12. Gelisah
Now Playing : 3 Composers - Biar Mantan Tahu
(Nemu lagu ini dan langsung suka) Diputar ya...
Hallo, apa kabar kalian?
Ketemu lagi sama aku. Sama Kaline dan Jonathan juga tentunya
Sebelum baca vote dulu ya. Jangan lupa komentar juga
Sebelum baca di kasih yang seger dulu wkwk
Happy reading!
***
Hampir pukul 7 malam.
Di luar hujan deras disertai guntur. Kaline belum juga pulang. Tadi sore sepulang latihan, ia mengunjungi tempat latihan panahan SMA Bumi Nusantara, di sebuah padang khusus tak jauh dari sekolah. Namun percuma, Kaline tidak datang latihan.
"Kaline gak dateng," ujar Flora setengah berteriak supaya suaranya tidak kalah oleh derasnya hujan. Tempias air hujan mengenaik wajah Flora dan Jonathan. Membuat Flora berkali-kali mengusap wajahnya berbeda dengan Jonathan yang membiarkan saja air hujan mengenaik wajahnya bahkan bajunya pun ikut basah.
"Lo tahu dia kemana?" tanya Jonathan.
Flora menggeleng. "Gue juga gak tahu. Tadi pas bel pulang dia buru-buru banget keluar kelas, gue pikir dia langsung ke sini, tapi ternyata sampai sesi latihan selesai dia gak dateng sama sekali. Dia udah pulang kali?"
Jonathan menggeleng. "Dia gak di rumah. Barusan gue udah pulang."
"Tumben club bulu tangkis pulang lebih dulu dari club panahan?" Flora bergurau. Mengejek jadwal latihan club bulu tangkis yang memang lebih ketat dibanding club panahan yang selalu pulang lebih awal.
Tapi Jonathan sama sekali tidak tertarik dengan gurauan itu. Setelah mengucapkan terima kasih. Ia berlari kembali menembus hujan, naik mobil dan menyuruh Pak Iklas kembali ke sekolah. Siapa tahu Kaline tersangkut di kelas mana, tidak bisa pulang karena hujan. Tapi, sampai setengah jam ia mencari Kaline di sekolah, menyisir setiap kelas, koridor-koridor tiap lantai, tidak juga diketemukan. Di telepon tidak diangkat apalagi di sms. Akhirnya Jonathan memilih pulang dan menunggu Kaline di rumahnya.
Jonathan berkali-kali menengok jam yang menggantung di dinding ruang tamu rumah gadis itu. Lana bahkan sudah berkali-kali menemani lalu kembali ke kamarnya dengan alasan bosan. Dan datangnya Lana kembali ke ruang tamu saat ini adalah yang tiga kali.
Lana duduk di sofa yang berbeda dengan yang Jonathan duduki. Meletakan dua cangkir teh manis hangat.
"Udah jangan ditungguin terus." Jonathan yang sejak tadi terus mengarahkan tatapannya tanpa kedip keluar jendela menoleh sejenak lalu kembali menatap ke luar.
"Gak bosen dari tadi ngitungin air hujan?" Lana tertawa namun surut karena tak Jonathan sama sekali tak bergerak, bahkan tak tertarik sama sekali oleh gurauannya.
"Udah tenang, Jo. Dia pasti pulang kok. Tenang aja. Dia gak bakalan mau ngambil resiko gak pulang dan jadi gembel." Berkat gurauan Lana, Jonathan bisa tertawa kecil.
Lana mengambil cangkir tehnya. "Minum dulu biar anget badannya."
Jonathan menurut mengambil cangkir lalu meminumnya sedikit. "Kak, lo kebiasaannya sama banget sih sama Kaline. Buat teh suka kemanisan. Ntar diabetes."
"Eh, jangan diminum!" protes Lana sambil hendak mengambil kembali teh manis yang diberikannya jika saja Jonathan tidak cepat menjauhkannya dari jangkauan Lana.
Kakak Kaline yang akhir-akhir ini berubah lebih sangar dari pada harimau itu paling tidak suka ada yang menceramahinya. "Udah dibikinin malah nyeramahin gue. Gak bersyukur banget gue udah berbaik hati bikinin."
Jonathan nyengir lebar. "Jangan gitu dong, yang udah dikasih jangan diminta lagi."
"Jo." Vina ikut bergabung. Menatap cemas baju Jonathan yang basah kuyup. "Kamu gak pulang dulu? Pulang dulu sana ganti baju. Nanti kalau Kaline udah pulang tante kasih tahu."
Jonathan menggeleng tegas.
"Udah ma biarin aja." Lana mendelik pada Jonathan. "Lana tadi udah suruh dia pulang dia gak mau. Anak ini kalau udah kayak gini, gak bisa dibujuk sama apapun, keras kepala. Biarin aja dia nunggu Kaline pake baju basah. Kalau sakit tahu rasa sendiri."
"Atau kamu mau pake jaketnya Kaline atau Lana..."
"Jangan punya aku." Lana cepat-cepat memotong. "Nanti terkontaminasi sama bakteri di tubuhnya Jonathan."
"Enak aja, gue itu lebih higenis dari pada elo ya Kak." balas Jonathan tak kalah sewot.
"Oke, punya Kaline mungkin."
Jonathan lagi-lagi menggeleng, tanpa mengalihkan tatapan satu detikpun dari jendela.
Tak lama kemudian deru mesin mobil berhenti tepat di depan gerbang rumah disusul suara seseorang membuka selot gerbang setinggi leher itu. Jonathan seketika menegakan tubuhnya kembali menatap keluar jendela. Di luar sana Kaline berjalan di bawah payung hitam dan sebuah mobil hitam melesat menjauh.
"Dari mana aja?" Jonathan berdiri sambil berkacak pinggang sehingga Kaline yang membuka pintu dikejutkan oleh kehadirannya.
Gerakan Jonathan menghalangi pintu yang lebih mirip seperti seorang bapak menanyai anaknya membuat gadis itu malah tertawa.
"Ditanya malah ketawa."
"Lucu sih. Mirip bapak marahin anaknya."
Jonathan mencebik. "Ini itu lebih mirip suami nanya sama istrinya."
Kaline terdiam. Lana tiba-tiba tersedak teh manis buatannya.
"Main ujan-ujanan dimana lo?" dengan santai Kaline melipat payung hitam basah itu dan memasukannya pada wadah disamping pintu.
"Gue nungguin lo, nyari lo kemana-mana, bukan main ujan-ujanan." Jonathan mengikuti Kaline yang melewatinya dan duduk di sofa. Jonathan menyusul duduk di sampingnya. "Dari mana sih? Gue tadi ke tempat latihan lo, gak ada. Ke sekolah, gue cari juga gak ada. Lo kemana?"
"Main." Dengan santai lagi Kaline menjawab sambil meminum teh milik Jonathan yang baru diminum satu kali itu. "Ngapain juga lo nyari-nyari gue?"
"Gue khawatir lah onta. Kota lagi diguyur hujan deras, gue takut lo nekat pulang nembus hujan terus kesamber petir. Mengerikan."
Kaline tertawa terbahak. "Lo mau gue terharu denger lo khawatir sama gue atau gimana?"
Jonathan tersenyum bangga. "Gue gak butuh apa-apa. Cukup lo bilang terima kasih."
"Ohhh!!" seru Kaline. Tangan kanannya terjulur. "Lihat Kak, mah, aku merinding denger Jonathan cuma pengen ucapan terima kasih aja."
Lana juga ikut memegangi lehernya. "Gue juga merinding."
Sementara itu Vina hanya tertawa lalu kembali ke ruang TV menonton acara favoritnya.
"Kesambet apa lo berbuat sesuatu tanpa mau imbalan?"
"Gue khawatir kok malah dibilang kesambet sih," protesnya. Seharusnya ia tidak mendengar tuduhan seperti itu, hanya ingin terima kasih apa salahnya.
"Kak, sumur di samping mesjid pasti penuh."
Jonathan mendadak panik melihat dua kakak beradik itu saling lempar kode lewat tatapan mata. "Kalian mau lempar gue ke sumur?" ia meringsut ke sudut sofa saat melihat Kaline dan Lana berdiri secara bersamaan.
"Gue jadi sadako hantuin kalian mau?" Jonathan mengangkat tangannya membentuk tinju di depan wajah, membentuk benteng kokoh supaya Kaline dan Lana yang kini berjalan mendekat padanya kembali mundur ketakutan.
Tapi, siapa yang bisa melawan jika dua kakak beradik yang kalau kompak suka lebih gila dari psikopat. Apalah daya Jonathan yang merasa dirinya mendadak sangat kecil di bawah dua iblis yang saat ini berdiri di hadapannya menghalangi cahaya lampu, menatapnya sambil menyeringai, ditambah guntur bersamaan dengan lampu tiba-tiba mati.
"Tante!!" Jonathan berteriak minta tolong. Hanya Vina satu-satunya harapannya.
Guntur kembali berteriak, kilat cahaya bagai blitz kamera menerpa wajah dua kakak beradik yang masih menyeringai di atasnya.
"Tante!! Tolong Jonathan tante!!"
Teriakannya terjawab, Vinta datang membawa senter yang menyorot wajahnya melalui sela-sela tubuh Kaline dan Lana.
"Kalian yah, kerjaannya." Vina geleng-geleng kepala.
Kaline dan Lana mundur secara bersamaan. Tertawa sambil mendaratkan pantatnya di atas sofa.
"Kita bercanda bocah." Lana bersuara di sela tawanya.
Jonathan menegakan tubuhnya. Menatap Vina berbalik. Ruang tamu gelap. Sehingga mereka tidak bisa melihat wajah masing-masing.
"Gue tahu bercanda. Tapi muka kalian berdua itu yang nyeremin."
"Se serem apa emang muka kita?" tanya Kaline yang duduk di sebelahnya.
"Serem banget pokoknya, ditambah petir diluar. Lebih serem dari muka-muka psikopat tahu gak?"
"Oh ya?" Jonathan merasa Kaline merangsek mendekat, memegang lengannya. "Kalau gue jadi artis bisa kali ya?"
"Lo jadi artis?" Jonathan tertawa terbahak. Saat ini ia bisa melihat wajah Kaline yang menanti antusias, Vina baru kembali meletakan lilin di atas meja sehingga ruang tamu yang gelap menjadi remang diterpa cahaya lilin.
Vina juga ikut tertawa. "Jadi artis itu harus selalu senyum. Harus bisa nyembunyiin suasana hatinya. Lah kamu, tahun lalu aja pas lebaran di rumah tante aja manyun terus."
Kaline mendelik pada mamanya yang baru saja bergabung, duduk di samping Lana. "Aku bisa kok. Jangan pernah meremehkan orang lain."
Vina geleng-geleng kepala sambil masih tertawa.
"Kak Lana, Kak Praga sutradara film pendek yang ganteng itu satu kelas sama lo kan di kampus? Tanyain apa dia butuh pemeran buat film dia selanjutnya. Sanjung gue, promosiin, bilang gue jago akting. Gue mau PDKTan sama dia."
"Eh!!" Lana dan Jonathan berdiri bersamaan. Melotot pada Kaline.
"Jangan coba-coba lo ya," ancam Lana yang memang sejak dulu menyukai teman sekelasnya tapi tak pernah bisa mengungkapkan.
"Lo punya pacar gue banting dari atap gedung." Jonathan juga tak mau kalah melayangkan ancaman. "Lo gak boleh punya pacar sebelum gue."
Akhirnya gadis itu diam sejenak dengan wajah kesal setelah mendapat ancaman darinya dan Lana.
"Tapi Jo...."
"Jangan berani-berani." Belum selesai Kaline dengan kalimatnya Jonathan sudah lebih dulu memotong.
Kaline menendang kakinya. "Siapa juga yang mau bahas Kak Praga lagi. Gue mau nanya lo gak kedinginan apa pake baju basah terus?"
Jonathan nyengir. "Dingin sih, tapi mager."
Kaline bangkit dari duduknya, menjinjing tas.
"Mau kemana?"
"Ngambil switer buat lo."
Jonathan melihat ponsel Kaline yang tertinggal di sofa, entah jatuh dari tas atau bagaimana. Ia bisa tahu karena saat menoleh ponsel itu menyala. Mengambilnya dan melihat chat yang baru saja masuk.
"Jadi lo pulang terlambat gara-gara ketemuan sama Yusuf?"
Kaline yang baru berada di ambang pintu antara ruang tamu dan ruang televisi terhenti.
***
Jonathan: "Jadi lo pulang terlambat gara-gara ketemuan sama Yusuf?"
(Kira-kira begitulah wajah Jonathan pas nanya)
(Kaline pas Jonathan tahu dia baru ketemuan sama Yusuf)
Wah wah wah, Jonathan tahu Kaline habis ketemuan sama Yusuf. Gimana ini?
Apakah? Apakah? Apakah yang akan terjadi selanjutnya pemirsa?
Terus nantikan kelanjutan Craziest Sweet Couple yaa
Update setiap Senin, Rabu, Jumat
Vote sama komentarnya gak lupa kan? Jangan sepi terus dong. Pengen tahu sekali-kali lapak gue rame. Biar gak berasa penjual baju di tengah-tengah pasar ikan.
Hai, hai, udah mau bulan puasa nih
Gimana persiapannya? Wkwk kayak mau apa aja harus ada persiapan.
Yuk berlomba-lomba mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya di bulan penuh berkah nanti
Sampai jumpa Senin depan!!
Salam
Iis Tazkiati N
030519
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top