Chapter 5 - Awal Komunikasi


Persiapan untuk menyambut ulang tahun sekolah yang meriah, dua hari ke depan para murid diizinkan untuk tidak ada pelajaran atau jam kosong dari pagi hingga siang.

Hal pertama yang para murid lakukan adalah bersih-bersih kelas, lalu merapikan meja kursi mengikuti satu garis lurus dengan meja yang paling depan. Yang kedua adalah bagian pendekorasian ruangan dengan meriasnya semeriah mungkin. Ada tim yang bekerja sebagai pemberi ide, lalu memikirkan kelas mau didekor seperti apa, yang terakhir adalah membeli perlengkapan untuk merias kelas.

“Dir, tolong WA ke Eza, dong, nanti pulang sekolah suruh anterin buat beli perlengkapan dekor kelas. Hape gue mati, baterei abis.” Cindy memperlihatkan ponselnya yang mati, lalu menyebutkan nomornya pada gadis yang berdiri di sampingnya. Dira melakukan apa yang Cindy perintahkan.

Mereka sedang berdiskusi apa saja yang akan dibutuhkan untuk merias kelas agar menjadi kelas terunik, karena ini akan dilombakan dan akan menjadi perlombaan yang meriah.

Penghuni kelas Akuntansi 1 berkumpul membentuk lingkaran. Semua meja kursi diletakkan di belakang ruangan. Dengan begini, siapa saja yang usul atau memberi ide akan terlihat jelas.

Cindy yang menjadi bendahara kelas telah mengumumkan jika uang yang akan dipakai melebihi kata cukup. Ia yang akan menutup jika keuangan nanti kurang.

“Gimana kalo kelasnya kita dekor kayak adat Jawa aja?” usul Tegar.

“Jawa, doang? Ntar yang lain iri, kayak Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Madura, dan yang lainnya?” sahut Indra.

“Ndra, plis, deh. Kita lagi serius,” omel Ghea. Ia melirik Indra yang duduk di hadapannya.

“Kalo kita pake tema Indonesia aja, gimana? ‘Kan, lebih komplit. Nanti kita kasih bendera merah putih yang dari kertas krep buat hiasan lampunya. Yang di depan pintu kita kasih gambaran burung Garuda. Terus, yang bisa gambar tolong gambar peta Indonesia nanti dilaminating, ntar aku beli bingkai ukuran 24R.”

Bersamaan Cindy menjelaskan semuanya, ada murid dari kelas lain yang mengetuk pintu dan berkata jika murid yang mengikuti kesenian seperti band, tari, atau baca puisi disuruh ke ruang latihan. Indra dan Mia yang mengikuti Band, Kira mengikuti tari, dan Lea mengikuti puisi. Mereka keluar, termasuk Indra. Ghea mengambil napas lega, karena si biang rusuh telah keluar dari lingkaran pembahasan.

Pembahasan dilanjutkan mengenai pendanaan. Uang yang terkumpul sekitar satu juta. Cindy harus bisa mengatur untuk pembelian bahan dan alat untuk dekorasi dan menggambar.

Sepulang sekolah, di sinilah tempat mereka membeli peralatannya. Toko Tiga Sahabat yang menjual beraneka ragam seperti perlengkapan untuk ulang tahun, balon yang berbentuk huruf, kertas krep berwarna, peralatan sekolah. Sangat lengkap, jadi tidak membuat Cindy dan teman-temannya berpindah tempat.

Ia bersama Nina dan Eza, sedangkan Dira dan Ghea belajar penjualan untuk bazar kelas mereka. Ghea meminta bantuan temannya dari kelas Penjualan untuk teknik memasarkan dagangan.

“Nin, ini cakep nggak?” Yang dipanggil namanya pun menoleh ke belakang. Mereka sedang memilih balon dan kertas krep warna.

Nina menaruh kertas krep yang ia pegang, lalu berjalan ke arah Cindy. “Balonnya mending yang kecil, deh, Cin. ‘Kan, ditempel di tembok ntar.”

“Oh, iya ya. Oke lah kalo begitu.” Cindy memilih balon yang kecil, Nina mengambil kertas krep warna merah dan putih. Mereka masih lanjut mencari bingkai foto, dan alat gambar.

“Ini bagus, nih, pensil warnanya.” Nina memegang Stabilo Aquacolor Wallet 12—pensil warna anti pudar—yang aman untuk beberapa tahun berikutnya. Pensilnya juga tidak cepat habis.

Setelah membaca kemasannya, Cindy mengiyakan perkataan temannya yang sudah menjadi sahabatnya dua minggu ini. Eza selalu mengekor di sebelahnya yang sesekali tersenyum ketika memegang ponsel. Gadis berambut sepundak itu menoleh, dan menyenggol lengan pacarnya.

“Kenapa senyum-senyum, gitu? SMSan sama siapa?” Cindy akan melihat ke ponselnya tapi langsung ditutup dan dimasukkan ke saku celana oleh si empunya ponsel membuat Cindy melirik pada kekasihnya. “Awas aja kalo berani selingkuh!” Eza hanya tersenyum. Tidak menanggapi pernyataan pacarnya.

“Jangan posesif, Cin. Baru pacar, belum suami. Yang udah jadi suami aja bisa cerai, apalagi cuma pacar.” Nina menggandeng Cindy dan menjauhkannya dari Eza agar laki-laki itu tidak mendengar ucapannya. “Itu bingkai yang lo cari, Cin.” Nina mengalihkan pembicaraan mengenai Eza saat Cindy akan mulai menanggapinya.

“Waahhh.... 24r gede juga ternyata. Yang ngelukis ntar bisa nggak, ya?” tanya Nina, saat Cindy sudah memeluk lengan kekasihnya di sampingnya.

“Yang gambar peta nanti, ‘kan, Indah. Dia jago gambar, kok. Kemarin aja dia ngegambar yang dari foto keren banget.”

Setelah berbelanja bahan yang untuk hiasan kelas. Mereka kembali ke sekolah untuk memberikan bahan-bahannya, lalu pulang karena sudah pukul tiga sore. Sebelum pulang, Cindy mampir ke rumah Indah untuk memberikan alat gambarnya.


***


“Ghe, lo ngerasa nggak kalo sekarang Cindy lebih akrab ke Nina dari pada ke kita?”

Pemilik nama lengkap Arghea Tasya itu menoleh, membenarkan perkataan sahabatnya. “Iya, sih. Dia lebih akrab ke Nina sekarang. Mungkin karena kita nggak sibuk juga kali. ‘Kan, lo tau sendiri gue selalu ada les, belum lagi acara keluarga gue yang mengharuskan gue buat dateng. Lo sendiri gimana? Emang masih sibuk les juga? Bukannya udah keluar, ya?”

“Gue udah keluar lama. Sekarang tiap mau pergi yang diajak selalu Nina, nggak pernah ngajak kita dulu, ‘kan?”

Gadis berambut hitam sepunggung dengan poni yang tertata rapi ditengah, seperti Dora itu mengiyakan perkataan sahabatnya. Ia juga merasa jika Cindy sekarang telah berubah.

Persahabatan mereka seperti sedang diuji tentang kesetiakawanannya. Dulu selalu bertiga, kini Cindy selalu bersama Nina. Hal itu membuat Dira merasa iri, merasa dirinya sudah tidak dibutuhkan lagi. Terlebih teman-temannya yang menanyakan hal ini, “Kok, udah nggak bareng Cindy? Emang kalian musuhan? Atau Cindy udah bosen sama kalian?” pertanyaan seperti itu sering ia dapatkan ketika ke kelas sebelah, atau ke kantin saat bersama Ghea.

Pikiran itu terus menghantui Dira saat dirinya sendiri. Seperti kata orang, pertemanan yang dilakukan tiga orang itu kurang baik. Karena yang ganjil biasa akan menjadi perbincangan tatkala salah satu dari mereka tidak ada. Dan di sini, Cindy lah yang diperbincangkan dengan Ghea.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top