3. Sekelas

"Kamu tunggu dulu disini ya."

Ernest tersenyum tipis dan mengangguk patuh pada Bu Bernad, guru biologi yang juga akan menjadi wali kelasnya. Andai saja Darwin ada disini, sudah pasti abang nya itu girang punya wali kelas mengajar biologi.

Setelah itu ia berdiri di depan pintu, sementara Bu Bernad sudah masuk ke kelas. Dari luar ia dapat mendengar suasana kelas yang berisik dan seketika hening saat Bu Bernad berbicara dengan guru yang sedang mengajar di dalam kelas.

Tak lama kemudian, Bu Bernad sudah muncul lagi dan berdiri di depan Ernest.

"Ayo masuk, Ernest." perintah Bu Bernad tanpa memberi jalan untuk Ernest lewat.

Ernest menggelengkan kepala nya. "Engga mau ah, Bu."

"Loh kenapa? Jangan kaya anak TK dong masa harus ibu temenin kamu perkenalan! Ibu kan masih harus mengajar."

Ernest menghela nafas pelan. Ternyata yang bego disini bukan diri nya saja, sekolah yang menarik.

"Gimana mau lewat, Bu? Kan badan langsing Ibu bikin saya engga bisa masuk." Ernest melemparkan senyuman manis. Berharap guru nya tidak tersinggung.

Bu Bernad menepuk bahu Ernest, lalu tertawa kecil. "Duh maaf, Ibu khilaf. Cuma kamu loh yang bilang badan ibu langsing, ternyata mata kamu engga minus ya. Ibu pergi dulu ya, jangan terpesona sama badan ibu yang terlalu langsing ya."

Setelah itu Bu Bernad berpamitan karena dia juga harus kembali mengajar dan dia melangkah pergi meninggalkan kelas tersebut.

"Ckck, bohong sekali-kali sama guru engga dosa kali ya. Abis bikin guru seneng juga di bilang langsing."ucap Ernest pelan.

Suasana kelas mendadak membuat Ernest tidak nyaman berdiri di depan kelas. Terutama para siswa-siswi menatap dia dengan pandangan aneh. Memang nya salah ke sekolah pakai tas hello kitty.

Ernest dapat mendengar beberapa suara orang tertawa yang di tujukan pada nya dan Ernest hanya memberikan respon dengan senyuman manis.

Karena menurut Ernest hari pertama sekolah berpenampilan aneh adalah cara paling ampuh agar ia di jauhin dari cewek-cewek genit berwajah kuntilanak.

Ernest menatap ke pojokan kelas, terlihat Elena sedang menatapnya dengan tajam. Ernest mengedipkan sebelah mata nya genit. Tidak sia-sia tadi ia bernego dengan Kepala Sekolah agar sekelas dengan Elena.

"Silahkan kamu perkenalkan diri kamu,"suruh pak Cahyadi.

"Perkenalkan nama saya Ernest Hansel Meschach, terus saya udah engga cadel lagi, dan hari ini saya pake kolor hello kitty berenda eh salah warna pink." Ernest tersenyum malu-malu.

Seketika tawa seisi kelas pecah mendengar perkenalan Ernest yang seperti orang idiot.

"Bodo amat! Aing engga peduli, dan engga mau tau juga. Faedah nya apa sih? Lagian engga ada yang peduli sama daleman situ mas!!"teriak Elena di pojokan kelas.

"Alah bilang aja kalau kamu nafsu, mba!"balas Ernest tersenyum miring.

"Idih engga mungkin! Gue tuh suka pisang yang panjang, bukan pisang pendek terus lembek macam situ." Sinis Elena dan mendapatkan tatapan tajam dari Pak Cahyadi.

"So tau lu, Elena monkey. Mau cobain pisang gue?"tantang Ernest santai. Karena tadi ia sudah menyiapkan sebelum masuk ke kelas.

"Ogah, pisang lu kw sih engga ori,"ejek Elena sambil menjulurkan lidah nya.

Ernest mengeluarkan sesuatu dari tas nya. "Tadaaaa!!"ucap nya menunjukan selembar kertas A4 dan terlihat ada gambar pisang disana.

Suasana kelas tiba-tiba hening. Bahkan Pak Cahyadi menghela nafas kasar.

"Nambah lagi siswa idiot di kelas ini."ucap Pak Cahyadi pelan, namun masih dapat di dengar oleh Ernest.

"Terniat yang tak berfaedah."celetuk salah satu siswa.

"Gimana? Gede kan pisang gue, Elena?"tanya Ernest tersenyum sombong.

Elena memegang kepala nya. "Aku dimana? Aku siapa? Pisang ini panjang gak?"ucap Elena pura-pura amnesia sambil memegang pisang di tangan nya.

"Kamu di Taman Safari, kamu adalah orang utan, dan pisang kamu besar. Sebesar otak mu engga ada isi nya."balas Ernest kesal.

"Kurang ajar. Otak gue bukan engga ada isi nya, cuma kurang pinter doang. Puas?!"

"Maka nya belajar! Makan pisang mulu sih, mana muka udah kek monkey gitu."

"Ngaca, mas! Otak situ juga bego, mana pantat lu tepos lagi."

"Stop! Kalian berdua keluar dari kelas saya, dan kalian datang ke ruang BK. Bilang mau ikutan CCP."perintah Pak Cahyadi tegas.

"CCP apaan tuh Pak?"tanya Elena penasaran.

"Cerdas Cermat Pisang, kalian berdua sesama kurang waras mending ikutan lomba itu aja."saran Pak Cahyadi agar dia dapat melanjutkan menerangkan materi tadi.

"Duh, bapak kalau muji bisa aja. Saya kan jadi malu di puji gitu, apa lagi di hari pertama sekolah." Ernest menutup wajah nya dengan kedua tangan.

"Itu ngehina halus bukan muji! Dasar bego." Elena benar-benar kesal dengan tingkah laku Ernest.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top