25. Potensi

Hai, selamat malam
Besok hari terakhir puasa dong!!

Jangan lupa bintang sama komentarnya
Selamat membaca
Selamat berimajinasi
Dan selamat jatuh cinta
***

"Hai."

Kaline mendongak dan mendapati Yusuf berdiri di sampingnya. Senyumnya mengembang.

"Kenapa? Dari kemarin aku lihat kamu ngelamun terus."

Kaline mengangkat bahu. Menggeser sedikit tubuhnya, memberi ruang pada pemuda itu untuk duduk di sampingnya. Ia juga tahu bahwa sejak kemarin—tepatnya setelah pulangnya Yeji dan tante Tamara ia lebih sering melamun. Kaline tidak tahu seperti apa harus mengatakan masalahnya, karena dirinya sendiri tidak tahu kenapa. Merasa aneh tanpa sebab yang jelas. Namun, ia tahu pasti itu karena Yeji dan tante Tamara.

"Yeji?" tebak Yusuf membuat Kaline menoleh padanya seketika.

Yusuf tersenyum karena merasa bahwa tebakan asalnya benar. "Dia sama mamanya udah pulang?"

Kenapa Yusuf bisa tahu bahwa Yeji dan tante Tamara menginap, karena tanpa sepengetahuan Jonathan Kaline sering saling menghubungi satu sama lain. Kaline rasa tidak salah dirinya tidak memberi batas pada pria baik sepeti Yusuf. Kesalahannya waktu itu memang sangat fatal, tetapi Yusuf juga pria yang mesti diberi kesempatan.

Kesempatan milik semua orang kan? Jangan karena dia pernah menyakiti lantas dia tidak pantas diberi kesempatan. Itu kejam.

Meskipun itu kesempatan untuk berteman, bukan kesempatan untuk kembali menjadi pengisi hati.

Dan Kaline pikir Yusuf juga pantas mendapatkannya. Ia memang tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya dengan dirinya memberikan kesempatan Yusuf untuk dekat lagi dengannya. Kaline hanya bisa berharap Yusuf tidak melakukan hal yang sama.

Dan untuk Jonathan. Jika suatu saat nanti dia tahu bahwa ia selama ini suka diam-diam saling menghubungi dengan Yusuf, biar saja itu menjadi urusan nanti. Karena jujur, Kaline sangat tidak bisa menahan godaan untuk tidak membalas pesan yang Yusuf kirimkan.

"Hm." Kaline menunduk. "Dan kepulangan mereka entah kenapa buat gue ngerasa aneh. Gue gak tahu apa karena sebelumnya gue nurutin apa yang lo bilang, gue udah menerima mereka dan gue mau mereka terus di sini atau gimana. Serba salah. Mereka ada, kerasa aneh, begitu juga saat mereka pulang. Menurut lo kenapa?"

"Pernah merasa bersalah sama Yeji?" tanya Yusuf.

Yang entah kenapa membuat Kaline seketika diam. Kaline tidak tahu kenapa pertanyaan itu membuatnya bungkam seketika itu juga. Seolah hal itu adalah jawaban dari semua pertanyaan yang ada dalam dirinya selama ini.

Merasa bersalah?

Kaline terganggu akan hal tersebut. Namun, ia juga tidak tahu apakah itu memang benar-benar jawaban yang ia inginkan kenapa selama ini dengan hadir dan tidaknya Yeji membuat ia merasa aneh. Selalu merasa ada yang mengganjal di dalam dadanya.

***

Setelah percakapannya bersama Yusuf beberapa jam yang lalu Kaline masih saja bungkam. Membuat Jonathan yang duduk di sampingnya berkali-kali meliriknya dengan kerutan di dahinya. Terlihat sekali dia ingin bertanya padanya tetapi karena sesuatu Jonathan tidak melontarkan pertanyaan itu. Sehingga mau tidak mau Kaline yang harus bertanya padanya.

"Mau nanya sesuatu sama gue?"

Jonathan mengerjap kemudian nyengir. "Iya sih, tapi lihat muka lo kayak gitu dari tadi gue jadi ragu buat nanya atau enggak."

Jonathan memang selalu sama. Selalu berterus terang. Hal itu lah yang membuat senyum di wajah Kaline perlahan mengembang.

"Nanya aja."

"Nanti aja." Jonathan mengarahkan tatapannya ke samping, menatap jalanan di samping kaca mobil. "Lo kayaknya masih butuh waktu buat melamun. Nanti aja gue nanya nya."

Dan satu lagi yang membuat Kaline bertahan bersahabat dengan Jonathan sampai sekarang selain sifatnya yang suka berterus terang adalah dia yang tidak pernah memaksakan sesuatu padanya. Dan mungkin itulah juga yang membuat Kaline jatuh cinta padanya.

Kaline tersenyum. "Entah kenapa tiap kali lo bersikap kayak barusan buat gue jatuh cinta bekali-kali sama lo."

Jonathan menoleh. Tertawa dengan penuh kebanggaan. "Silahkan jatuh cinta sedalam-dalamnya sama gue. Lo gak perlu takut tersesat, lo gak perlu takut tenggelam." Tangan Jonathan bergerak menggenggam tangan Kaline. "Karena gue gak akan pernah lepasin tangan ini."

"Gue harap lo gak bohong. Karena kalau lo sampai berani-berani lepasin tangan gue...."

"Artinya gue siap mati di tangan lo." Sambung Jonathan. Mereka berdua kemudian tertawa. Begitu juga dengan Pak Iklas yang senyum-senyum di balik kemudi.

"Kalau gue berteman sama Gita lo gak masalah?" tanya Jonathan tiba-tiba.

Kaline melotot.

"Kalau." Jonathan nyengir.

Kaline menatap wajah Jonathan secara intens. Berharap menemukan sesuatu dari wajahnya. Kemudian setelah dirinya tidak menemukan apapun, ia menghela napas.

"Dari semua cewek di sekolah, dari semua cewek yang pernah jadi pacar lo, jujur, gue paling gak suka sama Gita."

"Boleh gue tahu alasannya?"

Kaline mengangkat bahu. "Gak suka aja."

"Biasanya orang kalau bilang gak suka pasti ada alasannya."

"Banyak kok yang bilang gak suka tanpa ada alasan. Banyak yang membenci tanpa penyebab yang jelas." Jelas Kaline. "Itu juga kenapa gue gak suka sama Gita. Tanpa alasan. Yang pasti gue gak suka sama dia."

"Gue gak percaya." Jonathan geleng-geleng kepala. Kepalanya mencondong, matanya menatap lurus pada mata Kaline. "Gue yakin ada alasannya." Desak Jonathan kekeuh.

"Gak ada alasan." Kaline membuang pandangan ke luar jendela. Dua detik berikutnya ia kembali menatap Jonathan. "Lo sendiri kenapa gak suka sama Yusuf?"

Kali ini giliran Jonthan yang bungkam selama beberapa detik.

"Lo juga pasti gak tahu kan kenapa lo gak suka sama Yusuf?"

"Gue gak...."

"Jangan jadiin apa yang pernah Yusuf lakuin ke gue sebagai alasan." Potong Kaline. Ia tahu apa yang akan Jonathan katakan. Sudah pasti dia akan membahas tentang kejadian tiga bulan lalu. Pada peristiwa yang membuat Kaline pada akhirnya mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan secara sepihak dengan Yusuf.

"Pas gue masih deket sama Yusuf aja lo udah gak suka." Lanjut Kaline.

"Jawab dulu pertanyaan gue tadi." Tidak menjawab, Jonathan malah bersikeras bahwa Kaline harus menjawab pertanyaannya tadi, tentang kenapa ia tidak menyukai Gita.

"Gue gak bakalan jawab." Tegas Kaline. "Gue pengen lo jawab lebih dulu kenapa lo segitu menentang hubungan gue sama Yusuf?"

"Karena dia...." Jonathan mendesah keras.

"Dia kenapa?"

Jonathan menghela napas. Menatap manik mata Kaline dengan tatapan serius, penuh kesungguhan. Kaline sendiri tidak melepaskan tatapan darinya. Jonathan akan mengatakan sesuatu dan ia akan menunggu sampai bibir Jonathan terbuka dan mengeluarkan apa yang sudah tertahan di ujung lidahnya.

"Dia kenapa Jo?" desak Kaline karena beberapa detik berlalu Jonathan belum juga bersuara. Ia ingin mendengarnya, sangat ingin. Karena jika alasan itu masuk akal, mungkin ia bisa mempertimbangkan kembali perasaannya pada Yusuf dan pada Jonathan.

"Karena dia cowok yang paling berpotensi buat lo cintai."

"Dan Gita juga cewek yang paling berpotensi buat lo cintai, Jo."

***

Sekarang udah tahu alasan kenapa Jonathan gak suka Yusuf kan?
Tahu kan sekarang kenapa Kaline gak suka sama Gita?
Karena dua orang itu yang paling punya potensi untuk membuat jatuh cinta. Aseekkkk

Bintangnya jangan pelit wkwk

Halusinasi update besok ya

Sending hug
Iis Tazkiati N
030619

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top