36. Antara Tamara dan Vina
Hai, selamat siang
Makasih buat kamu yang setia baca cerita ini
Makasih udah vote
Dan aku harap di chapter ini ada komen yang bersarang wkwk
Selamat membaca
***
Semua orang pernah terluka. Semua orang punya lukanya masing-masing di dalam hatinya. Ada yang berani menunjukan lukanya. Namun, ada juga yang kuat menyimpan lukanya sendirian.
Kaline selalu merasa bahwa keluarganya selama ini yang paling menderita setelah kehadiran Tamara dan Yeji dalam kehidupan mereka. Bersikap egois dengan mengatasnamakan luka dan memperlakukan Yeji dan Tamara sangat buruk, amat sangat buruk. Ia salah besar selama ini. Terlalu egois dengan lukanya tanpa ia mau tahu bahwa Yeji dan Tamara juga akan lebih terluka. Lebih-lebih Yeji yang selama sepuluh tahun terakhir tidak pernah diakui.
Kehadiran Yeji selalu ia anggap kesalahan terbesar yang ditinggalkan papanya. Adanya Tamara selalu ia anggap parasit yang seharusnya tidak ada yang membuat dirinya dan keluarganya amat sangat terluka.
Kaline merasa amat sangat biadab selama ini. Yeji pasti lebih menderita. Disamping rasa sakit karena tidak diakui, Yeji juga harus menanggung ketakutannya sendirian akan kemungkinan suatu saat nanti Tamara meninggalkannya.
"Apa yang udah kita lakuin selama ini kak?" tanya Kaline, air matanya berderai.
Lana yang duduk di sebelahnya tidak menjawab. Terlihat sekali bahwa Lana sedang mati-matian terlihat kuat dengan menahan dorongan air mata. Hati mereka berdua yang keras tersentuh oleh kenyataan menyedihkan ini.
"Kita selama ini terlalu sibuk menghindari tante Tamara sama Yeji tanpa tahu kebenaran keadaan mereka. Kita selama ini selalu menempatkan mereka layaknya parasit. Gak mengakui mereka berdua. Apa yang udah kita lakuin selama ini sama Yeji kak?"
Barusan Lana menceritakan pembicaraannya dengan Ibu Iis. Bahwa Tamara sudah menderita penyakit itu cukup lama namun baru diketahui satu tahun belakangan. Sebelumnya Tamara sering mengeluh sakit perut, tapi tidak pernah memeriksakan kondisinya ke dokter karena kesibukannya mengurus bisnis dan juga Yeji. Sampai suatu hari Tamara mengalami serangan yang sangat hebat sampai dia tidak sadarkan diri. Saat itulah Tamara tahu dirinya menderita kanker perut. Sakit perut yang selama ini disepelekannya ternyata penyakit mematikan. Awalnya Yeji tidak tahu. Tetapi, karena anak itu cerdas, dia diam-diam mencari tahu obat apa yang selalu mamanya minum dan menemukan kebenaran tersebut.
"Yeji pasti ketakutan banget." Kaline terisak. Mulutnya ingin mengeluarkan kata-kata namun terlalu sulit. Ia harus menunggu beberapa saat sampai sesak di dadanya berkurang lalu mengucapkan apa yang ingin diucapkannya. "Kita selama ini terlalu egois sama rasa sakit kita. Tidak mau tahu kalau orang lain juga punya lukanya masing-masing dan mungkin lebih menyakitkan dari yang kita punya."
Lana menggigit bibir bawahnya, menghela napas berusaha untuk tidak menangis keterlaluan. Sebagai anak sulung dari Aldian, ia tidak ingin dirinya terlihat lelah. Ia harus kuat dihadapan adik-adiknya.
"Apa yang harus kita jawab di alam sana kalau papa tanya sama kita kak?" Kaline menutupi wajahnya dengan sebelah tangan. Tidak kuat lagi menahan sesak di dadanya.
Begitu pun dengan Lana. Pada akhirnya orang yang berusaha kuat juga akan runtuh. Lana menarik kepala Kaline dan menenggelamkannya pada dadanya. Mereka menangis bersama. Dalam rasa bersalah yang sama. Dan rasa sesal yang sama.
***
Siangnya Vina sampai dari Semarang. Senyum lebar namun menyimpan perasaan sendu itu terlihat saat ia membuka pintu membuat empat orang di dalam ruang rawat Tamara menoleh.
Begitu melihat Vina masuk, Yeji yang sebelumnya sedang diam menonton siaran berita di televisi berlari menghampirinya.
"Mama...." Begitu pelukannya bersambut, Yeji menangis sangat keras. Begitupun dengan Vina.
"Yeji tenang ya. Ada mama." Vina berusaha menenangkan Yeji. Mengusap-ngusap kepala gadis kecil itu dengan gerakan menenangkan. Namun, Yeji tidak berhenti menangis.
"Yeji takut, ma," erang Yeji.
"Ada mama. Tenang ya." Walaupun air matanya mengucur deras, Vina tetap membuat suaranya terdengar setenang mungkin.
Sementara Yeji dan Vina menangis di depan pintu, Kaline dan Lana memalingkan wajah masing-masing ke arah lain. Melihat adegan itu membuat hati mereka terasa sesak kembali.
Dari gelagat Vina, sepertinya mamanya itu sudah mengetahui tentang penyakit Tamara sejak lama. Itu terlihat dari Vina yang berusaha untuk tenang di sela-sela tangisnya. Sekarang pertanyaannya, kenapa Vina menyembunyikan hal itu dari Kaline dan Lana? Kenapa terus membiarkan Kaline dan Lana dalam perasaan itu. Perasaan yang pada akhirnya menenggelamkan mereka dalam rasa bersalah yang amat besar.
Yeji berhenti menangis satu jam kemudian. Ketiduran karena kelelahan menangis hebat. Sekarang gadis kecil itu tertidur di pangkuan Vina.
"Mama jam berapa berangkat dari Semarang?" tanya Kaline.
Vina yang sedang memperhatikan wajah Yeji dalam diam itu mendongak. "Semalem langsung berangkat ke stasiun. Berangkat jam 10-an."
"Mama pasti cape. Mama tidur aja. Biar aku yang bantalin Yeji."
"Gak apa-apa." Vina tersenyum. "Mama udah tidur di kereta."
"Laper gak?" tanya Kaline saat menyadari sudah hampir jam makan siang.
Vina mengangguk singkat. Detik berikutnnya ia keluar dari sana untuk mencarikan makanan untuk Vina.
Ponsel dalam saku jeans nya berdering.
"Iya Flo."
"Lo kemana gak masuk sekolah?" tanya Flora terdengar seperti berteriak.
"Gue di Bogor."
"Suara lo kenapa?" padahal ia tidak mengatakan apapun, namun Flora bisa lansung menyimpulkan sesuatu. "Ada yang terjadi di sana?"
"Tante Tamara masuk rumah sakit."
Kaline pun menjelaskan kejadiannya. Tidak ada yang perlu ia tutupi. Walaupun Flora tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Tamara, ia merasa harus menceritakannya supaya Tamara banyak yang mendoakan.
"Gue kayaknya bakalan gak masuk beberapa hari. Bilangin ke sekertaris kelas sama guru ya. Maaf banget gue ngerepotin lo."
"Yaelah, santai Kal, kayak sama siapa aja. Gue titip salam sama Yeji, tante Vina, dan Kak Lana ya. Semoga Tante Tamara juga cepet sembuh."
"Makasih, Flo."
"Sebelum lo tutup. Gue mau nanya sesuatu."
"Apa?"
"Lo ada masalah apa sama Jonathan? Dia kusut banget, berkali-kali dia juga dateng ke kelas tadi nanyain lo."
"Gue lagi mencoba menjauh dari dia."
"Kenapa? Kok bisa?"
"Biar gue sama dia tahu apa yang kita mau dari kita. Biar gak ada lagi kebingungan. Biar gak ada lagi yang tersakiti."
***
Hallooo
Sedih banget akutuu
Kasian Yeji, kasian Tante Tamara
Bisa bayangin gak gimana perasaan Kaline sama Lana tahu Tamara sakit?
Berbicara tentang rasa bersalah, semua orang pernah melakukan kesalahan, semua orang pernah membenci. Rasa bersalah tidak bisa dilepaskan dari kesalahan yang kita buat. Gak ada kesalahan yang tak termaafkan kecuali kamu mengeraskan hati buat gak menerima permintaan maaf orang lain.
Perasaan bersalah itu harus pernah dirasakan semua orang. Biar kita tahu bagaimana bersikap kedepannya dan memperbaiki apa yang sempat bermasalah.
Baca terus cerita ini
Sending hug
Iis Tazkiati N
280619
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top