3. Lupa
Setelah keluar dari portal, laki-laki bercodet itu berjalan penuh emosi ke arah yang dia ingin tuju.
"Bisa-bisanya bangsawan itu meninggalkan istriku sendirian. Pasti urusan dia tidak penting." Gumam nya geram.
Ya teman-teman, orang diatas adalah contoh manusia yang tidak tahu diri dan sedikit bisa meramal.
Langkahnya terhenti saat melihat pemuda yang memiliki warna yang sama dengannya itu berdiri di depan kuil.
"Megumi." Panggilnya, pemuda itu berbalik dan menghampiri ayahnya.
"Dimana kutukannya?" Ucapnya santai sambil menyeringai ke arah putranya itu.
"Dih. Sombong amat. Di depan kuil."Tunjuknya ke kuil besar tak terawat dengan banyak pepohonan yang sudah tumbang tidak beraturan.
Langkah santai lelaki berbadan kekar itu membuat anaknya kesal setengah mati. Terlihat kutukan dengan perawakan perempuan mendekati Toji.
"Oi. Kau kan?"
"Fush...igu...ro..To..ji."
___
"Apa yang kau lakukan pada kutukan itu sampai dia tidak bisa dibunuh kalau tidak denganmu, Otto-san?"
Tanya Megumi sedikit meninggikan suara. Dia kesal dengan kutukan itu karena sebelum ia memanggil Toji, dia ingin membereskan kutukan itu.
"Entahlah. mungkin dendam seseorang."Jawabnya santai sembari meneguk kopi yang dingin itu.
Toji melirik Megumi,"berhentilah kesal. Duduklah."Ujar Toji yang melihat anaknya itu berdiri dengan kesal.
Kedua lelaki itu tidak saling bicara dan sama-sama memandang jalan raya dengan mata kosong. Sampai seorang perempuan yang sepertinya pekerja paruh waktu itu menghampiri mereka berdua.
"Ano, ini banyak varian coklat untuk pasangan anda. Toko kami ada di seberang sana jika ingin melihat-lihat."Ucap ia sambil menyodorkan sebuah brosur yang berbentuk surat.
Sebelum perempuan itu pergi, Megumi menanyakan dalam rangka apa. "Ah, anda tidak tahu? Hari ini hari pasangan. "Ujar perempuan itu dan berlanjut pergi.
"Ah disini hari pasangan ya. "Kata Toji setelah menghabiskan minumannya.
"Bukannya hari di sini sama dengan di sana."Megumi mengheran. Toji terkejut mendengarnya.
"Oi. Kau bercanda kan?!"Seru Toji yang spontan berdiri.
"Untuk apa berbohong."Bantah Megumi sedikit kesal. Ayahnya menggaruk kepala panik.
Megumi yang peka, langsung sadar. "Ah, Otto-san, kau meninggalkan istrimu sendirian?" Pertanyaan itu membuat lelaki berbadan kekar itu semakin panik.
"Y-ya."Jawabnya sembari mengangguk cepat.
Megumi menghela nafas panjang. "Jadi, dimana portalnya?"
"Hahaha! Untung saja portal! Ayo kita ke portal. Pas sekali aku memilih tempat yang dekat dengan port—"
Saat menoleh ke arah dimana dia datang. Tidak ada terlihat portal itu walau dia berlalu menghampiri.
"DIMANA PERGI NYA!!?" Panik Toji benar-benar sudah tak tertahankan.
"Ini hari spesial!"
" Otto-san, tenanglah. Bukannya kau bisa merasakan dimana portalnya."Ucap anak sulungnya itu menenangkan.
"Ah benar juga. "Dengan itu Toji berangsur tenang dan berusaha merasakan dimana portal itu.
"Ah dia berada di depan menara berbentuk A. "Ucap Toji sembari memejamkan matanya.
"MENARA EIFFEL?!" Seru anak nya itu terkejut.
"Ya, kau tau? Baiklah kita kesana."
"MENARA EIFFEL ITU DI PRANCIS, OTTO-SAN. MANA BISA KITA KESANA!"
"Prancis itu...dimana?" Megumi sukses frustasi.
"Dibelahan dunia yang lain..."
"APAA!!"Toji berteriak kencang. Membuat orang yang berlalu dijalan itu menatap aneh ke arahnya.
"Kita tidak mungkin kesana. "
"kata siapa? Gojo. Dia pasti bisa!"
Megumi menghela nafas panjang lagi. "tidak mungkin juga, Otto-san. Walaupun dekat, dia tidak akan bisa datang karena dia sedang berada di hawaii."
"Dasar orang kaya. Jadi bagaimana ini?!"Lelaki berbadan kekar itu semakin panik, dan tak hanya itu, portal nya terus berpindah dengan cepat.
"E-em sepertinya portalnya rusak. "
"Ya. Itu benar..."Jawab sang ayah yang memandang kosong jalan raya.
To be Countinue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top