3. Srikandi Murka
Hai, ketemu lagi sama Kaline dan Jonathan
Jangan lupa vote sama komentarnya
***
Kelima jemari berglove itu mengapit anak panas. Perlahan direntangkannya tali busur selebar mungkin. Poninya bergerak tertiup angin. Udara dihirup sambil memejamkan mata kirinya. Target berjarak 30 meter dibidik. Dengan perhitungan matang kelima jari berglove melepaskan tali busur secara bersamaan.
Anak panah melesat. Menembus udara tak tergoyahkan angin. Tak sampai satu detik, anak panas tersebut menancap pada papan target.
Kaline menurunkan busur dan memberdirikannya dengan stabil kemudian berjalan menuju papan target untuk melihat pointnya.
"Sembilan." Gumam Kaline sambil menuliskannya pada catatan kecil yang selalu dia bawa pada saku celana.
"Delapan."
"Sepuluh." Terakhir Kaline tersenyum bangga.
Gadis yang berdiri di depan papan target di sampingnya menghampiri. "Kayaknya gue bakal kena marah lagi deh." Adunya.
"Skor lo anjlok lagi Flo?" tanya Kaline.
Flora mengangguk sambil mencebik. "Tua Bangka itu pasti nyindir soal gaya pacaran gue lagi." Ucapnya sambil melirik pada laki-laki berkulit hitam dengan rambut penuh uban berdiri 30 meter dari mereka.
"Mau gue bantu sleding dia nanti?" Kaline menaik turunkan alisnya.
Flora tertawa. "Udahlah. Kayak yang berani aja."
"Berani dong!"
Flora menjulurkan lidahnya. Mencemooh keberanian ala-ala kerupuk Kaline tersebut.
"Yeee gak percaya."
"Bacot."
"Beneran nanti gue sleding." Ujar Kaline lebih meyakinkan. Namun Flora menggeleng tetap tidak percaya.
"B C T! bacot."
Tepuk tangan tiga kali setelah tiupan peluit dari laki-laki yang dua gadis itu bicarakan membuat perdebatan tentang sleding-mensleding itu berhenti. Kaline, Flora, dan juga beberapa orang lain yang tergabung dalam club panahan SMA Bumi Nusantara melangkah mendekat pada laki-laki itu.
Pak Angga namanya. Laki-laki 40 tahunan yang resmi menjadi pelatih panahan SMA Bumi Nusantara sejak dua tahun lalu. Yang karena sifatnya yang menyebalkan. Suka pilih kasih pada beberapa anak membuatnya dijuluki tua Bangka oleh anak-anak didiknya.
Pak Angga berceloteh di depan 20-an anak club panahan yang duduk di hadapannya sementara dia berdiri di tengah.
Kaline tersenyum bangga begitu Pak Angga memuji kemampuannya. Dengan penuh kebanggaan ia dadah-dadah sambil tersenyum bak putrid indonesia kepada teman-teman satu clubnya. Beberapa tertawa melihat tingkahnya. Beberapa terlihat biasa saja. Toh, mungkin karena sudah biasa melihat Kaline yang membanggakan dirinya seperti itu.
"Flora." Panggilan Pak Angga yang tiba-tiba di tengah aksi Kaline membanggakan dirinya itu. Flora yang duduk di samping Kaline seketika menegakan punggungnya.
Kaline mengatupkan bibirnya rapat-rapat supaya tawanya tidak keluar. Melihat wajah sahabatnya yang seketika mirip narapidana menunggu vonis hukuman mati membuatnya terlihat sangat...mengenaskan.
Dalam hati Kaline menghitung mundur.
Tiga...
Dua...
Satu...
"Skor kamu turun terus. Kan saya udah bilang kalau latihan si Yogi jangan dipikirin terus."
Tebakan Kaline benar. Tidak, apa yang dikhawatirkan Flora tadi terjadi. Lagi-lagi Pak Angga menyindir tentang Yogi, pacar Flora.
Tampak sekali wajah Flora yang jengkel sambil menahan malu setelah mengiyakan saja apa yang Pak Angga katakan untuk membuatnya diam.
Kaline mencondongkan kepalanya mendekat pada telinga Flora. "Beneran gak mau gue bantu sledingin batang lehernya?" bisiknya kemudian cekikikan sendiri.
Flora menatap Kaline dengan mata menyipit dan bibir menipis. "Gue jadi pengen mutilasi Jonathan ini."
"Kok Jonathan?"
Masih dengan mata menyipis dan bibir menipis Flora melanjutkan, "Ada yang bilang, cara terbaik buat ngancurin orang lain adalah nyakitin orang yang dia sayang." Katanya terdengar tajam.
Kaline memukul bahu gadis yang baru saja mengatakan kata-kata jahat itu. "Jangan dong! Entah gak ada yang traktir lo richeese lagi."
Flora terdiam.
"Lo mau hidup menderita karena gak dapat merasakan lagi nikmatnya ayam richeese?" tanya Kaline menggodanya.
Detik berikutnya Flora bergidik. Kaline tertawa.
"Gak mau kan?"
"Lagian sih, elo buat gue jadi pengen bunuh orang."
"Hush ngomongnya!" Kaline menyenggol bahu Flora. "Bunuh orang jangan kalau bantai orang boleh."
"Yeee lebih kejam dong!"
Kaline tertawa begitu juga Flora.
"Kaline! Flora!" panggil Pak Angga dengan nada memperingatkan. "Kalian mah kaya ikan jaer yah, udah dibikinin kolam bikin kolam lagi sendiri." Sindirnya.
Kedua gadis yang tertawa itu pun terdiam. Saling senggol satu sama lain seolah sedang saling menyalahkan. Namun, detik berikutnya mereka kembali cekikikan. Sindiran andalan Pak Angga saat ada anak didiknya yang berbicara saat dia sedang mengoceh adalah ikan jaer. Hampir setiap hari selama lima hari jadwal latihan ikan jaer tidak pernah ketinggalan.
"Jaer lagi jaer lagi." Keluhan Kaline disambut tepukan pelan pada punggungnya dari arah belakang.
Kak Jeremy, senior club panahan tersenyum. "Nanti ditegur lagi."
Kaline mengangguk-angguk kemudian menggerakan tangannya seolah sedang menutup resleting mulutnya.
Begitu Pak Angga menutup ocehan yang katanya wejangan yang paling bermanfaat ke dua puluh anak club panahan berhamburan. Ada yang membongkar busur untuk selanjutnya dimasukan ke tempatnya. Ada yang langsung menuju bangunan di pinggir lapangan mengambil tasnya. Ada yang melipir ke teras bangunan untuk duduk-duduk sekedar minum dan ngobrol.
Kaline menyampirkan tas sekolahnya pada bahunya setelah mengeluarkan ponsel yang menampilkan sebuah notifikasi pesan whatsapp dari Bayu, kekasihnya. Dengan sebelah tangan kanan—karena tangan kirinya ia gunakan untuk memegangi tempat busur—ia membalas pesan Bayu yang ternyata sudah menunggunya di halte depan.
"Flo gue duluan!" Kaline berlari mengabaikan Flora yang sedang minum sempat tertabrak sehingga air yang sedang diminumnya muncrat.
"Kemana?" teriak Flora setelah mengumpat karena air minumnya tumpah-tumpah.
Kaline yang sudah berlari sejauh 10 meter berbalik dengan senyum merekah. "Bayu! Dia udah di depan. Bye!"
"Power bank lo di gue!"
Kaline hanya melambaikan tangan tanpa membalas teriakan Flora tersebut.
"Bayu!" seru Kaline setelah ia sampai di pinggir jalan. Senyumnya merekah. Dengan langkah kaki yang memelan ia berjalan menghampiri Bayu.
Motor matic cowok itu terparkir tepat di pinggir halte.
Bayu mendongak. Saat itu juga Kaline ditatap dengan cara yang berbeda oleh Bayu.
Perasaan Kaline mendadak tidak enak.
Kaline ingat terakhir kali ia ditatap dengan cara seperti itu, oleh pria yang berbeda. Itu cara menatap yang sama seperti Rama sebelum memutuskannya tiga minggu yang lalu.
"Udah nunggu lama?" tanya Kaline riang. Berusaha untuk mengabaikan perasaan tidak enak yang datang tak tahu tempat itu.
Bayu yang sebelumnya duduk di bangku halte berdiri. Akan tetapi bukannya melangkah mendekat Bayu malah melangkah mundur. Kaline sekarang yakin, ada sesuatu yang tidak beres dari Bayu.
"Kenapa?" Kaline mencoba mendekat namun Bayu menahannya dengan mengangkat kedua tangannya dengan tegas. Mengisyaratkan padanya untuk tidak bergerak lagi.
"Kenapa sih?"
"Jangan mendekat." Tegas Bayu.
Kaline semakin kebingungan. "Ada apa sih Bay? Lo kenapa?"
"Kita putus aja." Tegasnya sambil melangkah mundur.
Senyum yang tadi bertengger di wajahnya luntur dan berubah menjadi ringisan seketika itu juga.
"Putus? Kenapa?" Kaline mencoba mendekat. Ingin mendengar lebih dekat kenapa Bayu tiba-tiba minta putus darinya.
"Lo pernah gak mandi satu minggu penuh kan?" tanya Bayu.
Kaline mengernyit.
"Bayu gak suka cewek jorok. Apa kata mama nanti kalau tahu pacar Bayu jorok."
Bayu berlari ke belakang halte menghindari Kaline yang lagi-lagi melangkah mendekat mengabaikan warning tersebut. "Oke Kaline. Hubungan Bayu sama Kaline udah aja sampai di sini. Jangan ganggu Bayu lagi. Cewek jorok kayak Kaline gak pantes buat Bayu." Ujar Bayu panjang sambil bergegas memakai helm.
Beberapa detik kemudian Bayu menghilang dari hadapan Kaline, bersama motor maticnya. Ponsel di tangan Kaline terjatuh, disusul oleh tempat busur dari tangan kirinya. Rahangnya mengeras seketika itu juga. Bibirnya menipis. Matanya melotot tajam bak ibu-ibu tiri galak di FTV azab Indosiar.
"JONATHAAAAAANNN!!!"
***
Udah nyampe chapter 3
Ada yang mau bilang sesuatu tentang cerita ini? Please komen
Sampai jumpa Senin depan!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top