bagi para dokter yang datang dari kota. Mereka disuguhi pemandangan yang sangat bertolak belakang dengan pekerjaan yang selama ini mereka kerjakan di kota.

Seperti saat ini, aku di tempatkan di rumah sakit yang cukup jauh dari pusat pulau Jeju. Meski pulau ini sangat terkenal ternyata di pinggiran daerahnya masih jauh dari kata memadai. Peralatan yang seadanya serta banyak tenaga medis yang tidak cekatan membuat performa rumah sakit kecil ini berada di bawah standar rumah sakit ideal di Korea Selatan.

"Selamat pagi dr. Chou," sapa seorang pria tua berbaju serba putih dengan snelli terpasang rapi di badannya. Meski terlihat kurang meyakinkan, lelaki itu adalah dokter penanggung jawab kami selama di sini. Yah, aku dan dr. Nam akan bekerja dibawah naungan profesor Nuo Song Gu.

"Pagi profesor," jawabku dan partnerku serempak.

"Karena saya ada operasi hari ini. Kalian akan ditemani oleh perawat Seo Sewon untuk berkeliling. Semoga kalian betah bekerja di sini," suara berat profesor sedikit bergetar.

"Baiklah prof. Kami akan berkeliling dan mempelajari situasi di sini dengan baik. Anda tidak perlu khawatir. Kami akan melakukan yang terbaik yang kami bisa di rumah sakit ini," kata dr. Nam sopan.

Dalam hal ini aku sedikit bangga bisa berpasangan dengan lelaki ini. Meski di permasalahan yang lain dia sangat tidak bisa ditolerir. Namun dia begitu baik dalam hal berkomunikasi dengan atasan ataupun orang yang baru dia temui. Sedikit berbeda denganku.

"Mari dok saya antar berkeliling."

Perawat Seo menjelaskan masing-masing ruangan dengan begituendetail. Tidak lupa kami menanyakan beberapa peralatan yang seharusnya ada di sini namun kami tidak menemukannya sama-sekali. Pertama kami tidak begitu peduli. Mungkin mereka hanya meletakkan di tempat khusus. Ada juga peralatan yang sudah tidak layak untuk dipakai berkaitan dengan Sterilisasi dan keamanan pemakaian.

Menurutku banyak yang janggal dari rumah sakit ini. Yah, aku juga tidak bisa melakukan apapun, hanya bisa berasumsi menurut apa yang aku lihat. Mau melapor juga tidak cukup bukti. Sementara aku ikuti saja aturan main di tempat ini, selama tidak membahayakan nyawa pasien menurutku tidak apa-apa.

"Ah, untuk alat itu," kata perawat Seo terbata-bata. Dia terlihat kurang nyaman dengan pertanyaanku ini.

"Sebenarnya rumah sakit ini hanya memiliki alat itu sebanyak dua alat namun karena usia alat yang sudah begitu tua sehingga benda itu lama-lama rusak dan hanya diletakkan di gudang."

"Kalian tidak mengajukan permintaan bantuan alat kesehatan ke rumah sakit pusat?" tanyaku tidak habis pikir. Meski rumah sakit ini jauh dipelosok paling tidak mereka masih bisa meminta pertolongan dari rumah sakit pusat di distrik mereka.  Lalu rumah sakit yang lebih besar seharusnya mau membatu.
"Ka.. kami sudah mencoba. Tapi mereka selalu berkelit sedang di proses kami diminta untuk menunggu lagi hingga dana turun."

"Apa? yang benar saja. Nyawa manusia tidak bisa menunggu. Bagaimana jika pasien di sini membludak dan mereka membutuhkan alat itu. Dokter Nam bisa minta tolong hubungi profeaor Yun Seojin? Beliau pasti mau menolong kita menyediakan fentilator oksigen untuk kita."

"Baiklah akan aku coba."

Dari pintu depan UGD terlihat tiga orang perawat mendorong ranjang berisi pasien yang sudah berdarah-darah.

"Pasien kehilangan kesadaran."

"Cepat."

Mereka mendorong dengan tergesa-gesa. Seolah berkejaran dengan malaikat maut.

"Yang bertugas di UGD saat ini dr. Kang Min Ji, lelaki itu memang malaikat di departemen bedah, sepertinya hari ini akan baik-baik saja." gerutu perawat Sae.

"Siapa dr. Kang itu?"

"Dia salah satu dokter terbaik di sini dok. Jadi dokter tidak perlu khawatir. Dr. Kang pasti akan menangani pasien itu dengan sempurna," kata perawat itu dengan santai. Wajahnya seolah meremehkan keseriusan luka dari pasien itu sendiri.

"Begitukah? apakah kami boleh melihat kinerja dokter hebat itu sekarang?" tanya Lelaki di sebelahku.

Nih orang mau ngapain lagi sih. Ihh, ga biasanya mendengar dia memuji kemampuan orang lain di luar kemampuannya sendiri.

Perawat Seo bergegas mengikuti langkah cepat kami menuju UGD.

"Bagaimana kalau kita lihat dulu kemampuan mereka," bisik dr. Nam ingin tahu.

Aku mengangguk. Jujur aku juga penasaran dengan kinerja rumah sakit ini.

"Pasien baru datang. Dia korban kecelakaan. Di bagian perut sebelah kiri tertusuk benda tajam diduga salah satu bagian dari kendaraan."

Semua perawat serta dokter berlari menuju pasien. Mereka bergegas mengecek tanda fital dan kondisi fisik si pasien.

Aku dan dr. Nam melihat dari sisi yang agak jauh.

"Coba jelaskan kondisinya," tanyaku seraya mengikuti rombongan ini masuk ke ruang UGD.

Tugas pertama kami sebenarnay memang untuk mengontrol dan mengawasi pasien di UGD. Tugas awal yang merepotkan sebenarnya.

"Dia korban kecelakaan dok, di perutnya ada luka tusuk," jawab salah satu perawat yang tadi ikut mendorong pasien.

"Tekanan darah pasien?"

"Sistolny 60. Sebentar lagi tekanan darahnya tidak bisa terdeteksi."

"Aku harus tau seberapa dalam lukanta agar aku bisa mengobatinya," gumam dr. Kang.

Lelaki itu terlihat cukup cekatan untuk ukuran dokter di pelosok.

"Pertama kita lakukan intubasi trackea lalu CT scan."

"Baik."

Wah apa-apaan dokter itu. Pasien tidak boleh di CT Scan. Gegabah sekali. Sebelum aku maju ternyata dr. Nam sudah mengambil langkah yang sama terlebih dahulu .Dia menerobos ruang IGD dan membuat keributan. Lalu merobek paksa kaos pasien.

"Kalian lihat memar di dadanya kan? Apa kalian sudah bisa menebak penyebab kacaunya tekanan darah pasien dan kenapa dia pingsan?"

"Tamponande Jantung?" Gerutu dokter Kang.

"Eh tekanan darahnya turun." Salah seorang perawat menyahut dengan nada panik.

Seluruh orang di UGD nampak sangat pucat dan panik. Mereka seperti menerka-nerka apa yang harus mereka lakukan berikutnya.

"Apakah kami boleh mengambil alih semua situasi ini?" Dengan sopan aku meminta kesediaan mereka untuk menyerahkan semua permasalahan ini pada kami.

"Ta.. tapi?"

"Ini bukan lagi masalah jaga image. Ini masalah hidup dan mati. Saya dan dr. chou bisa membantu menyelamatkan orang ini. Kami lebih berpengalaman menangani kasus seperti ini. Saya mohon ijinkan kami menanganinya.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top