11. Pertemuan Rahasia

Now Playing : BTS - Boy With Luv

Sebenernya lagu itu gak ada hubungan apapun sama chapter ini. Cuma akunya aja terlalu suka lagu ini jadi pengen di selipin di mulmed. Sumpah, like bgt sama lagu ini apalahi tariannya😍

Selamat datang Mei!!
Gak kerasa udah ganti bulan aja
Gak kerasa udah mau puasa aja
Gak kerasa sebulan lebih lagi lebaran wkwk
Maaf, updatenya malem. Salah satu masalah gue kalau libur melanda kaya hari ini adalah suka lupa hari ini hari apa. Konyol kan

Jangan lupa vote sebelum baca
Koment sebacot-bacotnya juga
Biar aku tambah semangat lanjut Kaline-Jonathan nya

(Ketawanya Kaline kalau lagi sama Jonathan)

Hasil yang akan didapatkan seseorang tergantung usaha yang dia lakukan. Sama halnya dengan cinta. Cinta tak cukup hanya merasakan debaran dan mengenali bahwa itu cinta. Cinta butuh perjuangan yang berarti dan kadang harus dengan cara keras kepala. -Yusuf-

***

Masih ingat tentang pesan dari Yusuf yang membuat Kaline bangun pagi buta dan membuat kegemparan mama dan kakaknya, dan juga membuat ia berakhir jogging dengan Jonathan, hal yang juga langka. Mang Gobed tukang bubur ayam yang biasa Jonathan kunjungi setiap pagi setelah jogging juga menatapnya heran.

Kembali pada pesan itu. Sebenarnya pesan itu sederhana hanya deretan kata membentuk kalimat Semoga sampai rumah dengan selamat.

Pesan yang sebenarnya tidak perlu ia balas. Tapi karena gatal, ia membalasnya tepat sebelum bel pelajaran pertama berbunyi. Dan terus berlanjut sampai akhirnya pesan itu mengarahkannya duduk di sini.

Café yang sama dimana ia dan Yusuf kencan pertama setelah meresmikan hubungan sebagai sepasang kekasih. Dan lagi, suasana di luar café yang hujan serta seragam sekolah yang ia pakai seolah kembali mengantarkannya pada ingatan itu. Ingatan paling mendebarkan bagi Kaline, bahkan sampai saat ini masih sama.

Yusuf masuk ke dalam café dengan seragam setengah basah, berjalan tergesa dan duduk di hadapannya. Persis seperti ini kejadian dulu.

"Udah pesen?" tanya Yusuf sambil mengambil sapu tangan yang Kaline sodorkan untuk mengelap wajah pria itu yang basah terkena tempias air hujan.

Kaline menggeleng pelan. "Nunggu lo."

"Matcha green tea latte kan?" sebenarnya itu bukan pertanyaan. Yusuf lebih terdengar seperti memastikan bahwa minuman tersebut masih menjadi favoritnya.

Kaline mengangguk dan detik itu juga Yusuf melenggang pergi untuk memesan. Tak sampai memakan waktu bermenit-menit, karena antrian juga tidak panjang, hanya empat orang termasuk Yusuf tadi, Yusuf sekarang sudah kembali duduk di hadapan Kaline.

"Gimana kabar kamu?"

Entah apa alasannya Yusuf tidak pernah mengganti sapaan aku-kamu setiap berbicara dengannya walaupun hubungan mereka sudah kandas sejak tiga bulan lalu. Kaline juga sudah hampir sepuluh kali gonta-ganti pacar. Tapi, sepertinya Yusuf tidak. Masih terlihat jelas sekali dari matanya pengharapan itu padanya.

Kaline mencoba untuk tidak terpancing oleh kelembutan Yusuf. Meskipun harus diakui kelembutan itu akan mampu melumerkan hati gadis manapun. Dan pilihan Kaline adalah bersikap ketus, sama seperti ia bersikap kepada mantan-mantannya.

"Lo lihat sendiri kan gue baik."

Yusuf terkekeh. Tepat saat matcha green tea latte kesukaannya di café ini dan caffe latte pesanan Yusuf diletakan pelayan di atas meja mereka.

Kaline seperti biasa selalu terburu-buru untuk menikmati minuman kesukaannya sampai lupa bahwa suhunya yang terlalu panas terlalu dini untuk bersinggungan dengan lidahnya.

Dengan cemas Yusuf menarik gelas matcha dari tangannya dan meletakannya agak mendekat dengan gelas minumannya. Bangkit dari duduknya dan berlutut di samping Kaline. Jemari besarnya mengarahkan wajah Kaline menghadap padanya untuk melihat keadaannya.

Kaline masih belum sadar akan perlakuan Yusuf yang seharusnya ia bersikap teguh dan melarang Yusuf melakukannya. Yang terjadi malah ia menurut saat pria ini menyuruhnya menjulurkan lidah supaya dia bisa memeriksanya.

"Gapapa kayaknya," ucap Yusuf. "Diem sebentar pasti pulih."

"Panas banget." Kaline meringis.

Yusuf terkekeh, masih pada posisinya, berlutut di samping Kaline, pria itu mengelus rambut Kaline sambil tersenyum hangat. "Makanya, kan udah aku bilang berkali-kali, jangan buru-buru minumnya."

"Iya maaf."

Bangkit dari sana, Yusuf kembali duduk di kursinya. Kaline menoleh dan mendapati beberapa pasang mata sedang menatap terang-terangan padanya. Yang perempuan jelas menatap iri karena perlakukan manis Yusuf padanya. Saat itulah Kaline sadar kebodohan apa yang telah dilakukannya.

"Biarin agak dingin dulu." Yusuf menggeser cangkit matcha ke hadapannya.

Harus Kaline akui, jantungnya selalu berdebar tak karuan setiap kali Yusuf memperlakukannya seperti barusan. Dan mungkin selalu berdebar bahkan hal tersederhana seperti senyum Yusuf misalnya. Pria ini terlalu manis, terlalu lembut, setiap pergerakan, setiap yang dilakukannya selalu membuat Kaline berdebar.

Maka jangan salahkan jika sampai detik ini nama Yusuf tetap jadi pria di urutan paling atas sebagai pria terbaik yang pernah menjadi pacarnya. Mantan terbaiknya.

"Jadi ada apa?" Kaline mulai masuk kepada topik yang membuatnya duduk berhadapan dengan Yusuf saat ini. Tidak mau membuang-buang waktu, karena itu sama saja dia membiarkan waktu membuatnya jatuh hati lagi pada pria ini.

"Apa yang mau lo tahu. Apa yang belum selesai antara gue sama lo." Itu adalah topik initinya. Alasan Yusuf memintanya bertemu di tempat ini.

"Kasih tahu aku apa kesalahan aku sampai kamu tiga bulan lalu minta putus." Tegas, jelas, dan bisa dimengerti.

"Lo gak sadar sama kesalahan lo sendiri?"

"Justru karena aku gak sadar, aku gak tahu apa kesalahan aku. Tiga bulan lalu kamu tiba-tiba minta putus tanpa alasan yang jelas, tanpa kamu mau menjelaskan apa kesalahan kamu. Dan kemudian kamu memperlakukan aku seperti kamu memperlakukan mantan kamu yang lain. Ini gak adil."

"Justru lo yang terus minta penjelasan yang gak adil buat gue. Lo buat kesalahan yang paling gue benci dan terus minta penjelasan. Inget kesalahan lo aja udah buat gue sakit. Apalagi gue harus jelasin sama lo."

Yusuf meraih telapak tangan Kaline dan menggenggamnya erat. "Maka dari itu, kasih tahu aku. kamu gak perlu jelasin secara detail. Cukup bilang apa kesalahan aku. Supaya aku bisa memperbaiki itu."

Yusuf bersikeras, namun suaranya masih terdengar lembut. Tanpa tekanan sama sekali yang membuat tidak nyaman. Tidak ada pria yang memperlakukannnya selembut ini.

"Lo buat kesalahan yang paling benci. Itu intinya. Gue gak mau menyebutkan."

Kaline memejamkan mata. Sama sulitnya dengan akhirnya ia memutuskan bertemu Yusuf, hal itu juga sangat sulit untuk ia ucapkan. Seolah semua rasa sakit akan berkumpul di satu tempat, menyerangnya serempak, tanpa ampun, tanpa kendali, dan akhirnya membuat ia kalah. Ia tidak mampu mengucapkannya. Bahkan membayangkannya saja membuat dadanya terasa amat nyeri.

"Gimana aku tahu kalau kamu gak mau bilang."

Kaline menarik tangannya dari genggaman Yusuf. Beralih ke kepala. Memijat kepalannya yang mendadak terasa pening.

"Gue gak mau bahas itu."

"Tapi aku...."

Kaline mengangkat tangan. Otomatis mulut Yusuf seolah terkunci. "Berhenti panggil aku-kamu. Gue sama lo udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Lo buat gue gak nyaman."

"Aku buat kamu gak nyaman?"

Kaline mengangguk. "Lo nuntut gue ngasih tahu kesalahan lo dan lo terus bilang aku-kamu kayak lo masih berharap sama gue."

"Karena aku memang masih berharap sama kamu."

Kaline terdiam. Bibirnya seolah terkunci rapat. Jantungnya berdebar.

"Aku masih mau sama kamu. Balikan sama aku ya?"

Kaline masih diam. Yusuf menggunakan kesempatan itu untuk meraih tangannya kembali. Tangan Kaline yang berada dalam genggamannya di elus-elus secara lembut, dalam genggaman erat seolah tak mau melepaskan.

"Gak ada cewek manapun yang buat aku segila ini. Kamu beda. Aku nyaman sama kamu, selalu nyaman. Kamu buat aku jatuh cinta dengan cara tak terduga. Kamu sederhana tapi karena itulah aku jatuh cinta sampai aku tak bisa satu detikpun lupa."

Tubuh Yusuf sedikit condong, tangannya yang lain meraih tangan Kaline yang masih bebas. Sekarang Yusuf sukses menggenggam kedua tangannya. Menyalurkan kehangatan dan getaran yang detik demi detiknya membuat Kaline semakin berdebar. Dan ia hanya diam, tidak berontak, tidak menolak.

"Aku mau balikan sama kamu."

"Gue gak bisa." Kaline menolehkan kepalanya ke kanan. Menghindari tatapan Yusuf.

"Karena Jonathan?" tembak Yusuf seketika membuat Kaline menatapnya kembali.

"Aku tahu seberapa penting Jonathan buat kamu. Seberapa sayang kamu sama Jonathan. Bahkan aku tahu bahwa kamu juga mungkin punya perasaan lebih sama dia. Tapi aku gak peduli."

Kaline tidak tahu kenapa Yusuf bisa menyimpulkan hal-hal itu. Hal paling konyol yang pernah di dengarnya. Memiliki perasaan lebih pada Jonathan? Ia rasa-rasanya ingin menyemburkan tawa saat itu juga. Tapi, melihat situasi yang tak memungkinkan ia tertawa tiba-tiba, yang hasilnya dirinya mungkin dianggap tak normal, ia akhirnya memilih diam.

"Pikirkan baik-baik." Senyum di wajah Yusuf kembali tercetak. "Aku akan nunggu kapanpun sampai kamu mau jawab."

***

Hai hai hai
Yusuf keras kepala banget yah
Batu

Menurut kalian gimana perkembangan hubungan Yusuf sama Kaline nantinya?

Apa Kaline bakalan balikan lagi sama Yusuf?

Dan apa yang akan terjadi sama Jonathan seandainya mereka bener-bener balikan?

Sok lah komen sebawel-bawelnya, sebacot-bacotnya sampai jempol keseleo wkwk

Nantikan terus kelanjutan cerita ini

Follow instagram aku juga ya
[at]iistazkiati

Sampai jumpat hari Jumat

Salam hangat dari aku
Iis Tazkiati N
010519

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top