06 - Final Count
Tim harus merelakan tangannya tertusuk oleh belati dari telapak tangan hingga tembus ke belakang. Dia melindungi lehernya dari tusukan cepat belati Vendetta menggunakan tangan. Bahkan ketika tangannya sudah berlumuran darah, ujung mata belati Vendetta rupanya masih tertusuk kemungkinan hanya satu senti dari kulit lehernya. Setidaknya dia tidak mati. Setidaknya di moment itu dia berhasil membuat nyawanya tidak akan lagi menjadi target dari wanita itu.
"Sepuluh ... goats." Tim berucap dengan tersenyum, senyuman lega karena nyawanya akhirnya tertolong.
Waktu berlalu berpuluh-puluh detik, tidak ada kata-kata apapun yang keluar di antara keduanya. Tim mengatur napas sedang Vendetta masih enggan untuk pergi dan malah menatapi dirinya. Akan tetapi, berkat itu pula Tim menjadi lebih memperhatikan Vendetta.
Benarkah wanita yang namanya bahkan terkenal di dalam buku yang ternyata hanyalah gadis muda di depannya itu adalah seorang hantu?
Tim melihat dengan jelas postur wajah si gadis yang tidak tertutup oleh apa-apa, wajah oval dengan kulit yang halus, hidung yang mungil, mata bulat dengan warna emas yang unik. Rambut pendek yang tampak sedikit mengembang tetapi justru terlihat stylish. Bibir merah muda si gadis mengatup rapat, dia masih menindih Tim dengan ekspresi yang tak terjelaskan.
Apakah mungkin seorang hantu bisa secantik gadis di depannya saat ini?
Tim tidak mengerti tetapi pandangannya mengamati cara Vendetta menyorot dirinya dari tatapannya. Tampak ... sedih.
"Kau ... bukan hantu?" Tim ingin memastikan, memecahkan keheningan yang mencekam di antara kedua insan yang masih bernapas di rumah besar itu.
"Menurutmu?" Vendetta malah bertanya balik. Meski begitu, Tim jadi membenarkan ucapannya.
Di dalam buku, pasti ada banyak kisah yang diutak-atik, bagaikan cerita-cerita yang biasanya diambil dari kisah nyata meski aslinya sudah mendapatkan sedikit banyak manipulasi untuk menarik minat pasar. Mungkin Vendetta juga adalah kasus demikian. Dia bukan hantu.
"Jangan membunuh lagi," ucap Tim, suaranya pelan.
"Mengapa aku harus?" Vendetta balas bertanya, lagi.
"Karena kau ... terlihat sedih." Tim menjawab.
Hening. Keduanya masih terlibat dalam saling pandang untuk beberapa waktu terlewat. Helaan napas terhembus dari bibir mungil Vendetta. Ia kemudian bertanya lagi, "Bagaimana untuk berhenti?"
"Cukup dengan tidak membunuh."
"Kau tidak mengerti."
"Benar. Aku tidak mengerti mengapa kau sampai menjadi pembunuh berantai, dan aku juga tidak mengerti mengapa aku dan keluargaku harus menjadi korban. Aku tidak mengerti mengapa kami yang tidak bersalah padamu menjadi target pembunuhanmu."
Vendetta terdiam, dia tidak bisa memberikan tanggapan apapun terhadap penjelasan panjang dari Tim. Satu hal yang pasti adalah bahwa dia tidak boleh membunuh Tim sekarang. Dia harus membebaskan lelaki itu karena berhasil menghitung hingga sepuluh goats. Seperti janji yang dia buat bertahun-tahun lalu saat ia memulai pembunuhannya bahwa siapapun yang berhasil menghitung dari satu sampai sepuluh goats, dia tidak akan dibunuh. Sama seperti anak kecil itu.
Beberapa detik berlalu, Vendetta akhirnya berbicara. "Kau tidak akan aku bunuh."
"Berhentilah membunuh siapapun." Tim masih kekeh pada pendiriannya.
"Tidak bisa."
"Kenapa?"
"Karena aku harus."
Vendetta, dia kehilangan cara untuk kembali menjadi manusia normal pada umumnya.
"Kenapa?" Tim kembali bertanya.
Helaan napas kembali keluar dari mulut Vendetta. "Sebelum aku pergi, maukah mendengar sebuah cerita?"
"Cerita?" Tim bertanya mengulang.
"Seri kedua dari buku dongeng hantu Vendetta yang tidak diutak-atik penerbitan untuk menarik pasar."
"Kisahmu?"
Vendetta mengangguk. Sebagaimana Tim yang menceritakan tentang ketidakpantasan keluarga Wayne menjadi target pembunuhan, dia juga akan bercerita tentang dirinya yang mulai menjadi pembunuh dan alasan di balik hitungan hingga angka sepuluh. Kisah hidupnya yang sesungguhnya.
.
.
.
A/N : Sebenernya di otak saya sebelumnya bab ini kayaknya gak gini deh, tapi pas dieksekusi jadi begini. Idk, seenggaknya yang sama adalah bab ini pindah ke sudut pandangnya Vendetta alias masa lalunya. So next bab bakalan ngisahin Vendetta, Tim gak nongol dulu.
See you in the next chap ✨
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top