17. Rumah yang Aneh
Hai, selamat siang
H-20 menuju lebaran wkwk
Seperti biasa jangan lupa vote dan komen
Selamat membaca
Dan selamat jatuh cinta
***
"Kayaknya gue pengen pacaran aja sama lo."
Satu...
Dua...
Tiga...
"Hahahaha...." Tawa Kaline menggelegar di tengah langit gelap. Di suasana malam yang dingin.
Jonathan garuk-garuk kepala. Tersenyum masam. Kaline memang seharusnya tertawa. Apa yang ia katakana sangat-sangat terdengar konyol. Tapi... "Gue serius."
Tawa Kaline perlahan memelan sampai akhirnya berhenti tergantikan suara jangkrik yang berbunyi dari semak-semak. Lampu kuning jalanan menyorot wajah Jonathan. Pria itu masih saja terlihat berkali-kali lipat menarik.
Mata mereka masih bertemu. Mata Kaline dan Jonathan juga saling bertemu pandang.
Jujur, Kaline sedikit merasa canggung dan bingung sekarang. Tidak tahu harus melakukan apa, tidak tahu harus berkata apa, rasa-rasanya setiap inchi pergerakan dirinya, setiap hembus napas yang keluar masuk hidungnya terasa tak benar. Semuanya terasa salah.
"Gue tahu...." Kaline mengarahkan tatapan ke arah lain selama dua detik lalu kembali pada Jonathan. "Cepat atau lambat diantara kita pasti ada yang...."
Belum selesai, Jonathan kali ini yang tertawa. Tawa yang sangat keras, mengalahkan suara jangkrik yang sebelumnya merajai seluruh bunyi-bunyian. Saking gelinya sampai pria itu mengeluarkan air mata.
Kaline sadar apa yang baru saja Jonathan. Memutar bola mata sebal saat sadar bahwa dirinya baru saja dijahili pria ini.
"Lo!" kepalan tangan Kaline terangkat. Tampa ampun menghantamkannya pada punggung, bahu, dada, dan bagian tubuh Jonathan yang ia bisa capai.
"Dasar simpanse! Jonathan simpanse nyebelin!"
Jonthan merangkulnya. "Udah ah, ayo pulang, es krimnya keburu mencair."
***
Kaline pikir saat ia memutuskan untuk kelayapan dulu bersama Jonathan sampai jam 10 malam lebih mama dan kakaknya sudah tidur. Ia pikir Yeji dan Tamara sudah pulang, karena biasanya selalu seperti itu, setelah jiarah ke makam Aldian, Yeji dan mamanya akan langsung pulang ke Bogor. Tidak peduli itu malam sekalipun. Tidak pernah menginap. Tamara seperti tahu diri bahwa dengan statusnya saja sudah membuat keluarga Kaline terasa amat aneh. Tidak mudah memang menerima orang asing yang tiba-tiba dikenalkan sebagai keluarga.
Namun, apa yang menjadi ekspektasi Kaline selama berjam-jam kelayapan jauh sekali. Yeji dan Tamara masih ada di rumah. Mereka bertiga duduk di depan televisi terkantuk-kantuk yang langsung bangun saat ia membuka pintu.
Kaline mengerjap melihat pemandangan yang terasa amat aneh. Vina dan Tamara—istri pertama dan istri kedua siri Aldian—duduk berdampingan di sofa depan televisi dengan Yeji tidur di pangkuan Vina.
Walaupun Kaline selama sepuluh tahun ini sudah merelakan betul-betul dan menerima bahwa papanya mempunyai istri baru sebelum meninggal, kenyataan bahwa mamanya dan Tamara akrab begitu mengganggu. Aneh sekali melihat dua wanita yang sepuluh tahun lalu sama-sama saling kekeuh mengatakan bahwa Aldian adalah suami mereka sekarang duduk berdampingan di satu sofa menonton acara yang sama.
Melihat wajah kebingungan Kaline melihat mereka berdua, Vina menjelaskan bahwa Yeji dan Tamara akan menginap selama dua hari.
"Dari mana?" tanya Vina tanpa beranjak menghampiri karena Yeji tidur di pangkuannya.
Kaline justru tidak mendengar pertanyaan itu karena matanya sibuk melihat tangan Vina yang mengusap-ngusap rambut Yeji.
"Kamu dari mana jam 10 baru pulang?" Vina kembali bertanya.
"Main."
"Sama Jonathan?"
Kaline mengangguk sambil melihat Tamara berdiri dan menghampirinya. "Sebelum ke kamar makan dulu ya, tante angetin dulu makanannya."
"Gak usah tante. Tadi udah makan di luar sama Jonathan," tolak Kaline halus. Sama sekali tidak berbohong guna menghindar dari Tamara, ia menjawab jujur walaupun tidak sepenuhnya jujur. Ia memang sudah makan tadi, tetapi sudah beberapa jam sejak terakhir ia makan dan sekarang ia merasa sedikit lapar.
"Kamu belum mandi kan?" tanya Tamara. "Mau tante siapkan air panas buat kamu mandi?"
Tamara kelihatan sekali sedang mencoba mendekatkan diri dengannya. Cara menatap Tamara dia coba buat seramah mungkin, tetapi ia masih bisa melihat tatapan segan di sana. Seolah Kaline sesuatu yang harus ia gapai tapi terlalu sulit. Ia bukannya membentengi diri dari dekat dengan Tamara. Ia hanya selalu merasa aneh, ada perasaan yang sulit sekali dijelaskan setiap kali Tamara dan Yeji ada. Perasaan yang sama sekali bukan penolakan. Lebih kepada tidak nyaman. Entahlah, Kaline sendiri tidak tahu bagaimana cara mendeskripsikannya dengan baik. Ia juga tidak mengerti.
"Gak usah tante. Aku mau ganti baju terus langsung tidur kok."
"Gak mandi dulu? Di sekolah pasti keringetan kan?"
"Udah biarin aja. Anak itu emang jarang mandi." Vina mendelik sempat-sempatnya mengumbar aib dirinya yang memang jarang mandi.
Tetapi ia merasa bersyukur, karena dengan begitu ia tidak perlu bingung-bingung mencari kata-kata untuk menolak tawaran Tamara, mama tirinya.
"Kalau gitu Kaline ke kamar."
Setelah melihat anggukan singkat dari Tamara ia melangkah menaiki tangga menuju kamarnya. Kasur adalah tempat pertama yang ia datangi setelah menutup pintu kamar dan melempar asal jaket dan tas sekolahnya. Membaringkan tubuhnya menghadap langit-langit kamar yang terlihat sekali banyak bekas stiker glow in the dark. Meninggalkan bekas membentuk bulan sabit, bintang, segitga, dan bentuk lainnya.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Kalana Ibram
Yeji sama mamanya udah pulang kan?
Kaline Nafeesa
Belum
Mereka bakalan nginep dua hari
Kalana Ibram
Kok bisa mereka nginep
Biasanya langsung pulang
Kaline Nafeesa
Ga tau
Lo dimana belum pulang?
Kalana Ibram
Gue kayaknya gak bakalan pulang dua hari ini
Kaline Nafeesa
Udah bilang sama mama?
Kalana Ibram
Belum
Baru mau gue telpon ini
Kaline Nafeesa
Mau bilang apa ke mama gak pulang?
Kalana Ibram
Ada acara kampus
Kaline Nafeesa
Lo nginep dimana?
Kalana Ibram
Di kosan temen
Udah ya
Mau telpon mama dulu
Cepat-cepat Kaline mengirim balasan 'oke' kemudian melempar ponselnya asal ke sisi kanan tubuhnya. Besoknya Kaline menceritakan tentang Tamara dan Yeji yang akan menginap dua hari entah karena alasan apa. Tidak lupa juga menceritakan tentang Lana yang tidak akan pulang selama Yeji dan mamanya ada di rumah pada Jonathan.
"Pantesan tadi gue kayak lihat Yeji," ujar Jonathan sambil menyandarkan kepala Kaline pada bahunya. Kaline yang terkantuk-kantuk itu langsung memeluk lengan Jonathan.
"Yeji sama mamanya bakalan nginep dua hari."
"Tumben." Bahkan Jonathan juga heran.
"Gue juga gak tahu dalam rangka apa tante Tamara sama Yeji nginep. Biasanya mereka langsung pulang. Gak tahu diri banget gak sih."
"Jangan ngomong gitu."
"Tapi, lo tahu gimana anehnya suasana rumah tadi malem sama tadi pagi seperti apa?"
Joanathan menggeleng pelan.
Kaline menegakan tubuhnya dan menatap Jonathan. "Semalem mama sama tante Tamara duduk nonton TV bareng, bahkan Yeji tidur di pangkuan mama. Gue, mama sama Kak Lana emang gak benci sama mereka tapi tetep aja kehadiran mereka masih aja seperti orang asing. Aneh. Mereka berdua buat suasana jadi aneh banget.Dan tadi pagi juga mama sama tante Tamara masak bareng. Aneh banget kan?"
Jonathan menganggu-anggukan kepala, menatap Kaline jahil. "Jadi itu alasan lo tadi ngungsi ke rumah gue, minta-minta sarapan di rumah gue?"
Pria itu selalu tidak tahu kapan waktu yang pas untuk menggoda dan serius. Kaline malah kesal. Memang seperti itu sih, alasan tadi pagi ia lari ke rumah Jonathan dan minta ikut sarapan karena keanehan rumah yang membuat Kaline merasa terasing sendiri.
"Gue ngerasa ada yang gak beres." Mengabaikan godaan Jonathan ia menguratakan apa yang ada di dalam kepalanya.
"Gak beres?"
Tiba-tiba saja berkeliaran banyak sekali alur-alur film dan buku dimana seorang wanita tiba-tiba berbaikan dengan istri baru suaminya. "Mama gue gak sakit keras kan?"
Jonathan mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya tertawa. "Lo kira film," ejeknya sambil menyentil dahi Kaline.
Kaline meringis. Jonathan tidak pernah pilih-pilih gender untuk melakukan kekerasan. "Jonathan simpanse!" erangnya.
Pria itu tidak peduli dengan erangannya dan emosinya yang sedikit terpancing. Masih menertawakan pikiran Kaline yang ngawur.
"Gak nyangka gue seorang Kaline yang sering ngatain gue maniak bacaan detektif bisa berimajinasi seliar itu karena prilaku mamanya. Mama lo gak kelihatan sakit keras sampai dia mempersiapkan mama pengganti buat lo."
"Tapi aneh aja kan Jo."
Jonathan merangkulnya. Memberikan ketenangan melalui tatapan mata yang penuh keyakinan. "Percaya sama gue. Mama lo gak sakit apa-apa. Ada saatnya orang-orang mulai menerima orang baru. Dan mungkin tante Vina sedang mengalami fase itu, dimana dia harus mulai menerima tante Tamara sama Yeji. Lo sendiri bilang kan, kita gak bisa selamanya menghindari apa yang buat diri kita gak nyaman?"
Kaline mengangguk. "Lo bener." Seulas senyum terukir.
Walaupun kekhawatiran masih begitu besar di dalam sana. Rasa takut masih mendominasi di dalam sana.
***
Jadi kenapa nih?
Ada apa antara Tamara sama Vina?
Komen yaa
Sekai lagi jangan lupa vote
Kalau suka cerita ini bantu sharw ke temen-temennya ya biar tambah rame
Terima kasih sudah membaca
Follow
Iistazkiati
_flowerflo
Salam hangat
150519
Iis Tazkiati N
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top