18. Kembali Menagih
Hai, selamat pagi
Puasanya lancar-lancar aja kan?
Di part ini aku harap kamu gak kesel sama Gita wkwk
Jangan lupa berikan dukungan berupa vote dan suntikan semangat berupa komentar
Selamat membaca
Dan selamat jatuh cinta
***
Jonathan tidak bisa menyalahkan Kaline yang sepanjang perjalanan sampai mereka tin di sekolah topik tentang Tamara dan Vina yang tiba-tiba sangat akrab itu membuatnya terus-menerus berpikiran aneh. Karena Jonathan sendiri ikut merasakan hal yang sama. Sudah sepuluh tahun sejak mereka tahu bahwa Aldian ternyata menikah lagi diam-diam dengan Tamara dan memiliki putri bernama Yeji.
Sudah sepuluh tahun, dan Jonathan sebagai orang luar pun masih merasakan hal yang aneh. Ia pikir apa karena saat dikenalkan bahwa Tamara istri baru Aldian dan Yeji sebagai anak mereka di waktu yang salah? Ia sendiri tidak yakin itu alasannya. Kenyataan bahwa Aldian selama itu menikah diam-diam di belakang tanpa sepengetahuan anak istrinya.
Sibuk dengan pikirannya tentang permasalahan keluarga Kaline yang rumit, ia sampai tidak sadar bahwa Gita berdiri di depannya. Entah sejak kapan.
"Aduh."
Jonathan baru sadar saat melihat Gita jatuh karena menabrak tubuh tingginya.
Gadis itu menepuk-nepuk sikutnya yang sedikit lecet, Gita mendongak sambil tersenyum melihat Jonathan berjongkok dan menatapnya khawatir.
"Aku pikir kamu gak akan peduli." itu yang Gita ucapkan sambil tersenyum menahan perih.
"Siku kamu berdarah." Mengabaikan perkataan Gita sebelumnya, Jonathan membantu gadis yang berbeda dua tingkat darinya itu untuk berdiri. "Aku anter ke UKS."
Gita tersenyum lebar. Jonathan terheran beberapa saat. Lalu menyadari bahwa panggilan aku-kamu yang tanpa sadar ia ucapkan yang menjadi penyebabnya.
"Kaki lo gak kenapa-kenapa kan?" tanya Jonathan.
Benar saja dugaannya, begitu ia memanggilnya mengganti kata sapaan menjado lo gue wajah Gita kembali terlipat. Walaupun hanya sedetik karena gadis ini kemudian kembali tersenyum lebar.
"Gapapa kok," jawabnya.
"Syukur deh. Gue pikir lo bakalan pura-pura sakit biar gue gendong."
Celetukan Jonathan membuat Gita semakin terluka. Bodo amat dengan hal itu. Karena sekarang di ujung koridor Kaline menatapnya dengan sengit seolah mengatakan Apa-apaan lo deket-deket sama Gita. Lupa sama apa yang lo bilang sama gue?
Jonathan baru saja akan menyuruh Gita ke UKS sendirian dan menggadaikan harga dirinya sebagai laki-laki yang seharusnya bertanggung jawab. Hampir saja menelan resiko dirinya akan diteriaki pria tidak gentle karena membiarkan gadis yang ia buat jatuh berjalan ke UKS sendirian.
Ya, hampir.
Jika saja ia tidak melihat Yusuf datang menghampiri Kaline. Sekarang giliran ia yang marah.
Ia segera berbalik diikuti Gita, berjalan menuju UKS yang berada di lantai satu sebelah ruang guru. Tidak peduli Kaline akan marah melihatnya bersama Gita. Ia juga berhak marah karena gadis itu sendiri tidak menepati janjinya untuk tidak dekat dengan Yusuf.
Gigi dibalas gigi. Pengkhianatan dibalas pengkhianatan juga.
"Aku gak peduli sama perasaan kamu sama Kak Kaline seperti apa," ujar Gita setelah Jonathan selesai menempelkan plester pada sikutnya.
"Aku juga gak peduli tentang alasan kenapa kalian berdua harus seperti ini. Sama-sama tahu suka satu sama lain tapi memilih gak bersama," tambah Gita.
Matanya menatap sedih pada Jonathan. Jelas sekali masih banyak harapan di matanya. Harapan untuk kembali bersama tetapi tahu diri bahwa itu hal yang mustahil. Jonathan punya orang laon di hatinya dan tak mungkin bagi Gita untuk memaksa masuk. Karena jika ia lakukan sama saja dengan membuat dirinya sekarat.
Jonathan tertawa. "Lo ngomong apa sih."
Jonathan berpura-pura tidak mengerti apa yang Gita ucapkan. Bukan menyangkal perasaannya. Ia sadar sejak lama ia memiliki perasaan pada Kaline, begitu juga dengan gadis itu.
Tapi cinta bukan hanya soal mengungkapkan. Jonathan ingin sekali menyumpal mulut Gita dengan kalimat itu tetapi Gita sudah lebih dulu bersuara.
"Aku suka banget sama kamu." Gita menunduk. Dia terlihat malu dan sedih dalam waktu bersamaan.
Ia mengerti seorang gadis pasti malu saat mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu. Dan ia juga mengerti kenapa Gita terlihat sedih. Kenyataan bahwa pemuda yang ia harapkan justru memiliki perasaan pada orang lain dan terjebak dalam zonanya sendiri. Zona aneh yang Jonathan sendiri tidak tahu seperti apa bentuknya. Hanya bisa dirasakan saja. Menjebak dirinya dan Kaline dalam hubungan yang ia tahu sama-sama menyakiti.
Jonathan menghela napas. Berjalan mendekat pada Gita yang sejak tadi duduk di pinggir brangkar lain kemudian duduk di samping gadis itu. Senyumnya mengembang. Sebelah tangannya meraih bahu Gita dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
"Kalau gue tahu akhirnya lo bakalan cinta mati banget sama gue, seharusnya dari awal gue gak main-main sama lo."
Nyatanya walaupun Gita mendengar sendiri dari mulutnya bahwa Jonathan main-main perasaan dengannya dia tidak marah. Tidak lantas pergi sambil berteriak marah karena dirinya sebelumnya dijadikan mainan. Gita hanya menangis. Tangis yang bukan sakit karena mendengarnya mengatakan hal itu. Tetapi tangis penuh harap supaya Jonathan mau kembali padanya.
"Apa gak ada celah kecil... aja di hati kamu buat aku?" tanya Gita memelas penuh pengharapan.
Jonathan tidak menjawab. Hanya tersenyum, senyum yang tidak bisa Gita lihat karena wajah gadis itu terbenam di dadanya.
"Aku udah lama suka sama kamu. Dari SMP bahkan mungkin dari SD. Aku gak tahu sejak kapan. Kamu gak pernah peduli sama orang lain, sama hal lain, yang kamu pedulikan cuma Kaline. Dan itu buat aku dulu tahu diri dan memilih buat bungkam.
"Tapi, saat tiba-tiba aja kamu ada hubungin aku padahal aku gak pernah sekalipun ngobrol sama kamu. Aku seneng. Seneng banget. Lebih seneng lagi waktu kamu nembak aku. Walaupun aku tahu, kamu gak bersungguh-sungguh. Aku diam lagi. Cukup tahu diri. Kaline lebih segalanya buat kamu. Kalau kamu, aku, dan dia adalah tatasurya, maka dia adalah pusatnya. Kamu selalu berpusat sama dia, gak peduli aku ada di samping kamu sebagai satelit. Tapi, aku mohon, kasih aku kesempatan."
Gita jelas mengabaikan harga dirinya. Memohon-mohon pada Jonathan untuk bersamanya. Tetapi, Jonathan tidak bisa. Ia mungkin bisa berpura-pura tetapi itu sama halnya dengan menyakiti Gita dua kali. Ia tidak bisa. Dan tidak mau melakukannya.
"Kita temenan aja ya."
Akhirnya Jonathan menawarkan solusi yang paling aman.
Gita diam namun tidak menolak. Dalam pelukannya ia merasakan kepala Gita mengangguk kecil. Detik berikutnya Gita mendongak. "Asal aku bisa deket dengan bebas sama kamu. Dengan status temenan, aku gak malasah. Semoga dengan temenan aku bisa punya kesempatan sama kamu."
Jonathan menangguk sambil tersenyum lebar. Mengacak-ngacak rambut Gita persis seperti yang sering ia lakukan saat mereka masih berstatus sebagai pacar. Diperlakukan seperti itu saja Gita merona. Dan itu adalah alasan utama kenapa dulu Jonathan berpacaran dengannya. Tanpa perasaan, hanya sebatas karena Gita lucu.
"Dan mulai sekarang...." Jonathan menjeda kalimatnya. Sengaja supaya Gita menunggu. "Ganti aku-kamu jadi lo-gue. Seenggaknya itu bisa buat lo gak terlalu beraharap sama gue. Gue yakin, lo bakalan bisa suka sama orang lain selain gue."
Gita tertawa kecil. Jemari lentik terawatnya mengusap air mata dari sekitar matanya. Jonathan mengangkat sebelah alis, heran kenapa Gita malah tertawa.
"Gue baru ditolak. Tapi gue gak tahu kenapa gue gak marah."
Resmilah sekarang Gita menjadi temannya. Ia harap hanya teman sama seperti teman perempuannya yang lain—selain Kaline—yang berteman dengannya dalam batas wajar. Berbicara hanya saat membutuhkan.
Namun, ternyata Jonathan salah besar. Ia membuat kesalahan terbesar dengan mengizinkan Gita menjadi temannya.
***
Mau sedikit cerita. Tapi sebelum itu aku mau nanya dulu.
Pernah gak sih kamu pada akhirnya merasa jenuh sama apa yang kamu suka?
Bukan siapa yang kamu suka tapi sesuatu yang kamu suka.
Aku udah nulis sejak SMP, pernah merasakan sedikit kejayaan waktu itu karena tulisanku banyak yang baca. Kemudian aku vakum selama dua tahun pas SMA. Lalu aku mulai nulis lagi di sini. Di akun wattpad ini.
Dulu itu kalau kaliau mengalami, di facebook pernah jaya penulis cerbung-cerbung dan salah satunya aku yang nulis fanfic CJR. Waktu itu aku gak mikir pembaca karena aku nulis buat menghilangkan bosan dan stress karena sekolah.
Saat aku nulis di wattpad, dengan nama pena baru, aku baru menyadari betapa pentingnya pembaca. Aku mulai promosi secara gila-gilaan, buat cerita kayak orang kesetanan, dengan niat narik pembaca.
Tapi, sampai di titik ini, aku merasa semua yang aku dapatkan ini sama sekali gak sebanding. Bahkan karena itu aku jadi sering banding-bandingin aku sama orang lain. Nanya sama diri sendiri. Apa yang salah? Orang lain yang ceritanya pasaran aja bisa sebanyak itu pembacanya, kenapa?
Aku bahkan pernah memikirkan yang jelek-jelek tentang penulis lain.
Aku down. Merasa jatuh tanpa ada penyebab dan tanpa ada yang menjatuhkam.
Pernah satu hari berpikir buat gak nulis lagi. Tapi hati kecil selalu bilang. Sabar Is, di awal mungkin sulit tapi mari kita lihat ke depannya akan seperti apa.
Dan pada akhirnya aku melanjutkan nulis dengan keyakinan suatu saat nanti akan ada yang baca.
Duh, aku jado banyak bacot wkwk
Maaf, lagi PMS ini jadi segalanya terasa... Ya gitulah. Yang perempuan pastu mengerti.
Intinya, seperti apa kamu sekarang. Seterjal apapun jalan yang kamu tempuh sekarang. Semuanya gak ada yang sia-sia. Yuk sama-sama meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa sukses suatu hari nanti.
SEMANGAT!!
Terima kasih sudah membaca
Sampai jumpa senin depan dengan chapter terbaru
Follow
Iistazkiati
_flowerflo
Salam hangat
170519
Iis Tazkiati N
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top