27. Pestisida
Aku telat update nih
Maaf ya
Selamat membaca!!
***
Setelah kejadian semalam saat Jonathan mengatakan bahwa Dafina mengiriminya direct message di Instagram ia segera menggeledah ponsel Jonathan, membuka akun instagramnya kemudian memblock akun milik Dafina.
Jonathan tahu.
Tentu saja dia tahu. Tetapi pemuda itu tidak berbuat apa-apa di detik-detik saat tangan Kaline memencet tombol block. Hanya bisa meratapi nasib sendiri.
Jika saja gadis itu bukan Dafina, jika saja gadis baik yang mengirimi Jonathan direct message ia tidak akan separah itu sampai memblokir akun Dafina supaya tidak bisa menghubungi Jonathan. Tetapi, jika ia tidak melakukan hal itu bisa saja nanti Dafina dan Jonathan diam-diam saling menghubungi.
Semua orang tahu bahwa Dafina adalah salah satu incaran Jonathan sejak kelas sepuluh. Namun, karena predikat Dafina yang terkenal tidak pernah setia pada satu pria dan sering mempermainkan hati laki-laki terlebih lagi selalu pilih-pilih dekat dengan pria mana membuat Jonathan tidak merasa percaya diri. Dua tahun kemudian Jonathan menjalani masa menyukai diam-diam pada Dafina.
Baru saja Jonathan sukses melupakan perasaannya pada Dafina, kenapa gadis itu tiba-tiba muncul dalam hidup Jonathan.
Kaline kesal sekali. Dafina seolah berperan menjadi mesin menyakiti para pria, mesin yang nantinya akan menyakiti Jonathan. Datang setelah yang menyukainya sukses melupakan perasaannya.
"Kenapa?" tanya Flora sambil meringis melihat Kaline baru saja mencurat-coret buku cetak matematika menggunakan pensil.
"Untung gak pake pulpen," ujar Flora merasakan sedikit kelegaan. Karena jika Kaline mencurat-coretnya menggunakan pulpen tidak akan bisa dihapus. Bisa gawat jika ibu perpus yang disiplin yang cenderung garong itu menemukan buku tersebut rusak.
Mengabaikan perkataan Flora, Kaline masih saja menggerakan pensilnya membentuk pola tak beraturan.
"Awas jangan sampai robek. Bu Perpus tahu sendiri kan galaknya kayak gimana. Belajar tuh dari Mega." Flora menunjuk Mega, gadis yang sedang terkantuk-kantuk di meja paling pojok.
Kaline ikut menatap pada Mega. Dia belum sadar atas apa yang dilakukannya pada buku matematika.
"Tahun kemarin dia ngembaliin buku dalam keadaan kacau lalu dia disuruh ganti 3 kali lipat."
"Kasian sih." Kaline tersenyum miring. Meratapi nasib sial Mega tahun lalu.
"Makanya, gue gak mau lo mengalami hal yang sama." Flora menunjuk halaman buku matematika yang sudah hitam oleh pensil.
"Innalillahi!" pekik Kaline seketika melempar pensil di tangannya ke sembarang arah. Keluar dari bangkunya dan menatap buku matematikanya dengan kaget.
"Siapa yang berbuat senista ini sama buku matematika gue?" tanya Kaline histeris sambil menunjuk buku matematikanya.
Flora memutar bola mata. "Amnesia lo."
Mata Kaline membulat, menunjuk dirinya sendiri kemudian bertanya ragu-ragu, "yang berbuat senista ini... gue?"
Bukannya menjawab, Flora malah tertawa. Kaline mundur beberapa langkah sehingga pinggangnya menabrak meja yang diduduki Nuri yang sedang mengerjakan tugas. Membuat dirinya mendapat semburan kemarahan Nuri karena ulah dirinya tulisannya jadi memanjang.
"Kaline! Lo kenapa sih!" kesal Nuri lalu membenahi alat tulisnya dan pindah ke bangku lain.
Kaline menutupi mulut dengan kedua tangannya, tatapannya sekarang kaget bercampur malu.
"Apa gue lakuin itu tanpa sadar?"
Flora mengangguk di sela tawanya. "Kenapa sih? Mikirin apa?"
Kaline segera kembali duduk di kursinya. Merogoh penghapus karet dari tempat pensilnya lalu merogoh penghapus karet milik Flora dan tempat pensil ungunya. Ia menyerahkan penghapus karet milih Flora pada pemiliknya.
"Cepet bantu gue hapus semua ini." Perintah Kaline.
Flora geleng-geleng kepala. Tidak menolak, ikut menghapus coretan itu sambil masih tertawa.
"Lo ngelamunin apaan sih? Sumpah gue penasaran." Flora bersuara di sela-sela kegiatan menghapusnya.
"Jonathan." Jawab Kaline singkat.
"Jonathan?"
"Sesegera mungkin gue harus basmi hama itu dari Jonathan." Kaline menipiskan bibirnya. "Gue gak akan biarin hama itu buat Jonathan hancur."
"Maksud lo Dafina?"
"Hm." Kaline mengangguk lalu menghentikan aktivitasnya sejenak. "Dafina, hama itu, gue harus basmi."
Flora ikut-ikutan menghentikan kegiatannya. Menatap Kaline yang tampak berapi-api. Dia terlihat setuju dengan rencana Kaline untuk membasmi Dafina.
"Bener, Dafina harus segera dibasmi." Setuju Flora kemudian melanjutkan kembali menghapus pekerjaan yang diperbuat Kaline tanpa sadar itu. "Gue juga harus jauhin Yogi dari hama itu."
Kaline dan Flora berhasil menyelesaikan membersihkan coretan di halaman buku matematika itu. Meletakan penghapusnya dengan penuh hentakan secara bersamaan. Mereka berdua saling tatap dengan semangat menggelora satu sama lain. Tatapan yang sama-sama menyiratkan bahwa mereka adalah sekutu yang hebat untuk membasmi hama para pria bernama Dafina itu.
"Istirahat nanti, jangan ke kantin," ujar Kaline lalu melipat tangannya di depan dada. "Anter gue ke toko pertanian belakang sekolah. Hama kaya dia harus dibasmi pestisida."
***
Jonathan dan Yogi yang baru saja bertemu di koridor menatap heran pada Kaline dan Flora yang berjalan terburu-buru menuruni tangga. Kedua pria itu saling tatap tanpa bicara namun sama-sama menyiratkan keheranan yang sama.
"Jo." Panggil Fauzan yang baru bergabung dari arah tangga tempat menghilangnya Kaline dan Flora.
"Ada apa?" tanya Jonathan.
"Kaline lagi belajar bertani ya dari Dafina ya?" tanya Fauzan polos.
"Ha?"
"Di tangga tadi gue denger Kaline mau beli pestisida buat basmi hama, gue juga denger nama Dafina. Dia lagi belajar bertani?"
Jonathan dan Yogi saling tatap. Tanpa aba-aba mereka berdua berlari mengejar dua gadis itu. Fauzan yang tidak tahu apa-apa ikut berlari karena kaget mereka berdua yang tiba-tiba berlari tersebut.
Kaline bisa berbuat yang aneh-aneh jika menyangkut gadis yang mendekati Jonathan tetapi tidak dia sukai. Pestisida, hama, Dafina, semua itu berkeliaran di kepala Jonathan.
Itu pasti karena kejadian semalam. Jonathan merutuki dirinya sendiri, jika saja semalam ia idak menceritakan tentang DM dari Dafina. Ah, Jonathan memang selalu bodoh tanpa ia sadari.
Dan Flora, ikut-ikutan pasti karena pacarnya, ralat tunangan Yogi. Gara-gara Yogi terlalu dekat dengan Dafina di sebagai sesama anggota PMR.
"Gue harap pestisidanya habis," kata Yogi.
"Cewek kita gak bakalan nyiram Dafina pake pestisida kan?" tanya Jonathan khawatir sambil terus berlari mengejar Kaline dan Flora yang ia tahu tujuannya kemana.
"Semoga aja enggak." Sahut Yogi.
Sementara itu Fauzan tanpa sadar memelankan laju larinya. "Cewek kita?" tanyanya pada diri sendiri sambil menatap punggung Jonathan dan Yogi yang saat ini sedang berdiri di pos satpam meminta izin keluar sekolah sebentar.
Tak lama kemudian ia tertawa. "Sejak kapan Jonathan bilang Kaline ceweknya?" Fauzan terkikik geli. "Sumpah hubungan mereka berdua aneh."
Saat Jonathan dan Yogi keluar gerbang ia segera menyusul.
Jonathan, Yogi dan Fauzan datang terlambat. Kaline dan Flora baru saja pergi dan mengambil jalan yang berbeda. Jika mereka datang dari arah kiri toko, gadis yang mereka kejar mengambil jalan pulang ke sebelah kanan. Letak toko pertanian yang berada tepat di belakang sekolah membuatnya mempunyai dua jalan berbeda.
Tidak menemukan mereka disana. Mereka bertiga segera kembali ke sekolah. Berlari sekuat tenaga.
***
Sumpah, chapter ini kocak banget menurut gue
Gimana nasin Dafina yaa
Ig
@iistazkiati
@_flowerflo
Sending hug
Iis Tazkiati N
110619
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top