[CR] - Monolog
Ruangan besar itu semakin dipenuhi banyak orang yang terus berdatangan. Bahkan, di depan pintu masuk masih terdapat antrian yang lumayan panjang. Tidak sampai setengah jam kemudian, kapasitas kursi yang tersedia di dalam ruangan tersebut sudah full, tidak ada satu pun kursi kosong yang terlihat. Hingga membuat beberapa orang yang tersisa terpaksa berdiri di sudut ruangan—dekat pintu yang terlekat di belakang—hanya untuk mengikuti acara bedah buku dari karya seorang penulis terkenal dengan nickname 'do0'. Acara ini merupakan bentuk kolaborasi antara Kyobo Book Center bersama penerbit mayor dari novel tersebut, Haksan Publishing.
"Selamat siang, semuanya," ucap seorang wanita dengan rambut sebahu yang muncul dari bilik panggung. "Perkenalkan, saya Park Narae."
Narae berjalan menuju bagian tengah panggung dengan gaseture yang terlihat santai. Siapa yang tidak tau Park Narae? Wanita kelahiran 25 Oktober 1985 ini dikenal sebagai salah satu komedian terbaik di dunia hiburan Korea Selatan.
"A-aniya, saya tidak salah masuk ruangan."
Spontan terdengar suara gelak tawa dari arah kursi peserta.
"Ja, karena staff yang ada di situ sudah memberikan tanda on air. Kita buka acara bedah buku ini dengan sambutan meriah untuk Cakka-nim kesayangan kita... Kim Doyoung-ssi."
Dari bilik panggung, salah satu staff menghampiri seorang pria yang sedari tadi menunggu. "Cakka-nim, sudah waktunya."
Doyoung—si cakka-nim—mengangguk singkat, pria itu berdiri lalu menatap ke arah panggung dengan tangan yang tampak sedang menggenggam benda yang melingkar di lehernya. Dengan tegap ia pun berjalan memasuki panggung.
"Suatu kehormatan bertemu dengan Anda, Cakka-nim,"
Pria itu terkekeh, lalu menggelengkan kepalanya. "Animida, sayalah yang seharusnya merasa seperti itu. Terima kasih sudah bersedia menjadi moderator, Narae Sunbae-nim,"
Kemudian, atensi Doyoung tertuju ke arah kursi peserta. "Dan juga untuk para pecinta literasi yang hadir di acara ini."
Narae tersenyum saat mendengar respon serentak dari para peserta. "Terakhir kali kita bertemu kalau tidak salah di acara music award ya, Doyoung-ssi?"
"Majayo," seluas senyum tipis terukir di wajah penulis tampan itu, "waktu saya masih aktif sebagai member grup."
Setelah memutuskan untuk vakum sementara dari kesibukan dunia entertainment, beberapa tahun kemudian Kim Doyoung—yang awalnya dikenal sebagai salah satu main vokal boygroup dari agensi besar di Korea Selatan—mencoba meniti karir di dunia literasi, lebih tepatnya di awal tahun 2023. Sejauh ini, sudah ada lebih dari belasan karya yang sudah ia tulis. Setiap lauching buku terbaru, tidak sampai sehari buku tersebut akan sold out.
Bahkan, Haksan Publishing—selaku penerbit yang menaungi karya-karya Doyoung—secara khusus menambah beberapa karyawan part time untuk job translator, karena banyaknya permohonan order dari luar wilayah Korea, seperti: China, Thailand, Indonesia, dan Amerika. Karya-karya Doyoung juga sudah mendapatkan cetak ulang paling minimal sebanyak 8 kali. Dan pria itu kembali menambah catatan kesuksesannya lewat karyanya yang baru rilis sekitar 2 minggu yang lalu, yaitu sebuah novel berjudul Country Roads yang ber-genre romance.
Acara berlangsung lancar hingga tidak terasa sudah 1 jam waktu berlalu, suara tepuk tangan yang begitu meriah mendominasi ruangan besar tersebut, semua peserta terlihat menikmatinya. Bahkan, saat keluar dari ruangan, ada beberapa dari mereka yang masih membahas ulang acara tadi.
Dari atas panggung, nampak Doyoung sedang berbicara dengan salah satu staff, perempuan muda itu memberikannya sebuah paper bag yang berisi berbagai macam amplop warna-warni. Tadi di meja resepsionis, panitia acara sengaja menyediakan box khusus untuk para peserta yang ingin menulis surat khusus untuk sang penulis.
Tak jauh dari tempat Doyoung berdiri, terlihat sang moderator acara berjalan mendekatinya. "Senang melihatmu lagi, Doyoung-ah."
"Saya juga Sunbae-nim," balas Doyoung, "setelah ini, Anda masih ada schedule?"
"Ho, schedule-ku baru selesai nanti malam."
Doyoung mengangguk paham, sambil tersenyum lebar. "Tolong jaga kesehatan Anda, Sunbae-nim."
"Wah, melihatmu bahagia seperti ini membuatku ingin menjadi penulis juga," ucap Narae, lalu keduanya kembali tertawa.
Sekarang Doyoung sedang berada di pintu belakang Kyobo Book Center, dengan tangan yang memegang paper bag tadi. Pria itu mengadahkan kepalanya menatap langit yang mulai mendung. Dan, lagi-lagi pandangan mata pria itu kembali tertuju pada benda yang mengalung di lehernya. Ia menyentuh inti benda tersebut, lalu memejamkan matanya.
Namun, tak lama terdengar suara klakson mobil yang menyadarkan pria itu. Doyoung menoleh dan melihat, mobil dari Haksan Publishing sudah berada di depannya. Lantas ia pun membuka pintu samping dan masuk ke mobil berwarna hitam itu.
"Lain kali biarkan aku menemanimu," omel seorang pria yang terlihat sedikit lebih tua dari Doyoung, "oh ya, tadi Direktur berpesan untuk mengajakmu makan malam bersama. Bagaimana?"
Tidak ada sahutan dari Doyoung, pria itu justru sedang melihat pemandangan luar dari jendela mobil. Tiba-tiba saja ia teringat kejadian tadi, saat sesi tanya jawab.
"Menurut Cakka-nim sendiri, seperti apa sosok Emma yang di dalam novel Anda?"
Pertanyaan itu seharusnya bisa Doyoung jawab langsung. Namun, pria itu hanya bisa terdiam sejenak, lalu mengambil novelnya yang tersedia di atas meja kecil khusus di depannya.
"Menurut saya, ibarat pelampung yang tiba-tiba muncul di dalam lautan, kehadiran Emma," terlihat Doyoung menciptakan seulas senyum, "menyelamatkan Denish yang saat itu tenggelam."
Doyoung kembali tersadar dari lamunannya, ketika merasa pundaknya ditepuk Hyunsu. "Doyoung-ah? Jadi bagaimana? Kau mau ikut?"
"Tidak dulu Hyung. Nanti sore ada Jungwoo mau datang."
"Kau masih berhubungan baik dengan mereka, ya?
Doyoung tersenyum tipis. "Tentu saja Hyung, aku ini cuma vakum sementara bukannya keluar. Kalau kau tidak lupa, statusku juga masih terikat kontrak dengan agensi."
"Mianhe Doyoung-ah, tadi aku tidak berma—"
"Tidak apa-apa, Hyung. Beberapa pembacaku juga ada yang tidak tau kalau sebelumnya aku adalah seorang idol."
Mobil hitam itu memasuki daerah Gangnam, lebih tepatnya di Samseong-dong. Kemudian, berhenti di depan lobby 'Dwyane's Luxury House'.
Doyoung pun mengambil tasnya.
"Terima kasih sudah mengantar Hyung, sampaikan salamku ke Pak Direktur, maaf kalau tidak bisa ikut." Pria itu berjalan masuk ke lobby, meninggalkan Hyunsu yang menatap sendu punggung penulis itu.
"Mau sampai kapan, Doyoung-ah?" tanya Hyunsu dengan suara lirih.
Selama berada di lift, kepala Doyoung tersender di dinding, ujung mata pria itu mengintip pantulan dirinya.
Masih belum, kau tidak boleh berhenti sampai di sini.
[n.s]
Bagaimana menurutmu?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top