6. Ingin Balikan

Hai, selamat sore
Jangan lupa vote sebelum baca ya
Komentar sebanyak-banyaknya juga


***

"Kak Farran." panggil Gita.

Farran yang baru keluar dari kelasnya berhenti lalu berbalik. "Manggil gue?"

Gita berlari kecil mendekat pada pria tampan berlesung pipi itu. "Jonathan ada gak?"

"Kak Jonathan." Koreksi Farran.

Gita mengibas-ngibaskan tangannya tak peduli. "Ada gak?"

Farran memanjangkan lehernya pada jendela kelas. Dan menemukan Jonathan sedang duduk di pojokan kelas bersama Fauzan, Kaline dan beberapa anak lain. Ia geleng-geleng kepala, Kaline anak kelas lain tapi lebih sering berada di kelasnya.

"Ada tuh sama Kaline dan yang lainnya," jawabnya.

Gita tersenyum ramah. "Boleh minta tolong panggilin gak?"

Farran laki-laki tampan paling baik hati seangkatan kelas 12 itu mengangguk. Berjalan ke depan pintu kelas yang terbuka, memanggil Jonathan sambil melambaikan tangan.

Jonathan yang sedang main ludo bersama Kaline, Fauzan, dan Gerry menoleh. "Ada apa?"

"Ada yang nyariin nih," teriak Farran.

Jonathan menjatuhkan kakinya yang sebelumnya duduk bersila di atas meja. Memakai sepatunya asal. Memakai sepatu belel itu layaknya sendal dengan cara menginjak bagian belakangnya. Menghampiri Farran sambil menghapus coreng moreng bedak di wajahnya karena berkali-kali kalah main ludo.

"Siapa?" tanya Jonathan setelah berada di hadapan Farran.

Farran menyingkir membuat Jonathan bisa melihat dengan jelas siapa yang mencarinya.

"Gita."

Gadis yang resmi menjadi mantan kekasihnya kemarin pagi itu tersenyum. Terlalu manis seolah tidak pernah terjadi diantara mereka berdua. Seperti lupa bahwa kemarin dia sudah memutuskan hubungan dengannya.

"Yaudah yah, orangnya udah ada." Ucap Farran pada Gita lalu beralih pada Jonathan. "Gue pergi dulu." Pamitnya.

"Ke perpus lagi lo?" tanya Jonathan.

Farran hanya tersenyum sambil mengerling jahil. "Pacar gue pasti udah di sana."

"Heran gue, jomblo kok ngaku-ngaku punya pacar di perpus sih. Gila kali lo."

"Udahlah, diem aja kalau gak tahu." Tukas Farran.

Jonathan kemudian mengangguk. "Kalau emang pacar lo berwujud, entar kenalin sama gue ya. Siapa tahu bisa gue rebut."

"Rebut aja kalau bisa." Setelah itu Farran beranjak dari sana meninggalkan Jonathan dan Gita di depan kelas.

Jonathan sejenak menoleh ke dalam kelas. Tepatnya pada Kaline yang tengah tertawa terbahak-bahak saat mencoret wajah Fauzan dengan bedak. "Ada apa?" tanya Jonathan terdengar santai.

"Aku yang mau aku omongin." Katanya.

Lagi-lagi Jonathan melirik ke dalam kelas. Kalau Kaline tahu Gita menghampirinya gadis itu pasti marah besar. Tanpa sadar Jonathan meraba lehernya teringat ancaman Kaline tadi pagi di kantin.

"Ngomongin apa lagi?" klasik. Jonathan seperti meniru apa yang seseorang katakan di film-film saat dia tidak ingin segera menyudari pertemuan.

Gadis itu menarik kelingking Jonathan, menggenggamnya ragu-ragu. Jonathan melirik jemari mungil Gita yang memegangi kelingkingnya. Ingin melepaskan tapi ya sudahlah.

"Yaudah, tapi jangan di sini." Ucap Jonathan kemudian berjalan lebih dulu dengan Gita mengekorinya.

Setelah berada di koridor yang cukup sepi Jonathan menghentikan langkah kakinya. "Mau ngomong apa?"

Gita menunduk. "Aku mau minta maaf." Katanya.

Sebelah alis Jonathan terangkat. "Maaf untuk?"

"Seharusnya aku gak salah faham. Aku harusnya percaya sama kamu."

"Terus?"

"Kalau aja temen aku gak bilang kalau Kaline sering buat masalah sama mantan-mantan pacar kamu sebelumnya sampai putus, aku mungkin gak bakalan minta putus. Aku udah buat kesalahan besar karena udah percaya sama Kaline."

"Jadi maksud lo Kaline pembuat masalah?" tanya Jonathan membuat Gita mendongak kaget karena suaranya tiba-tiba meninggi.

"Eng...Engga... gitu..."

"Enggak gimana?" Jonathan melipat tangan di depan dada. "Mulut lo sendiri yang bilang kalau Kaline sering buat masalah. Lupa?"

Gita mengerjap, bibirnya seperti hendak mengatakan sesuatu namun akhirnya bungkam.

"Maaf bukan maksud aku bilang kayak gitu." Ujar Gita setelah terjadi keheningan selama beberapa detik.

Jonathan hanya menunggu karena sepertinya Gita belum selesai dengan ucapannya.

"Aku nyesel udah minta putus dari kamu kemarin." Gita menjeda kalimatnya. Menatap Jonathan disertai senyum lebarnya. "Kamu mau balikan sama aku?" tanyanya.

Jonathan memutar bola mata. Jadi ini alasan Gita ingin bertemu dengannya. Sudut bibirnya terangkat sebelah. "Maaf."

Gita tampak kaget atas apa yang Jonathan katakan.

"Gue gak bisa." Lanjutnya. "Kaline pasti bunuh gue kalau balikan sama lo. Dia gak bakalan suka kalau gue balikan sama lo."

Jonathan melihat mata Gita berkaca-kaca sebelum gadis itu menunduk.

"Sepenting itukah pendapat Kaline buat lo?" tanya Gita dengan suara bergetar.

"Jelas. Kaline berarti banget buat gue."

Gita mendongak dengan matanya yang berair. Jonathan merasakan sedikit perasaan bersalah sudah membuat anak orang menangis.

"Apa lo pernah beneran suka sama gue?" tanyanya.

***

"APA!!" Kaline hampir saja menyemburkan indomie yang tengah dikunyahnya saat Jonathan menceritakan bahwa tadi siang Gita mengajaknya balikan.

Jonathan menggeser minuman ke hadapan Kaline sambil tangannya yang lain menari-nari di atas stik PS.

"Udah gak waras tuh cewek!" umpat Kaline. "Tapi gak lo terima kan?"

"Enggak lah!" jawabnya dengan tatapan tak lepas dari layar datar di hadapannya yang menunjukan game sepak bola. "Sama aja gue serahin nyawa gue sama lo."

Jonathan hanya meliriknya melalui ekor mata saat Kaline bangkit dari sampingnya. "Mau kemana lo?"

"Kesini." Jawab Kaline yang sudah berpindah duduk di sofa yang bagian bawahnya menjadi sandaran punggung Jonathan. Kaki Kaline menyilang dan menggunakan kepala Jonathan sebagai meja tempat menyimpan mangkuk indomie.

Suka keterlaluan emang anak ini, batin Jonathan namun sama sekali tak menegurnya. Hanya membiarkan kepalanya menjadi meja mangkuk indomie itu sambil berharap tak ada kesialan yang menyebabkan mangkuk itu berbalik.

"Bagus deh lo gak balikan sama burung hantu itu."

"Burung hantu?"

"Matanya gede banget." Kaline bergidik. "Ihh serem banget. Apalagi pas kemarin lo tanding, bedaknya tebel banget anjir. Kayak mochi aja mukanya."

"Gue juga beryukur lo putus sama anak mami itu." Balas Jonathan. "Bisa-bisa nanti kalau ada apa-apa bukannya dia lindungin lo malah dia yang bersembunyi di bawah ketek lo."

Kaline tertawa terbahak-bahak.

"Eh, emang dia mau." Ralat Jonathan. "Ketek lo kan bau mana mau dia sembunyi di ketek lo."

"Gue siram kepala lo pake kuah indomie mau?" ancam Kaline.

Jonathan tertawa terbahak-bahak. Menyimpan stik PS nya. Mengambil mangkuk indomie Kaline dan menyimpannya di samping tubuhnya.

"Kalau lo siram gue cium lo." Jonathan menyeringai sambil merangsek duduk di samping gadis itu.

Kaline malah tertawa.

"Cium apa? Ketek gue?" candanya.

Jonathan mendekatkan wajahnya, lebih dekat lebih dekat. Kaline memicing, tiba-tiba mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dan...

Seketika Jonathan lari tak tentu arah dan berakhir di kamar mandi.

"Ketek lo busuk banget sumpah!" teriak Jonathan dari arah kamar mandi. Disusul suara muntah-muntah.

Kaline tertawa terbahak-bahak. "Siapa suruh cium ketek gue!"

***

Makin gemess sama mereka berdua. Uuu....

Ini cewe yang keteknya bau

Si malang yang nyium ketek Kaline


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top