40. Pegang Tanganku Jangan Lepaskan
Hai, selamat siang
Jangan lupa makan
Ini chapter terakhir lho hiks
Vote sama komennya jangan lupa ya
***
Satu minggu setelah kepergian Tamara, Yeji setuju untuk pindah ke rumah mereka. Kaline sendiri yang meyakinkan kekhawatiran Yeji bahwa dengan ia pindah semua akan baik-baik saja.
"Yeji takut." dua kata itu terus keluar dari mulur Yeji.
"Takut kenapa?"
"Yeji takut."
Kaline mulai kehilangan kesabaran. "Iya takut kenapa?"
"Yeji takut temen-temen di sana juga gak suka Yeji sama kayak temen-temen di sini."
Dada Kaline serasa ditonjok sesuatu. "Apa maksudnya?" Kaline duduk di samping Yeji, di atas ranjang kecil yang berseprai hello kitty.
"Temen-temen di sana juga pasti gak suka karena Yeji gak punya ayah."
Kaline menggigit bibir bawahnya keras-keras berusaha menahan dorongan air matanya. Pasokan udara serasa menipis membuat dadanya sesak. Kenyataan bahwa selain menderita karena ia dan Lana membuangnya, tak mengakuinya sebagai adik, Yeji juga merasakan siksaan lain dari teman-temannya. Di ejek dan tidak disukai karena tidak mempunyai ayah.
Walaupun begitu akhirnya Yeji setuju untuk pindah walaupun masih dengan sedikit kekhawatiran. Karena rumah ini hanya memiliki tiga kamar, Kaline terpaksa harus satu kamar dulu selama satu tahun ke depan bersama Yeji.
"Kak Lana bentar lagi nikah," ucap Kaline sambil memindahkan baju dari rak paling bawah lemarinya supaya bisa digunakan untuk menyimpan baju adiknya.
"Beneran!" Jonathan yang sejak tadi tiduran di ranjangnya sambil main handphone tanpa membantu proses beres-beres barang Yeji tiba-tiba saja terbangun.
Kaline mendecih, "Iya."
"Sama siapa?" tanya Yeji yang sedang menatap buku pelajarannya di meja belajar, di samping buku-bukunya. Sama seperti kamar, Kaline juga harus berbagi meja belajar dengan Yeji.
"Kak Praga." Kaline bergerak menghampiri koper pink Yeji. Menatap sekilas Yeji lalu kembali fokus memasukan pakaian Yeji ke dalam lemari. "Yang waktu itu dateng ke pemakaman ibu kamu."
"Yang ganteng itu?" Yeji berbinar.
Dilihatnya Jonathan memutar bola mata terlihat jengkel.
"Denger." Kaline bekacak pinggang, bola matanya mengarah dengan tampang mengejek pada Jonathan. "Yeji aja bilang Kak Praga ganteng."
"Ganteng apanya. Mirip gorilla gitu mukanya."
Kaline melempar kaos Yeji dan tepat mengenai wajah Jonathan. "Elo yang mirip simpanse."
Pria itu melemparkan balik kaos tersebut pada Kaline. "Tapi, gapapa. Yang penting dia gak suka sama lo. Tapi sama kakak lo," ejek Jonathan sambil menjulurkan lidahnya.
"Gue nya aja yang ngalah dan gak usaha buat dapetin Kak Praga. Lihat aja kalau gue usaha, Kak Praga pasti bakalan bertekuk lutut sama gue dari dulu."
"Eh! Apa lo bilang?" tahu-tahu Lana berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang. Menatap Kaline dengan tatapan yang sangat mengerikan. "Udah punya Jonathan aja masih kegatelan."
"Kak Kaline sama Kak Jonathan pacaran?" tanya Yeji dengan tampang kebingungan.
Kaline dan Jonathan saling pandang. Kemudian tersenyum.
"Pacaran gak ya?" gumam Jonathan sambil kembali membaringkan tubuhnya malas-malasan.
Kaline mendecih sebal. Keinginannya untuk menimpuk Jonathan dengan baju di tangannya diurungkan karena ponsel di saku celananya berbunyi.
"Siapa?" Jonathan seketika menegakan tubuhnya saat melihat Kaline yang mematung begitu melihat nama si penelpon.
"Pacar gue." Kaline mendelik sebal kemudian berlalu keluar dari kamar.
Yeji menatap Lana dan Jonathan secara bergantian. "Jadi pacarnya Kak Kaline itu Kak Jo atau siapa?"
"Pacarnya simpanse." Jawab Jonathan sambil beranjak dari tempatnya menyusul untuk menyusul Kaline.
***
"Gimana kabar Yeji?" tanya pria di ujung sana.
"Gue gak yakin, Suf. Kelihatannya dia baik-baik aja, tapi Yeji pinter banget nyembunyiin perasaannya. Gue gak tahu di dalamnya dia seperti apa."
Ya. Yang menelponnya adalah Yusuf. Alasan kenapa Kaline segera keluar untuk mengangkat telepon darinya. Walaupun ia dan Jonathan sudah saling mengatakan bahwa tidak bisa hidup tanpa satu sama lain, tetap saja Jonathan akan sangat cemburu terhadap Yusuf. Pria baik yang membuat Jonathan takut bahwa Kaline akan jatuh cinta padanya.
"Terus temenin dia. Sebaik apapun seseorang kelihatan di luar, sebaik apapun seseorang menyembunyikan perasaannya, dia pasti rapuh, butuh seseorang yang megang tangan dia, menguatkan dia. Apalagi setelah dia kehilangan orang yang paling dia sayang. Dan lo orang yang paling tepat saat ini buat menggenggam tangan Yeji, sebagai kakaknya, pegangan baru buat Yeji, lo berada di posisi itu sekarang, Kal."
Perlahan sudut bibir Kaline terangkat. Berbicara dengan Yusuf selalu semenenangkan ini. Yusuf selalu membuat hatinya yang tak karuan sedikit membaik. Meskipun begitu ia sedikit ragu pada dirinya sendiri. "Apa gue bisa melakukan itu? Jadi orang yang menggenggam tangan Yeji di saat seperti ini?"
"Jangan meragukan diri lo sendiri. Lo pasti bisa. Lo kakaknya."
Tetap saja, meskipun Yusuf meyakinkan bahwa dirinya bisa. Kaline tetap meragukan dirinya sendiri. "Selama ini gue selalu memperlakukan adik gue dengan sangat buruk. Itu yang buat gue ragu apa gue bisa atau enggak, Suf."
"Lo pasti bisa." Sekali lagi Yusuf meyakinkannya. "Kaline yang gue kenal bisa melakukan apapun. Termasuk buat gue jatuh cinta sampai seperti ini."
Kaline tertawa, tawa yang lebih terdengar hambar. "Kenapa gue bisa jatuh cinta sama Jonathan ya? Kenapa gak sama lo aja yang baik banget gini?"
Di seberang sana Yusuf juga tertawa. "Karena begitulah perasaan. Gak bisa ditebak. Kalaupun begitu gue gak akan nyerah. Gue nunggu lo sampai gue dapet seseorang yang bisa buat gue jatuh cinta sama seperti jatuh cinta sama lo."
"Gue yakin lo bisa mendapatkan orang itu." Kaline terkekeh. "Yang bisa buat lo jatuh cinta sama seperti lo jatuh cinta sama gue."
"Dan semoga aja lo gak bisa lari dari gue." suara baritone itu membuat Kaline terkejut. Begitu berbalik, tahu-tahu Jonathan berdiri di belakangnya.
"Lo!" Mata Kaline membelalak. "Sejak kapan lo berdiri di sana?"
"Dari tadi. Dari awal. Sejak lo lari dari kamar dan angkat telepon dari cowok itu." Nada bicara Jonathan jelas sekali terdengar kesal.
"Kenapa harus pergi sih tiap lo angkat telepon dari Yusuf?"
Baru setelah mendengar pertanyaan tersebut, Kaline mematikan sambungan telepon tersebut. Tidak mau Yusuf mendengar adu mulut konyol mereka berdua.
"Karena sekarang gue harus jaga perasaan lo." Tegas Kaline yang justru membuat Jonathan senyum-senyum kesenangan.
"Gue?" masih dengan senyum mirip orang gila itu Jonathan menunjuk dirinya sendiri.
"Bukan, simpanse kesayangan gue."
Senyum Jonathan semakin lebar. Kaline tahu penyebabnya. Memang siapa lagi yang sering ia panggil simpanse kalau bukan Jonathan.
Jonathan mengulurkan tangannya. Kaline melihatnya keheranan. "Mau ngapain?"
"Pegang tangan gue jangan lepaskan."
Kaline menyipitkan matanya. Tak kunjung meletakan tangannya pada tangan Jonathan.
"Gue mau kita sama-sama jadi pegangan buat Yeji," ucap Jonathan disertai senyum yang lebih menenangkan. Membuat pemuda konyol ini terlihat lebih dewasa. "Perbaiki apa yang sempat rusak."
Perlahan-lahan senyum Kaline mengembang. Tanpa ragu ia meletakan tangannya pada tangan Jonathan. Pria itu lantas menggenggamnya sangat erat.
"Gak bakalan pernah gue lepaskan."
***
TAMAT
Gimana? Dari awal sampai akhir gimana cerita ini menurut kamu?
Komen ya
Akhir kata aku ucapkan banyak-banyak terima kasih buat kamu yang setia baca cerita ini dari prolog sampai chapter 40 ini. Makasih banyak juga buat yang vote dan komen. Aku terharu tiap ada notif seseorang vote cerita aku. Pengen nangis :(( Sebelum benar-benar berpisah sama cerita ini semoga pesan yang aku selipin di cerita ini sampai dengan baik sama kamu.
Oh ya, tadinya udah beres CSC aku bakalan lanjutin halusinasi lagi. Cuna karena ada sesuatu yang gak mengharuskan aku update, aku tahan dulu.
Tapi tenang, setelah ini ada cerita baru kok
Tapi ya tapi... Karena ada dua cerita baru aku bingung mau yang mana
Pilih ya wkwk
Pacar Jam 10
Atau
Kenapa Karena
Pilih ya plisss
Sending hug
Iis Tazkiati N
020719
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top