26. DM Dafina
Hai, selamat siang
Apa kabar?
Liburan kemana?
Kaline sama Jonathan balik lagi
Jangan lupa bintangnya
***
Kaline tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Pernyataan Jonathan tentang Yusuf padanya dan pernyataan dirinya tentang Gita pada Jonathan membuat ia sedikit gelisah. Jantungnya berdebar kencang. Pernyataan kecemburuan Jonathan dan yang ia ucapkan selalu saja membuat ia merasa seperti ini.
Ia tidak bisa menyalahkan Flora, Fauzan, Yogi, atau siapapun yang melihat hubungan mereka yang amat aneh ini. Setelah kejadian dua hari lalu saat ia mengatakan bahwa ia dan Jonathan saling mencintai, membuat Flora, Yogi, dan Fauzan amat sangat berbeda. Entah karena apa. Mungkin mereka bertiga terkena terkena dampak keanehan perasaan dua manusia yang sama-sama tahu tapi sama-sama tak ingin bersama ini.
Baru saja ia memikirkan tentang Flora, sahabatnya itu sudah menelponnya. Bukan panggilan suara melainkan panggilan video yang begitu ia menggeser tombol hijau wajah Yogi dan Flora langsung terpampang jelas. Mereka berdua sedang berada di rumah Flora.
Jelas, ini malam minggu. Yogi tidak pernah absen mengapeli Flora ke rumahnya setiap malam minggu.
"Sumpah, sebel banget gue tiap lihat muka Flora selalu aja ada muka lo. Why?" tanya Kaline, nada suaranya ia buat sedramatis mungkin.
Yogi dan Flora tertawa di ujung sana.
"Makanya kalau pacaran yang awet." Ejek Yogi.
Di sampingnya Flora mengangguk membenarkan. "Ini mah baru seminggu dua minggu udah putus. Itu pacaran atau masa orientasi?"
"Diam!" teriak Kaline meniru seorang bocah di audisi biskuat yang videonya pernah viral beberapa waktu yang lalu.
"Tuh kan Flo." Yogi menunjuknya sambil menatap pada Flora yang duduk di sampingnya. "Gen makhluk buasnya keluar gara-gara jomblo."
Kaline mengulang adegan bocah di audisi biskuat itu dengan gaya dilebih-lebihkan. Bangun dari duduknya kemudian berdiri beberapa meter di depan ponselnya yang sebelumnya ia senderkan ke bantal kursi. "Diam! Diam! Diam!" teriaknya sambil menunjuk-nunjuk layar ponsel.
Yogi dan Flora tertawa semakin keras. Mereka berdua memang akan selalu menjadi orang yang menertawakan statusnya. "Mentang-mentang lo berdua pacaran. Awas lo Flo kalau putus terus minte hibur cuihh...." Kaline berpura-pura membuang ludah tidak sudi. "Gak bakalan sudi! Lain kali gue bakalan biarin lo jadi mayat hidup beneran."
"Sorry ya...." Flora mengangkat tangan kanannya begitu juga dengan Yogi. "Kita berdua udah tunangan."
Kaline berlari mengambil kembali ponselnya. Di sana Flora sedang tersenyum-senyum bahagia sementara Yogi di sampingnya sedikit cemberut.
"Lo tahu gara-gara kejadian kemaren, dia maksa mama sama papa gue dan dia supaya kita tunangan." Yogi berlagak tidak senang dengan pertunangannya. Flora memukul punggungnya.
Kaline tahu bahwa Yogi sengaja berakting tidak senang. Padahal jelas sekali senyum Yogi sesekali mengembang.
"Kalau kamu gak terlalu deket-deket sama si Dafina itu, gak bakalan yah au maksa orangtua kita. Sok gak seneng lagi gitu."
"Masih aja cemburu sama Dafina." Yogi memutar bola mata. "Dafina udah punya pacar. Si Arsa anak voli. Aku juga gak ada perasaan sama dia."
"Kalau pun kamu gak ada perasaan, emang ada jaminan si Dafina itu gak bakalan punya perasaan lebih sama kamu."
"Flo...." Yogi memanggilnya lembut. Namun, tak cukup membuat Flora diam.
"Kamu tahu si Dafina sama si Kaline sama-sama berengseknya...."
"Hey!" teriak Kaline protes. "Ngomong apa lo? Gue brengsek."
Flora memutar bola mata. "Iya lo sama brengseknya sama si Dafina itu. Sama-sama suka gonta-ganti pacar dalam waktu singkat. Bedanya lo gak pernah duain, tigain, apalagi sepuluhin cowok. Gue yakin si Dafina melakukan kebrengsekannya itu gak tanpa alasan. Dia pasti cewek yang gampang jatuh cintai."
Flora kembali menatap Yogi, memelototinya. "Bisa aja dia jatuh cinta sama kamu duluan. Kamu mau ngapain? Dia terlalu menarik buat ditolak, aku takut kamu lambat laun suka juga sama dia." Nada suara Flora terdengar sendu.
Kecemasan Flora akan kedekatan Yogi dan Dafina yang terlalu dekat selaku sesama anggota PMR membuatnya selalu khawatir. Kaline mengerti hal tersebut karena ia juga khawatir Jonathan yang akan berada di posisi seperti pemuda-pemuda malang yang pernah menjadi korban Dafina. Cukup saja Fauzan yang pernah menjadi pacar ke sembilan Dafina, Jonathan yang walaupun pantas buat dimenderitakan hidupnya jangan.
Namun, detik berikutnya suara Flora kembali naik sampai ke oktaf paling tinggi. "Makanya aku maksa-maksa buat tunangan secepatnya sama kamu biar kamu gak terlalu deket sama si Dafina itu."
"Jadi cemburu nih?" Goda Yogi sambil mencolek dagu kekasihnya yang sedang cemberut.
"Udah jelas jawabannya malah nanya!"
Entah kenapa Kaline tiba-tiba merasa terabaikan karena mereka Flora dan Yogi melanjutkan adu mulut mereka tentang topic yang sama, kedekatan Yogi dengan Dafina. Padahal kan Flora yang menelponnya lebih dulu. Walaupun begitu Kaline tidak masalah. Melihat mereka berdua bertengkar seperti itu selalu menjadi hiburan tersendiri, lucu, hubungan mereka berdua amat sangat lucu.
Akan tetapi lama-lama ia jadi kesal sendiri. Seharusnya kan dirinya yang ditelpon yang menjadi pusat perhatian. Kenapa ini malah Kaline yang memperhatikan adu mulut Flora dan Yogi.
"Jadi...." Kaline menginterupsi. Merebut atensi Flora dan Yogi dari adu mulut mengenai betapa menariknya Dafina.
"Kalian berdua telpon gue sebenernya mau ngapain? Mau pamer kalian udah tunangan? Atau kalian mau gue supaya lihat sinetron kalian berdua?" tanya Kaline sarkas.
Flora nyengir. "Bukan itu sih."
"Terus apa?" Kaline mengangkat sebelah alisnya.
Tepat sebelum Flora menjawab seseorang sejak tadi masuk kamarnya diam-diam menarik lehernya sehingga ia ikut berguling-guling bersama dengannya di atas karpet. Mengunci pergerakan tubuhnya menggunakan tangan dan kaki yang dilingkarkannya pada tubuh Kaline. Ponsel yang masih menampakan wajah Flora dan Yogi seketika terlepas begitu saja dalam posisi terbalik. Membuat layar ponsel Flora di ujung sana berwarna hitam.
"Oy oy!! Kaline!! Ada apa!" Flora dan Yogi memanggil-manggil khawatir karena sebelum layar itu berubah gelap Kaline sempat berteriak sangat kencang.
Kaline berteriak mencoba melepaskan diri dari kuncian pria ini. Siapa lagi kalau bukan Jonathan. Sahabatnya yang selalu datang tiba-tiba tanpa diketahui kemudian langsung melakukan aksi anarkis padanya. Tanpa alasan.
"Jo! Jonathan! Jo!" Kaline meronta-ronta.
Sementara itu Jonathan tertawa-tawa. Kaline bisa menebak bahwa Jonathan baru saja mendapati sesuatu yang sangat membahagiakan sehingga dia melakukan hal ini.
"Gue gak bisa napas!" baru setelah Kaline berteriak seperti itu Jonathan melepaskan kunciannya. Beralih duduk bersandar pada ranjang sambil menatapnya dengan senyum yang amat lebar.
"Kenapa lo ha!" bentak Kaline.
Namun Jonathan bergeming. Masih saja tersenyum lebar.
"Hal apa yang buat lo seseneng itu?"
Jonathan tidak menjawab. Malah menggulingkan tubuhnya kemudian tertawa-tertawa sambil memukul-mukul karpet. Kaline mengambil bantal dari tempat duduk merah tunggal tempatnya bertelur lalu melemparkannya pada Jonathan yang baru saja duduk masih dengan senyum yang sama.
Sepertinya rasa senang Jonathan terlalu besar sehingga ia tidak marah setelah mendapat lemparan bantal kursi darinya.
"Kenapa lo?" tanya Kaline sambil mengambil kembali ponselnya. Panggilan video Flora masih berlangsung.
"Kenapa Kal?" tanya Flora.
Kaline mendengus sebal. Mengarahkan ponselnya pada Jonathan yang sedang tersenyum-senyum mirip orang tidak waras.
"Kenapa dia?" kali ini Yogi yang bertanya.
"Tahu." Kaline mengangkat bahu. "Kesurupan meja makan kali."
Flora dan Yogi kompak tertawa di ujung sana.
"Pantesan...." Komentar Yogi sambil masih tertawa.
"Gue kita kesurupan hantu penjaga gudang sekolah." Timpal Flora yang sama sekali tidak lucu.
"Kenapa lo?" Kaline berpindah duduk di samping Jonathan yang masih bertingkah seperti orang gila. Membawa Jonathan ikut serta dalam video call tersebut.
"Apa yang buat lo makin kelihatan kayak orang gila Jo?" tanya Yogi.
"Kalian pasti gak percaya apa yang baru saja terjadi."
Kaline memutar bola mata. Sudah ia duga pasti Jonathan baru saja mengalami hal menyenangkan.
"Apa?" tanya Flora tanpa minat. "Kalau alasannya gara-gara hal receh, jangan harap lo keluar dari kamar Kaline masih utuh."
Flora tahu betul apa yang ada di pikirannya. Ia tersenyum sambil mengedipkan mata pada Flora.
"Enggak ini gak receh sama sekali." Bantah Jonathan. "Ini adalah hal paling spektakuler yang terjadi dalam hidup gue. Yang selama tiga tahun masa gue sekolah di SMA Bumi Nusantara. Gue gak percaya ini bakalan terjadi sekarang."
"Gue tampol kalau alasannya nyebelin." Ancam Kaline.
"Ini gak nyebelin sama sekali. Ini menakjubkan!"
Kaline lagi-lagi memutar bola mata begitu juga dengan Flora dan Yogi di ujung sana.
"Kenapa emangnya?"
"Dafina ada dm gue!" serunya seketika saja tamparan mendarat di wajahnya.
Jonathan menatap Kaline heran, lalu menatap layar ponsel dan bertanya pada Flora dan Yogi. "Kenapa Kaline tampar gue guys?"
"Gue setuju Kaline tampar lo! Bahkan kalau gue jadi Kaline gue bakalan siksa Yogi kalau sampai Dafina ada dm dia."
"Dasar cemburuan." Cibir Jonathan.
"Bukan cemburuan!" bantah Kaline. "Dafina cewek gak bener."
"Maksudnya?" tanya Jonathan dengan wajah menyebalkan. "Lo bilang kayak gitu karena cemburu cewek tercantik satu sekolah dm gue kan?"
Kaline tergelak. "Cewek tercantik?" tanyanya tak percaya lalu tertawa kembali. "Cantikan gue."
"Siapa yang bilang?"
"Lo yang bilang sendiri! Lupa! Lo bilang gue paling cantik satu sekolahan bahkan Chiara aja yang tunangan anak kepala yayasan lo bilang gak ada apa-apanya dibanding gue."
Jonathan menggelengkan kepala. "Gue gak pernah bilang kayak gitu. Lo pasti lagi di alam mimpi pas denger gue bilang kayak gitu."
"Pokoknya gue gak peduli siapapun itu ceweknya asal jangan Dafina sama Gita, titik!"
"Setuju!" teriak Flora dari ujung sana. Flora memang selalu satu pemahaman, satu pikiran dengannya.
"Terus gue harus sama siapa. Lo kan gak mungkin kan pacaran sama gue?"
***
Sending hug
Iis Tazkiati Nupus
070619
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top