Bara Tuh Cintanya Sama El
Cinta itu datangnya tiba-tiba. Kalau pake permisi nama promosi. Itu kata Bara kalau Geo selalu bertanya mengapa dia mencintai seorang Eliandra Shabira.
El itu ibarat apa yah? Kalo kata Justin Bieber "my sunrise of the darkest day..." Kayak gitulah. El itu matahari terbitnya Bara. Datang menyinari, walaupun redup walaupun lemah, cahaya itu menghangatkan Bara.
Kapan pun, dimana pun, dan apa pun itu, kalau menyangkut El, Bara pasti akan berusaha untuk menjadi bagian dari hidup seorang Eliandra Shabira. El adalah makhluk Tuhan yang ada untuk Bara, setidaknya itulah yang Bara tanamkan dalam pikirannya.
"Lo bohong." Ucapan itu membuat Bara mengernyit bingung.
"Dari mana gue bohongnya coba? Masa hal sekecil itu gue bohong ke elo sih? Gak ada gunanya" Bara mendorong tubuhnya kebelakang dan kemudian berayun ke depan, "Kalo lo berpikir gue pengen dapat simpati dari lo, itu namanya cemen!!!" Bara berseru kuat agar El mendengar suaranya yang tertabrak angin.
Saat ayunan memelan dan berhenti, Bara berdiri dan berjalan di hadapan El, ia meraih tangan gadis itu membimbingnya ke tempat dimana ia memarkirkan sepeda motornya.
"Lo... Serius?" Mata itu menyorotnya tajam. Bara yang ditatap seperti itu seketika grogi. Tatapan El itu udah kayak katana tahu gak, tajam setajam katana lah pokoknya!
"Y-ya iyalah, gue gak suka bohong untuk hal-hal seperti ini."
El terdiam dengan wajah yang merenung keras. Bara yang melihatnya mendengkus tidak suka, tangannya dengan lembut mengusap kernyitan dari dahi gadis itu.
"Lo gak harus berpikir keras untuk hal-hal yang gak penting dalam hidup lo" jeda, jempol besar cowok itu membelai pelan kening El, "Yang harusnya lo pikirin itu adalah untuk nyerah dan mencintai gue balik, gue mulai lelah menunggu loh, mwahaha"
Bara tertawa dan berbalik, "gue lelah, tapi gue gak boleh nyerah!"
*****
El mencebikkan bibirnya sebal. Harusnya saat ini mereka berada di kafe tempat anak-anak OSIS berkumpul, bukan malah makan sate dipinggir jalan! El menatap Bara ganas dan mendesis keras, "Lo mau nyulik gue kan?! Iya kan?!"
Tuduhan dari El diangguki Bara lempeng, gak marah ataupun jengkel. Cowok itu dengan semangat memakan sate kambingnya dengan lahap. Antara lapar sama rakus, El aja bingung.
"Makan aja elah, kapan lagi gue traktir lo makan mewah kayak gini" ucap Bara menatap El yang masih saja cemberut.
Iya sih, Bara itu kedekut kalau sudah membahas makanan. Jarang sekali cowok tersebut mau membeli makanan untuknya, sedangkan jajanan yang sering Bara beli saat jam istirahat saja minta duitnya dulu. Hmph!
"Tapi nanti lo mau di omongin anak-anak kalo bolos acara kayak gini?"
Bara memutar matanya sebelum bersendawa dengan kuat bahkan sampai beberapa kali, El memukul bahu cowok itu kuat karena malu jadi bahan perhatian pembeli lain.
"Ya elah baru gitu aja lo udah stress, kalo lo hidup hanya untuk mendengarkan apa kata orang lain bagus lo jadi psikiater, lo dengarin deh puas-puas omongan pasien lo!" El merenung mendengar perkataan Bara yang sedang mencungkil daging sisa di giginya dan berkaca lewat layar handphonenya.
Gak sopan emang. Untung El sabar.
"Udah ah, kuy ke kafe!" Ajak Bara dan dengan seenak jidat meninggalkan El yang masih merenung.
Setelah gadis itu sadar, ia dengan terburu-buru menyusun barangnya dan hendak beranjak pergi. Namun sebelum pergi seseorang menahan tangannya. Saat El menoleh seorang bapak dengan lugas berkata, "Dek, satenya belum dibayar"
.
.
.
"BARA SETAN!!!"
*****
7.59 Rab, 5 Jun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top