Nyatanya
"Ada apa denganmu Schneider? Sejak awal kedatangan kita disini sifatmu sangatlah aneh." Wakabayashi yang jengah melihat sikap Schneider beberapa minggu ini, bertanya dengan entengnya.
"Tidak." Schneider segera menyelesaikan acara gantinya dan berlalu meninggalkan Wakabayashi.
Belum sempat Schneider menyentuh pintu keluar dirinya ditarik Wakabayashi dan dibawanya masuk ke dalam bilik kamar mandi. Di kuncinya pintu itu dan mulai didekati Schneider.
"Kau sangat aneh akhir-akhir ini, ada apa?" Wakabayashi semakin mendekat, Schneider melotot.
Bisa gawat jika dirinya dan Wakabayashi ditemukan dalam posisi ambigu macam sekarang, apalagi di pagi buta.
"Tidak." Schneider berusaha mendorong Wakabayashi.
"Beritahu aku, apa yang mengganggumu akhir-akhir ini hingga kau menjaga jarak dariku?" Wakabayashi menatap intens manik sebiru lautan milik Schneider.
'He? Kau sadar juga ternyata, ku kira kau tidak akan merasakannya!' batin Schneider gemas sendiri.
"Berhenti melakukan hal itu baka!" Di dorongnya muka Wakabayashi yang semakin mendekat ke arah Schneider.
"Introspeksi diri sana!" Schneider berusaha menahan supaya tidak memukul Wakabayashi.
Ia memilih pergi dan meninggalkan Wakabayashi yang termenung mendengar nada bicara Schneider.
Wakabayashi keluar dari kamar mandi berjalan menyusuri koridor yang sepi, mulai mengais ingatan-ingatannya bersama Schneider selain di lapangan dan pertandingan. Hingga ia ingat suatu hal.
Sebelum camp pelatihan
"Kau tau di Sinshiem ada restoran yang sangat enak dengan hidangan khas? Aku ingin kesana dan menikmati malam musim panas bersamamu disana!" Ujar Schneider secara mendadak setelah selesai latihan.
Wakabayashi mengusak rambut pirang menjulang milik Schneider dengan lembut, "Baiklah, jika kita libur kita sempatkan untuk kesana dan mencicipi apa yang kau mau. Bagaimana?"
Schneider tersenyum cerah tanpa sadar mengecup pipi Wakabayashi dan berlalu dengan wajah berseri-seri, meninggalkan Wakabayashi yang nge-lag akibat ciuman dadakan Schneider.
"ASTAGA BISA-BISANYA AKU TIDAK SADAR!" Wakabayashi berteriak di koridor penginapan, mengacak rambutnya frustasi.
"Jadi itu alasannya memaksa pelatih untuk ke sini? Astaga betapa bodohnya dirimu Wakabayashi, kekasihmu memberikan peluang untuk mewujudkan keinginannya tapi dirimu sama sekali tidak peka." Segera Wakabayashi mencari keberadaan Schneider.
Beruntungnya hari ini latihan mereka tidak sampai malam, jadi ada waktu untuk mengajak Schneider berbicara baik-baik.
#####
Mampus kan, pinter nangkep bola doang sih peka kagak! :"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top