04 - The Reason

Timothy Drake tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, sudah berapa kali dia menjerit hingga pita suaranya tak sanggup lagi mengeluarkan nada kencang dan hanya terdengar seperti berbisik, pun ia tidak bisa mengira-ngira sampai kapan wanita dengan bola mata berwarna emas yang kini bersamanya akan terus menyiksanya.

Seluruh kuku di tangan dan di kaki sudah terlepas, begitu pula dengan kulit lengan dan paha yang diiris-iris. Mata hijau Tim menatap sendu pada sebuah tang yang entah didapat wanita itu dari mana. Bagian mana lagi yang akan menjadi target dari si hantu pembunuh itu?

"Sekarang waktunya melepas gigimu," ucap si wanita dengan tenang.

Tim bahkan sudah tidak bisa lagi bergerak karena kekurangan banyak darah, dia hanya terbaring di atas lantai, memandang pada langit-langit ruangan dan seakan pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya sebentar lagi.

Dia menelan ludah berat. Lantas bertanya, "Apa ... kau benar-benar hantu Vendetta?"

Suara seraknya pelan, hampir tidak terdengar kalau saja ruangan itu tidak sunyi.

Si wanita duduk berjongkok di samping kepala Tim. "Kau benar."

"Kenapa?" Tim bertanya, matanya sudah kembali meneteskan bulir-bulir bening.

"Aku ... membenci orang kaya."

Tim terdiam. Pikirannya sedikit melayang pada kebiasaan orang-orang kaya di kota Gotham; hidup dalam kemerlap tanpa memiliki perasaan, menindas orang yang dianggap tak selevel, sombong, dan tidak ayal melakukan tindakan kriminal pada siapapun yang dianggap di bawahnya tetapi mendapatkan perlindungan melalui harta kekayaan. Tim mengetahui dengan jelas bagaimana tabiat para orang kaya Gotham. Dibandingkan dengan kebaikannya, keburukannya justru mungkin setinggi puncak gunung. Bagaimana ia tidak akan paham sedang kedua orang tua kandungnya juga sama sampahnya dengan orang-orang kaya yang ada dalam pendeskripsiannya?

"Tidak ...." Suara Tim semakin lemah. "Tidak semua orang kaya itu buruk. Bruce ..., dia tidak layak mati. Keluarga ini ... tidak layak menjadi korban."

"Layak!" Vendetta membentak sedangkan Tim menggeleng pelan. Melihat anak kecil yang masih seusia dengannya membuatnya terdiam setelah meninggikan suara. Dia menghela napas lantas kembali berkata, "Aku akan mendengarkan penjelasanmu. Tidak, lebih tepatnya kata-kata terakhirmu."

Benar.

Tidak ada gunanya Tim merengek atau memohon dengan meminta belas kasihan melalui penjelasan bahwa keluarga Wayne tidak layak menjadi target pembunuhan karena kebaikan hati mereka. Dia teringat dengan ucapan Bruce yang menjelaskan tentang dongeng sebelum tidur yang dia dengar. Fakta bahwa hantu Vendetta tidak akan berhenti sebelum targetnya genap menjadi sepuluh orang.

Itu artinya, Tim jelas akan dibunuh dan menjadi target keempat. Atau mungkin sebelum melakukan pembunuhan di mansion keluarga Wayne, hantu Vendetta sudah lebih dulu menghabisi keluarga kaya di tempat lain. Tim tidak tahu. Akan tetapi, hantu Vendetta tidak akan menggenapkan korbannya menjadi sepuluh apabila ....

Apabila...? Tim tidak ingat.

"Bruce dan Alfred adalah orang baik," tuturnya pilu. Tim memejamkan mata, mengangkat tangannya yang lemah untuk menyentuh wajah dan mengusap basah pada pipinya. "Begitu pula Dick Grayson ...,"

Kemudian ia berusaha payah menjelaskan, dengan napasnya yang sudah pendek-pendek, antara keringatnya yang merembes hingga basah sekujur tubuh, pun kepalanya yang semakin berat oleh rasa sakit.

Tetapi, Tim tidak berhenti memberitahu hantu Vendetta bahwa Bruce Wayne adalah orang kaya yang peduli terhadap orang lain, peduli terhadap kotanya, pun anak-anak yang kehilangan orang tua.

Alfred, dia adalah sosok seorang kakek baik hati yang mengayomi keluarga. Bahkan Dick Grayson, si kakak tua yang juga memiliki latar belakang sama seperti dirinya tetapi dalam versi yang lebih buruk. Dia harap ... walau hanya sedikit, hantu Vendetta akan mengerti.

Namun ....

"Kematianmu akan menggenapkan korbanku malam ini menjadi sepuluh," final Vendetta, tak memberi celah bagi Tim untuk mengkonfrontasi ucapannya.

Gagal. Tim tahu, dia akan mati sekarang.

.

.

A/N : Dikit dulu, saya ngetiknya buru-buru.

See you in the next chap. ✨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top