38. Berpulang
Hai, selamat malam
***
"Kemarin naik apa ke sini?" tanya Jonathan yang duduk saling berhadapan dengan Kaline.
"Kereta." Kaline mengangguk pada Yeji yang baru saja membisikinya bahwa dia akan kembali ke kamar Tamara. "Langsung ke kamar ibu, jangan keluyuran dulu, entar hilang."
"Aku kan bukan anak kecil."
Kaline berdecak, menatap Yeji dengan tatapan tak ingin dibantah. "Dibilangin yah."
"Iya iya. Yeji dengerin kakak." Yeji tertawa kemudian berlari meninggalkan Kaline dan Jonathan berdua saja di meja kantin rumah sakit ini.
Setelah kepergian Yeji, ditatapnya mata Jonathan. Menyelami manik mata hitam sayu itu. Sejak Kaline menyuruh Jonathan untuk menjauh bahkan belum ada satu hari, namun melihat Jonathan saat ini dihadapannya membuat ia merasakan bahwa selama itu ia sangat merindukan pria ini.
"Gue kangen lo."
Sudut bibir Jonathan terangkat. "Gue juga."
Detik berikutnya mereka berdua tertawa. Menyadari kebodohan apa yang baru saja mereka berdua lakukan.
"Aneh ya, kita berusaha saling menjauh, tapi pada akhirnya kembali lagi seperti ini."
"Gue gak pernah mau menjauh ya." Jonathan mengoreksi dengan wajah penuh bantahan. "Lo yang pengen menjauh dari gue."
Bungkam. Kaline tidak tahu apa yang harus ia katakan. Apa yang Jonathan katakan memukul telak hatinya. Menyadari kesalahan apa yang dilakukannya.
Begitupun dengan Jonathan. Pria jahil itu juga diam. Menatap lurus pada matanya tanpa berpaling satu detik pun.
"Jangan kayak gini lagi ya."
Entah mengandung mantra apa, Jonathan yang mengatakannya dengan nada pelan itu membuat Kaline mengangguk tanpa sadar.
"Buat apa susah-susah ngambil langkah panjang buat menjauh, buat apa membentangkan jarak supaya terpisah, kalau pada akhirnya kembali ke tempat yang sama."
"Gue masih belum tahu apa yang gue mau," ucap Kaline jujur. "Selama ini yang bermasalah gue. Gue yang gak tahu apa yang gue mau dari lo."
"Lo takut mempercayakan hati lo sama gue?"
Kaline menggeleng. "Bahkan tanpa gue sadari hati gue udah ada sama lo." Menghela napas, senyumnya mengembang. "Gue ragu. Selalu ragu sama lo."
Raut wajah Jonathan tampak terluka. Wajar saja, semua orang pasti akan terluka saat dia mendengar bahwa orang yang ia sayangi meragukannya. Kaline tidak menyesal sudah mengatakannya. Karena hal itulah yang membuat ia tidak tahu apa yang diinginkannya selama ini dari mereka berdua.
"Maaf."
"Gapapa." Senyum yang terbit di wajah Jonathan amat sangat tidak terduga. Kaline pikir Jonathan akan lanjut marah padanya. Ternyata tidak sama sekali.
"Gue juga kadang meragukan diri gue sendiri."
Tepat dari arah pintu masuk, Lana dan pria tinggi berkulit hitam manis berjalan mendekat. Tangan mereka berdua saling bertautan. Kaline kenal siapa pria itu.
"Kak Praga!" teriaknya sambil melambaikan tangan pada dua orang itu.
"Cowok di samping Kak Lana yang namanya Praga Praga itu?" tanya Jonathan dengan pandangan memicing penuh rasa heran. "Ada juga ya, yang bisa gandeng harimau garong." Ledeknya saat Lana dan Praga sudah berada di hadapan mereka berdua.
"Sembarangan lo bocah!" Lana memukul punggung Jonathan.
"Gue emang pawangnya." Jawab Praga nyengir lebar.
Hal tersebut membuat Lana bersemu-semu merah. Mirip ABG labil yang baru merasakan jatuh cinta. Melihat Lana yang tampak menggelikan seperti itu membuat Kaline mendadak mual. Image manis, unyu-unyu, penuh pinki-pinki itu sangat tidak cocok dengan Lana yang ia kenal garang satu kompleks.
"Geli gue." Jonathan bergidik.
"Emang bener yah, cinta bisa merubah harimau jadi makhluk bucin menggelikan," ejek Kaline.
Lana hampir melayangkan pukulan mematikannya pada Kaline. Namun, terhenti karena dering ponselnya yang panjang. Kaline mengelus dada. Beruntung sekali bisa terhindar dari pukulan itu.
Raut wajah Lana mendadak berubah setelah mengangkat telepon. Kaline, Jonathan, dan Praga yang melihatnya terdiam. Tatapan mata galak seakan hendak menelan siapapun yang dilaluinya mendadak kosong. Lana tidak mengatakan apapun saat perlahan tangan yang memegan ponsel jatuh perlahan.
Suasana yang terbentuk diantara mereka mendadak kelabu. Perasaan mereka mendadak dilingkupi oleh rasa yang sama. Lana belum mengatakan apa yang menjadi penyebab perubahan raut wajahnya. Akan tetapi, tanpa dijelaskan pun mereka bisa menebaknya. Walaupun dengan keinginan kuat saling menyingkirkan kemungkinan terburuk.
"Tante Tamara baru aja pergi."
Saat itu juga Kaline pingsan, jatuh ke dalam pelukan Jonathan.
***
Innalilahi wainnailaihi rojiun
Semoga amal ibadah tante Tamara ditetima disisi-Nya. Aamiin
Hampir tamat
Jangan lupa bintang sama komentarnya
Support terus cerita ini ya
Sending hug
Iis Tazkiati Nupus
300619
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top