Part 3

**

     Gadis berambut cokelat itu membuka lokernya, memasukkan beberapa barang dan catatannya, mengabaikan keriuhan yang sedang terjadi diujung ruang loker yang menarik perhatian nyaris seisi sekolah.

Melirik Arloginya sebelum mencari sosok kaku yang mungkin saja ada diantara lautan manusia diruang loker raksasa ini.

Mencari gadis bernama Clara James yang kini berjalan dengan kepala tertunduk kearahnya, Anna menaikkan alisnya menyadari seragam gadis manis itu dipenuhi noda kekuningan.

"Clara?"
Gadis itu tersentak, terbelalak saat menyadari Anna berdiri dihadapannya.

"A-ada apa?"
Anna tersenyum kecil sebelum menarik lengan Clara agar segera mengikutinya.

"A-anna?"

"Bersikap biasalah Clara, aku tidak akan menggigitmu."
Clara menelan salivanya gugup menyadari beberapa pasang mata meliriknya atau bahkan melemparkan tatapan penuh peringatan secara terang terangan kearahnya.

"Tapi.."

"Ayo kekantin."
Clara benar benar tidak bisa menolak, Anna mungkin tidak akan menggigitnya tapi penggemar Grayen bersaudara itu jelas akan membunuhnya.

"Hai Baby Ann!"
Seruan itu membuat Clara tersentak, menyadari Anna yang melangkah dengan tatapan tak pedulinyaa melewati kerumunan yang entah sejak kapan terbentuk diujung ruang loker ini.

"Hai."
Bisikan pelan itu mengalun sama sekali tidak berniat menghentikan langkahnya atau bahkan sekedar menoleh.

Clara menahan nafasnya saat pria dengan senyum jenakanya yang menyapa Anna tadi menghalangi jalan mereka.

"Jangan ganggu aku Gerald"
Pria itu terkekeh pelan, seolah tidak peduli suasana menegangkan dibalik punggungnya.

Suasana mengerikan dimana Arash sedang menunduk menatap pria malang terduduk disudutkan keloker dengan tatapan tajamnya.

"Jawab aku keparat."
Desisan mengerikan itu menggema seiring suara bedebum keras saat sepatu Arash menghantam pintu loker tepat disamping kepala pria itu.

Tidak ada satupun orang yang terlihat berniat untuk menolong pria malang itu, hanya tatapan iba dan penuh omong kosong.

Dua langkah dari tempatnya, seorang pria berambut curly sedang berjongkok tidak peduli dan bersandar pada loker dengan mata yang terus terpaku pada tablet ditangannya.

Siapa lagi jika bukan Marko sipenggila Gadget, yang hanya melemparkan tatapannya sejenak pada Anna sebelum kembali menatap layar datar ditangannya.

"Gerald, kau ingin Arash meledakkan mobilmu lagi?"
Seorang pria dengan senyuman hangatnya menyela seraya merangkul bahu Gerald.

"Aku hanya bertanya Ruhan."

"Hai Anna."

"Hai."
Clara menahan nafasnya merasakan pipinya yang menghangat hanya karna melihat senyuman hangat itu.

Bagaimana bisa Anna bertahan dengan aura seperti ini disekelilingnya?

Aura mengerikan dari Arash.

Aura jenaka dari Gerald.

Aura aneh dari Marko.

Aura hangat dari Ruhan.

Dan Aura misterius dari Carter yang entah sejak kapan ada disamping Arash dengan buku yang terbuka ditangannya.

Clara mulai merasakan jemarinya yang dingin berkeringat dan Anna yang terlalu peka membuat gadis mempesona itu kembali menariknya meninggalkan kerumanan dengan acuh tak acunh tanpa satu katapun dari bibirnya.

Gadis itu bahkan tidak memberi tanggapan pada Gerald yang berteriak kearah mereka, lebih tepatnya pada Anna.

"Kami akan menyusul!"

**

Anna menatap Clara yang duduk dengan gugup dihadapannya, sekali kali meliriknya dengan takut sebelum menyuapkan makanannya kedalam mulutnya.

Sejauh ini Anna belum tahu posisi Clara, apa dia adalah sekutu atau musuhnya dan semua itu akan ditentukan beberapa jam lagi.

"Clara?"

"I-iya?"
Anna memberikan senyum kecilnya agar gadis dihadapannya setidaknya bisa bicara dengan menatap matanya tanpa gugup sedikitpun.

"Jangan gugup."
Clara meringis pelan sebelum menyeruput jusnya, well siapa yang tidak gugup ataupun salah tingkah duduk bersama seorang Grayen seperti Anna dengan ratusan pasang mata yang sejak tadi menghunus punggungnya.

"Aku ingin bertanya."

"Bertanya?"
Anna nyaris tertawa mendengar pekikan kecil Clara yang sepertinya cukup terkejut.

"Bagaimana menurutmu tentang Arash?"
Clara menelan salivanya susah payah, menggerakkan jemarinya menyelipkan beberapa helai rambut panjangnya kesisi daun telinganya.

Anna tersenyum.

"Mengerikan."

"W-what?"
Anna tertawa kecil, tawa yang merdu hingga Clara menahan nafasnya saat menatap Anna.

"Mengerikan?"
Clara mengangguk kaku, Anna tersenyum tipis berpikir jika Clara akan mengatakan hal lain tentang Arash sebelumnya.

Mengerikan?

Ia tidak akan menyangkalnya.

"Kau lihat wajahnya tadi?"

"Memalukan."
Suara berat yang saling melempar ledekan ataupun umpatan itu merasuki indra pendengaran Anna dan Clara.

"Hai Baby Ann, kita bertemu lagi."
Anna hanya melirik sekilas ke arah Gerald yang duduk disisi kanannya dan mengabaikan sosok mengerikan yang sempat menjadi topik pembicarannya dengan Clara yang duduk disisi lain tubuhnya.

"Dan siapa si manis ini Anna?"
Clara memerah saat Ruhan duduk disampingnya berhadapan dengan Gerald dan melemparkan senyum ramahnya kearah gadis lugu itu.

"Clara James"
Gumaman pelan itu membuat Clara tersentak menyadari Carter yang duduk disamping kanannya berhadapan dengan Arash yang seperti biasa hanya menyebarkan aura mengerikan dan tatapan tajam membunuhnya.

Para pria ini benar benar..

"Boleh aku memanggilmu Clara?"

"B-boleh."

"Kau benar benar manis, perkenalkan aku Ruhan Alexandru Cruis."
Clara kembali memerah membuat Ruhan tersenyum dan Gerald terkekeh sebelum ikut memperkenalkan dirinya.

"Aku Gerald Verozdan, yang paling tampan disekolah ini."

"Menjijikan "
Anna berbisik pelan membuat Gerald terkekeh seraya merangkul bahu Anna.

"Tapi aku memang tampan Baby Ann."

"Tanganmu Gerald."
Gerald terkekeh saat Arash tanpa belas kasih menepis, menyingkirkan tangannya.

"Iya tuan muda Grayen."
Arash sama sekali tidak peduli dengan nada mengejek Gerald yang kini kembali terkekeh.

"Carter."

"Apa?"
Sahut pria itu tanpa mengalihkan perhatiannya pada buku yang terbuka dihadapannya, Anna menghembuskan nafasnya melihat Clara yang makin salah tingkah.

"Perkenalkan dirimu."

"Namaku Carter."
Gerald mulai gemas, peringatan saja tidak cukup untuk pria satu itu.

"Carter"

"Akh! Damn it Arash!"
Carter mengumpat seraya mengusap tulang keringnya sementara Arash menaikkan alisnya yang membuat pria itu makin terlihat tampan.

"Bukan aku."

"Lalu-"
Tatapan Carter lau terjatuh pada Anna yang menatapnya dengan tatapan tanpa rasa bersalahnya.

"Aku."
Carter menghela nafasnya lalu menoleh kearah Clara yang benar benar salah tingkah disampingnya.

"Baiklah aku Carter Danovan, panggil saja Carter."
Carter tersenyum tipis sebelum kembali membaca bukunya membuat Gerald mendengus dan Ruhan menggelengkan kepalanya.

"Jangan tersinggung okey."
Clara menunduk makin dalam merasa wajahnya yang memerah hingga ketelinganya.

Memalukan.

"Dimana Marko?"

"Entahlah, aku sudah menariknya dari ruang loker tapi sepertinya dia tersangkut entah dimana."

"Dia itu benar benar."
Gerutu Gerald, memang seperti ini diantara mereka berlima hanya ia dan Ruhan yang akan terlibat dalam obrolan yang cukup normal itupun jika Arash memang sedang dalam suasana hati yang bagus untuk bicara.

"Kau tidak memperkenalkan dirimu Arash."
Mata tajam itu bergerak menghunus Gerald sebelum melirik Clara yang masih menunduk.

Ada apa dengan gadis itu?

Apa lantai sangat terlihat begitu menarik hingga ia terus saja menunduk?

"Kami sudah berkenalan."

"Oh."
Gerald mengangguk lamat lamat sebelum meminum jusnya yang akhirnya membuat keheningan yang cukup panjang dimeja mereka.

Clara masih dengan debaran jantungnya yang menggila dan Anna yang begitu serius menghabiskan makanannya.

"Anna"
Suara berat milik Arash menggema membuat Gerald saling melemparkan tatapan dengan Ruhan, Carter bahkan menghentikan kegiatannya meskipun kedua matanya masih terpaku pada susunan kata yang mulai berantakan dikepalanya.

"Apa?"
Anna berbisik pelan sama sekali tidak beranjak dari kegiatannya.

"Aku tidak akan pulang."
Gebrakan keras itu membuat Clara tersentak dan beberapa orang terkesikap.

Anna mengusap sudut bibirnya dengan anggun sebelum menoleh dan menatap Arash dengan tatapan dinginnya.

"Tidak akan pulang?"
Arash menyeringai dan membalas tatapan Anna dengan tatapan tajam membunuhnya.

"Kenapa?"

"Kenapa?"

"Aku ada urusan."

"Urusan kau bilang?"
Suara Anna mulai meninggi meskipun untuk ukuran orang biasa itu suara yang cukup normal dalam berbicara, tapi tidak untuk Anna.

"Apa yang salah?"

"Kau lupa pesan Ayah."
Arash mengedikkan bahunya tidak peduli, Anna mendengus dan bergegas bangkit membuat Clara yang sejak tadi terpaku menahan nafasnya tersentak dan ikut bergegas bangkit.

"A-anna"
Anna menoleh, melemparkan senyum tipis kearah Clara seolah peristiwa baru saja sama sekali tidak pernah terjadi.

Tidak pernah ada.

Gadis mempesona itu berbisik pelan, namun ada kilat penuh misterius dimatanya sebelum melangkah dengan anggun meninggalkan Clara yang masih terpaku disana.

"See you to night Clara"

Hah?

**

Jangan Lupa Vomment

Maaf typo

Siera.

**

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top